Setelah Imbauan Pakai Masker, Biden Janjikan Hal Ini Pada 100 Hari Pertamanya Menjabat

- 9 Desember 2020, 10:45 WIB
Joe Biden
Joe Biden /Instagram.com/@joebiden

PORTAL PROBOLINGGO - Beberapa waktu lalu, presiden terpilih AS dari Partai Demokrat Joe Biden berjanji untuk mengimbau warga Amerika untuk menggunakan masker dan mulai memperbolehkan sekolah/kuliah tatap muka selama 100 hari pertamanya menjabat.
 
Imbauan itu tak lain bertujuan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 yang kini bahkan sudah menginfeksi lebih dari 15 juta orang dan menyebabkan lebih dari 280 ribu orang meninggal dunia.  
 
Mantan wakil presiden era Obama itu kemudian kembali berjanji pada hari Selasa, 8 Desember 2020 bahwa dirinya akan memastikan 100 juta vaksin virus Corona bisa diterima oleh orang Amerika selama 100 hari pertamanya di Gedung Putih. 
 
Pernyataan Biden pada hari Selasa itu sekaligus memperkenalkan tim kepemimpinan barunya yang fokus pada perawatan kesehatan serta langkah lebih agresif untuk mengakhiri pandemi Covid-19 yang tentu saja bertolak belakang dengan upaya pemerintahan Trump selama ini.
 
 
Ketika berbicara pada acara di kampung halamannya di Wilmington, Delaware, Biden secara resmi memperkenalkan tim ilmuwan dan dokter yang dikumpulkannya untuk mengubah keadaan secara perlahan agar semakin dekat dengan akhir dari krisis kesehatan masyarakat yang menjadi salah satu krisis terburuk di AS.
 
"Dari kepedihan bersama ini, kami juga akan menemukan tujuan bersama. Untuk mengendalikan pandemi, untuk menyelamatkan nyawa dan untuk menyembuhkan sebagai bangsa," kata Biden yang saat itu terlihat muram setelah mengonfirmasi jumlah korban yang kini mencapai lebih dari 2.200 kematian per hari. 
 
Tim bentukan Biden yang ia juluki sebagai "tim inti perawatan kesehatan Covid" dipimpin oleh Xavier Becerra, calon menteri kesehatan dan layanan kemanusiaan. 
 
Becerra yang merupakan putra imigran Meksiko pernah berada pada dua belas masa jabatan di Kongres dan merupakan Jaksa Agung California. 
 
 
Dengan ditunjuknya Becerra sebagai menteri kesehatan dan layanan kemanusiaan, maka ia akan menjadi orang Latin pertama yang menjabat menteri kesehatan AS.
 
"Misi Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan tidak pernah sevital atau mendesak seperti saat ini," kata Becerra melalui tautan video dari California.
 
Selain Bacerra, anggota tim kesehatan lainnya adalah mantan ahli bedah jenderal Vivek Murthy, yang dicalonkan Biden lagi untuk peran itu, dan Rochelle Walensky, yang ia pilih untuk memimpin Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). 
 
Ada pula Anthony Fauci, pakar penyakit menular terbaik pemerintah, yang kembali ditunjuk Biden untuk menjabat sebagai kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, posisi yang dipegangnya sejak 1984, dan akan menjabat sebagai kepala penasihat medis Biden.
 
 
"Seperti para dokter yang baik, dia akan memberi tahu saya apa yang perlu saya ketahui, bukan apa yang ingin saya ketahui," kata Biden tentang Fauci. 
 
Selama pandemi, Fauci telah bekerja dengan profesional menjadi salah satu sumber informasi paling terkemuka dan tepercaya, terlepas dari hubungan yang bergejolak dengan Trump. 
 
Biden mengatakan dia merasa terhormat menjadi presiden ketujuh yang akan dilayani Fauci.
 
Pada lain kesempatan, Fauci mengatakan krisis kesehatan masyarakat saat ini merupakan yang terberat bagi AS sebagai sebuah bangsa dan memperingatkan bahwa ke depannya, jalan yang harus dilalui tidak akan mudah.
 
 
Biden dan para calon pengisi kabnetnya pun setuju dengan Fauci soal tantangan yang ada di depan mata. 
 
Janji 100 juta vaksin memang menjadi angin segar, tapi masyarakat juga akan menilai timnya dari pelaksanaan program yang disebut Biden akan menjadi rencana vaksinasi massal paling efisien dalam sejarah AS. 
 
Vaksin yang saat ini sedang diproduksi oleh Pfizer diharapkan mendapat persetujuan dari Food and Drug Administration secepatnya minggu ini.
 
 
Namun, Biden mengatakan lebih lanjut bahwa izin edar vaksin oleh FDS baru menyelesaikan satu tugas yang berat, sementara distribusinya akan menjadi tugas yang berbeda. 
 
Hal ini dikarenakan orang Amerika yang terlanjur skeptis soal vaksinasi dan mungkin diperlukan waktu lebih lama agar distribusi bisa merata.***
 

Editor: Elita Sitorini


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x