Puisi Hari Pahlawan 10 November Karya Seniman Indonesia

- 4 November 2020, 09:17 WIB
Ilustrasi puisi Hari Pahlawan.
Ilustrasi puisi Hari Pahlawan. /Pixabay/Pexels

PORTAL PROBOLINGGO - Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November. Hari Pahlawan dilatarbelakangi oleh peristiwa pertempuran di Surabaya pasca Kemderkaan Indonesia.

Sebagai masyarakat Indonesia, memperingati Hari Pahlawan tentu menjadi moment dalam rangka mengenang jasa para pahlawan.

Berikut beberapa puisi yang diciptakan oleh para seniman terkenal di Indonesia.

Baca Juga: Karena Hal Ini, Presiden Trump Mengancam Akan Mengambil Tindakan Hukum Terkait Pilpres AS

SEBUAH JAKET BERLUMUR DARAH
Oleh: Taufiq Ismail

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan berahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan

Baca Juga: Yuk Investasi Emas! Harga Logam Mulia Emas UBS Hari Ini Rabu 4 November 2020 di Pegadaian

PAHLAWAN TAK DIKENAL
Oleh: Toto Sudarto Bachtiar

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda

Halaman:

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x