PORTAL PROBOLINGGO - Setelah hampir 100 tahun, maskot ikonik singa mengaum milik MGM (Metro Goldwyn Mayer) kini telah diganti dengan versi yang semuanya CGI.
Computer Graphic Images atau CGI adalah salah satu jenis special effect (SFX) yang banyak dijumpai di industri perfilman.
Lebih dari setengah lusin singa hidup nyata telah digunakan selama bertahun-tahun untuk menggambarkan maskot MGM.
Baca Juga: Hormati Hari Raya Nyepi Tahun 1943, Bandara I Gusti Ngurah Rai Akan Ditutup Sementara
Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Ikatan Cinta Sabtu 13 Maret 2021, Papa Surya Yakin Anting Itu Milik Elsa
Tapi, sekarang telah digantikan oleh duplikat buatan komputer yang hampir identik.
MGM telah merencanakan untuk memulai debut versi CGI baru dari ‘Leo the Lion’ di film James Bond terbaru.
Tapi ketika ‘No Time To Die’ ditunda dari 2019 hingga 2021 karena pandemi virus corona, begitu pula dengan pengungkapan maskot tersebut.
Sebaliknya, studio tersebut meluncurkan versi baru logo tersebut di YouTube pada hari Senin 8 Maret 2021.
Baca Juga: Spesifikasi Samsung Galaxy A02s, Smartphone Terbaru Dengan Triple Kamera, Dengan Harga 1 Jutaan
Ada delapan singa berbeda yang digunakan sejak 1924. Masing-masing digunakan dalam beberapa iterasi logo MGM.
Singa pertama tidak mengaum. Sementara, beberapa singa akan digantikan oleh karakter seperti Tom, dari Tom And Jerry, atau Marx Brother setelah raungan pertama.
Untuk sesaat di tahun 1960-an, MGM berhasil menyingkirkan singa yang mengaum, menggantinya dengan gambar singa bergaya.
Logo yang dirubah hampir identik dengan versi yang digunakan MGM selama 64 tahun terakhir.
Perubahan yang paling mencolok adalah animasi pengantar merek dagang. Yang sekarang menampilkan slogan logo asli dalam bahasa Inggris.
Diketahui sebelum secara perlahan memperkecil dan kembali ke bahasa Latin asli: "Art For Art's Sake".
Sebuah laporan baru-baru ini oleh The Hollywood Reporter telah mengungkapkan bahwa penundaan No Time To Die membuat MGM Studios kehilangan bunga sekitar 1 juta dolar per bulan.
Bunga tersebut atas uang yang dipinjam untuk proses pembuatan filmnya, yang tidak akan dapat dikembalikan sampai film dibuka di bioskop.
“MGM menderita. Setiap distributor besar pada saat ini memiliki setumpuk film mahal yang belum pernah dirilis,” ungkap Hal Vogel, CEO Vogel Capital Research.
“Tumpukan itu bertambah besar dari hari ke hari,” tambah Hal Vogel sebagaimana dikutip PORTAL PROBOLINGGO dari NME pada Sabtu, 13 Maret 2021.
Film-film ini adalah inventaris. Mereka duduk di sana tanpa pengembalian investasi mereka. Bahkan dengan suku bunga rendah, biaya bunga terus menumpuk.***
Artikel Rekomendasi