Meningkatnya Covid-19 Di Kabupaten Magelang, Trauma Healing Pengungsi Merapi Terpaksa Dihentikan

- 27 November 2020, 13:20 WIB
Trauma healing di TEA Banyurojo oleh Babinkamtibmas Mertoyudan
Trauma healing di TEA Banyurojo oleh Babinkamtibmas Mertoyudan /Dok. Pemkab Magelang

PORTAL PROBOLINGGO - Sejak meningkatnya kasus covid-19 di Kabupaten Magelang, terutama Kecamatan Mertoyudan, Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Banyurojo dan Deyangan, tidak lagi menerima trauma healing dari pihak luar.

"Ya kita mohon maaf tidak lagi menerima trauma healing dari luar, untuk mengantisipasi penyebaran kasus Covid-19," ujar Kepala Desa Banyurojo, Ikhsan Maksum, pada hari Kamis, 26 November 2020.Sebagaimana dikutip PORTAL PROBOLINGGO dari laman Pemkab Magelang.

Ikhsan mengatakan, sejak TEA ditempati para pengungsi dari lereng Merapi Dusun Babadan I Desa Paten Kecamatan Dukun, pada 6 November lalu, banyak pihak luar yang ingin mengisi trauma healing untuk pengungsi. Bahkan jadwalnya sudah tersusun sampai beberapa waktu ke depan.

Baca Juga: Tak Hanya Bermutu, Vaksin Covid-19 Diklaim Memiliki Khasiat Yang Baik

Trauma healing memang sangat disukai pengungsi. Selain menghibur, trauma healing juga dapat membuat para pengungsi tidak jenuh saat berada di tempat pengungsian, dan mereka juga bisa mendapatkan pengetahuan baru.

Trauma healing biasanya diisi oleh relawan yang sudah terdaftar dan juga tim yang menangani pengungsi dari Banyurojo. Tim ini ada seksi kerohanian, pendidikan, maupun trauma healing. Mereka yang diperbolehkan memberi trauma healing juga harus sudah menjalani rapid test.

Selain itu trauma healing ditangani langsung oleh tim penanganan pengungsi di Deyangan. Kebetulan di TEA Deyangan, didampingi tim dari Universitas Muhammadiyah Magelang untuk menangani pengungsi termasuk trauma healing.

Baca Juga: Edhy Prabowo Ditangkap KPK, Kementerian KKP Hentikan Sementara Ekspor Benih Lobster

Bersama tim, pengungsi diajak bermusyawarah apa saja yang mereka inginkan selama di tempat pengungsian, untuk mengatasi rasa jenuh. Apalagi saat ini sudah hari ke 20 mereka mengungsi ke sister village.

"Para pengungsi senang dan mereka bisa ceria gembira tidak jenuh," ungkapnya.

Namun karena kasus covid-19 di wilayah Mertoyudan semakin meningkat, maka hal tersebut terpaksa dihentikan. Hal sama juga disampaikan Kepala Desa Deyangan Mertoyudan, Risyanto, yang juga tidak lagi menerima trauma healing bagi pengungsi dari pihak luar.

"Ya untuk mencegah penularan Covid-19 karena kasusnya sudah semakin banyak," ungkapnya.***

Editor: Elita Sitorini


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x