Diego Maradona Meninggal Dunia, Warga Napoli: Jiwa Kami Ikut Mengantar Maradona Pergi

26 November 2020, 20:59 WIB
Beri penghormatan ke Diego Maradona, para fans berkumpul di Stadion San Paolo, markas Napolis untuk berkabung. /Instagram/@officialsscnapoli/

PORTAL PROBOLINGGO - "Malam ini jiwa warga Napoli ikut mengantar Maradona pergi," tutur Antonio Esposito, salah seorang warga Napoli yang ikut memberi penghormatan terakhir di Spanish Quarter, Napoli.

Matanya berkaca-kaca ketika melihat mural Diego Armando Maradona di kota itu. Bahkan, ia sampai kesulitan berbicara saking sedihnya.

Beberapa waktu sebelumnya, ketika berita meninggalnya Maradona disiarkan di Napoli, tanpa komando warga Napoli langsung berbondong menuju Spanish Quarter untuk memberi penghormatan kepada pemain sepak bola yang pernah mengantarkan Gli Azurri, sebutan tim Napoli, ke puncak kejayaan.

Baca Juga: Inilah Koleksi Prestasi dan Pencapaian Maradona, Dari Kompetisi Domestik Hingga Dunia

Mereka datang dari penjuru Napoli sambil berdoa dan menyalakan lilin.

"Bagi kami, ini merupakan peristiwa yang amat menyedihkan," tambah Antonio, seperti dilansir PORTAL PROBOLINGGO dari The Guardian.

Di salah satu sudut Spanish Quarters, melalui proyektor disiarkan pula klip-klip video Si 'Tangan Tuhan' ketika membela Napoli.

Baca Juga: Diego Maradona Meninggal Dunia, Pele: Kelak, Saya Berharap Bisa Bermain Bola Bersama di Langit

"Kami telah kehilangan malaikat kami," tutur seorang wanita tua yang ikut memberikan penghormatan terakhir kepada Maradona.

Di Napoli, Maradona memang dipuja bak seorang dewa. Tak peduli oleh berbagai pemberitaan negatif yang menerpa Sang Pujaan. Maradona menempati ruang khusus di hati para warga Napoli.

Memang, Napoli sempat mencicipi puncak kejayaan bersama Maradona. Untuk pertama kalinya, tim sepak bola Italia Selatan tersebut berhasil meraih trofi Serie A pada tahun 1987 dan mengulanginya pada tahun 1990, sebuah pencapaian luar biasa sekaligus menghentikan dominasi Juventus dan Milan di Serie A dekade itu.

Baca Juga: Kisah Gol Tangan Tuhan Diego Maradona di Piala Dunia Meksiko 1986

"Setiap Minggu, saya melewatkan jam makan siang dan memanjat stadion untuk menonton Maradona dan Napoli," ujar Ciro Pisante, pemuda yang ikut berkumpul di sana.

"Kami benar-benar merasa tak terkalahkan pada dekade itu," tambahnya.

Di salah satu dinding toko, terlihat pula spanduk bertuliskan, 'Maradona, Napoli ikut menangis'. Asap merah yang biasanya digunakan di tribun juga terlihat di sekitar alun-alun.

Baca Juga: Legenda Sepak Bola Argentina Diego Maradona Si 'Tangan Tuhan' Meninggal Dunia di Usia 60

Sementara di sekitar stadion San Paolo, para penggemar juga berkumpul di dekat spanduk 'The King Maradona' yang siap dipacak di tribun. Seorang penggemar mengibarkan bendera besar berwajah Maradona dan sebagian meletakkan karangan bunga di dekat pagar, lantas berlutut dan berdoa.

Terlihat pula seorang anak laki-laki bersyal merah yang digendong di punggung ayahnya. Ia kemudian turun dan meletakkan syal Napoli di tanah.

"Saya tumbuh dengan susu, biskuit, dan kaset Maradona sebelum tidur," kata ayah anak laki-laki tersebut. "Dan saya juga menerapkan itu kepada anak saya," tambahnya.

Baca Juga: Diego Maradona Hingga Ricky Yacobi Meninggal Dunia, Ini 4 Penyakit yang Sering Mengintai Atlet

Kota Napoli memang benar-benar berduka. Meski Maradona tak lahir di sana, ia turut menorehkan sejarah untuk Napoli.

Kesedihan mendalam juga diperlihatkan para pemain sepak bola di Napoli. Rafaele Esposito, seorang pemain sepak bola semi-profesional juga datang ke stadion untuk memberi penghormatan.

"Saya tak pernah melihat Maradona secara langsung, tetapi Maradona telah mengajari kami untuk berani bermimpi," ujarnya.

Baca Juga: Diego Maradona Meninggal Dunia, Ini Ucapan Duka Dari Lionel Messi hingga Cristiano Ronaldo

Menjelang pukul 10 waktu setempat, spanduk besar tersebut telah bersiap untuk diturunkan. Napoli memang tengah memberlakukan jam malam untuk menghambat penyebaran pandemi Covid-19.

"Mari berharap Maradona kini tengah bermain bola di surga." ***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler