PORTAL PROBOLINGGO - Tugas pengarang adalah menyodorkan proyek-proyek ingatan sosial dan meramunya agar kembali muncul dan diterima masyarakat.
Mungkin itu pula yang mendorong almarhum Sapardi Djoko Damono menulis puisi 'Dongeng Marsinah' pada 1993-1996.
Marsinah sendiri merupakan buruh pabrik asal Sidoarjo yang hilang dan diduga dibunuh oknum militer pada 9 Mei 1993 lalu.
Dilansir PORTAL PROBOLINGGO dari YouTube Wikipuisi, berikut teks puisi berjudul 'Dongeng Marsinah' dari Sapardi Djoko Damono.
Baca Juga: Bukan Hanya Rempah-Rempah, Ini 5 Alasan yang Mendorong Bangsa Eropa Datang ke Indonesia
Dongeng Marsinah
Marsinah buruh pabrik arloji,
mengurus presisi:
merakit jarum, sekrup, dan roda gigi;
waktu memang tak pernah kompromi,
ia sangat cermat dan pasti.
Marsinah itu arloji sejati,
tak lelah berdetak
memintal kefanaan
yang abadi:
“kami ini tak banyak kehendak,
sekedar hidup layak,
sebutir nasi.”
Marsinah, kita tahu, tak bersenjata,
ia hanya suka merebus kata
sampai mendidih,
lalu meluap ke mana-mana.
“Ia suka berpikir,” kata Siapa,
“itu sangat berbahaya.”
Artikel Rekomendasi