Peran Tionghoa dalam Sejarah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

- 26 Oktober 2020, 16:10 WIB
Upaca Pelantikan Sumpah pemuda 1928
Upaca Pelantikan Sumpah pemuda 1928 /perpusnas.go.id/



PORTAL PROBOLINGGO - Peran para Tionghoa dalam sejarah kebangsaan dapat dilihat ketika peristiwa Sumpah Pemuda. Peristiwa Sumpah Pemuda yang terjadi di Jakarta tersebut dianggap sebagai deklarasi persatuan seluruh etnis bangsa untuk menjadi bagian dari tanah air Indonesia.

Dalam Kongres Pemuda II yang akan melahirkan sebuah teks yang kini dikenal dengan sumpah pemuda, komunitas Tionghoa turut menjadi salah satu yang telah berjasa.

Jasa yang diberikan oleh komunitas Tionghoa dalam Kongres Pemuda II diantaranya adalah menyediakan tempat, menjadi peserta, memuat dan merekam Indonesia Raya untuk pertama kalinya, seperti dilansir dari jurnal DPR.go.id.

Baca Juga: Info Covid-19 Dunia: Indonesia Masih Menjadi Penymbang Kasus Positif Tertinggi di ASEAN

Dalam kongres tersebut, para pemuda berkumpul di sebuah rumah di Jalan Kramat Raya 106 Jakarta yang kini menjadi Museum Sumpah Pemuda.

Pemilik rumah tersebut adalah seorang Tionghoa, Sie Kong Liong, yang menyewakan rumah itu kepada para pemuda yang kelak menjadi tokoh penting, seperti Amir Sjarifuddin (perdana menteri), Muhammad Yamin (menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan), dan Mr. Assat (pejabat presiden Republik Indonesia).

Mengingat jasanya yang telah memfasilitasi Kongres Pemuda II, Sie Kong Liong pernah diusulkan mendapatkan penghargaan.

Baca Juga: 5 Lagu Beserta Liriknya untuk Mengenang Hari Sumpah Pemuda, Nomor 5 Paling Bermakna

Selain Sie Kong Liong, empat pemuda yang juga adalah keturunan Tionghoa juga menghadiri Kongres Pemuda II.

Empat pemuda tersebut yaitu Kwee Thiam Hong, anggota Jong Sumatranen Bond (JSB) kelahiran Palembang. Pelajar Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang berusia belasan tahun itu mengajak sahabatnya Oey Kay Siang, John Liauw Tjoan Hok, dan Tjio Djin Kwie. Mereka aktif sebagai anggota kepanduan.

Sumpah Pemuda yang dianggap sebagai Persamaan akan identitas budaya secara kolektif dijadikan tali penyambung persatuan. Kesadaran akan nasionalisme telah mampu mengubah dinamika kehidupan masyarakat yang mendeklarasikan bahwa mereka adalah satu bangsa.***


Editor: Elita Sitorini


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x