Sejarah Peristiwa 10 November Menjadi Hari Pahlawan Nasional, Pecahnya Pertempuran di Surabaya

- 3 November 2020, 18:14 WIB
Ilustrasi kemerdekaan Indonesia./Tangkap layar YouTube/MVP Entertainment ID
Ilustrasi kemerdekaan Indonesia./Tangkap layar YouTube/MVP Entertainment ID /Ilustrasi kemerdekaan Indonesia./Tangkap layar YouTube/MVP Entertainment ID/
 


PORTAL PROBOLINGGO - Peristiwa 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional yaitu peristiwa pertempuran hebat di Surabaya.

Berikut sejarah peristiwa 10 November sebagaimana dikutip PORTAL PROBOLINGGO dari berbagai sumber.

Peristiwa ini berawal dari Perang Dunia Ke-2 yang mana Amerika, Inggris dan Belanda bersekutu demi memerangi Jepang. Sehingga, Pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kalah pada sekutu.

Jepang yang saat itu menjajah Indonesia menjadi tak berdaya karena serangan sekutu.

Keadaan inilah yang menjadi titik tolak  Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
 
Baca Juga: Contoh Teks Pidato Hari Pahlawan 10 November oleh Khofifah Indar Parawansa

Sejak saat itu Indonesia lepas dari belenggu penjajahan. Indonesia telah merdeka tanpa kekuasaan bangsa lain.

Namun, di awal kemerdekaan, pihak Belanda masih ingin menguasai wilayah nusantara. Dengan liciknya, Belanda menyusup dalam pasukan sekutu yang bertugas di Indonesia.

Kemudian beberapa orang NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dari Belanda mendarat di tanah air.

Tugas yang diemban sipil Belanda ini untuk memulihkan kembali kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia.
 
Baca Juga: Pidato Bung Tumo yang Membakar Semangat Pejuang dalam Pertempuran 10 November Surabaya

Isu kedatangan sekutu yang diboncengi Belanda ini telah membangkitkan kobaran semangat juang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Saat itu, rakyat sangat tergugah untuk menentang bayangan  Belanda melalui kehadiran pasukan sekutu.

Masyarakat Surabaya semakin antisekutu lantaran  rombongan  yang mendarat di Tanjung Perak ini  dengan cepat menduduki tempat-tempat vital di Surabaya.

Tempat-tempat tersebut seperti lapangan terbang, kantor pos, radio Surabaya, gedung internatio, pusat kereta api, pusat oto mobil  dan lain-lain, dengan maksud untuk menduduki seluruh kota Surabaya.
 
Baca Juga: 10 Ucapan Hari Sumpah Pemuda dari Kutipan Tokoh Nasional, Bung Karno hingga Tan Malaka

Tidak sampai  situ, pasukan ini dicurigai membawa NICA. Hal itu terbukti dengan keberadaan dua buah motor boat bermuatan Pasukan Serikat menembaki pos komando laut  RI di Modderlust.

Di samping itu, Angkatan Udara  Inggris (RAF) menjatuhkan selebaran tanpa sepengetahuan Jenderal Mallaby.

Isi pamflet itu secara garis besar memerintahkan rakyat Surabaya dan Jawa Timur untuk menyerahkan kembali semua senjata dan peralatan perang milik Jepang dalam tempo 48  jam.

Selanjutnya Jenderal Hawthorn  mengeluarkan ultimatum akan menghukum seberat-beratnya bagi yang tidak mematuhi perintah Inggris.
 
Baca Juga: Peringati Hari Pahlawan Nasional, Mahfud MD Sebut Jokowi Akan Anugerahkan Gelar Pahlawan

Tindakan –tindakan sekutu menimbulkan kemarahan pemuda Surabaya. Perlakuan tersebut dianggap sebagai suatu penghinaan bagi bangsa Indonesia.

Atas persetujuan pemerintah, maka di bawah pimpinan  Mayor Jenderal Yono Sewoyo (Komandan Divisi TKR) dikeluarkan perintah untuk perang.

Dari sinilah masyarakat mulai menentang  sekutu di Jawa Timur. Gubernur R.M.T.A Suryo yang mewakili pemerintah daerah saat itu enggan menerima kehadiran sekutu.

Mereka rela berkorban jiwa dan raga demi kedaulatan Indonesia. Rasa dikhianati sekutu telah menimbulkan permusuhan dan kebencian dari pribumi sehingga terjadi berbagai konflik di beberapa wilayah di kota-kota besar seperti di Pulau Jawa dan Sumatera.
 
Baca Juga: Lirik Lagu Gugur Bunga karya Ismail Marzuki, Cocok untuk Mengenang Jasa Pejuang di Hari Pahlawan

Pada sore hari di tanggal 28 Oktober 1945, para pemuda pribumi dipimpin dr. Mustopo bersama  20 ribu kekuatan prajurit TKR dan 120 ribu kelompok pemuda bersenjata bersatu dalam melakukan penyerangan kamp Belanda dan sekutu.

Di hari yang sama, ketika tengah malam, Radio Pemberontakan terhadap sekutu, menyebarkan semangat seluruh lapisan masyarakat untuk bersatu dan merebut kembali tempat-tempat vital yang telah dikuasai Inggris dan sekutu.

Aspirasi perlawanan terhadap penjajah dikumandangkan oleh Bung Tomo, seorang yang berapi-api menggunakan radio untuk perjuangan. Hal tersebut menimbulkan suasana semangat yang semakin berkobar mempertahankan kemerdekaan.

Untuk menyelamatkan pasukan Inggris dan sekutu dari amuk warga Surabaya, Jenderal DC. Hawntorn meminta Presiden Soekarno untuk menyerukan penghentian  pertentangan antara pemuda pribumi dan sekutu.
 
Baca Juga: Mengenal HOS Cokroaminoto, Sang Guru Para Pahlawan Indonesia, Soekarno Salah Satu Muridnya

Saat itu Soekarno didampingi  oleh Moh Hatta dan Amir Syarifuddin mengadakan perjanjian  dengan pihak  sekutu yang ditujukan untuk menghentikan kontak senjata.

Berdasarkan hasil perundingan dibentuklah Contact Committee, hingga kedaulatan RI akhirnya diakui sekutu.

Namun pasca perundingan, penyerangan dilakukan kembali sehingga banyak kampung penduduk yang menjadi korban. Tindakan sekutu yang didominasi pasukan Inggris ini semakin menyulut pertikaian.

Pada tanggal 31 Oktober 1945,  Brigadir Mallaby yang dikawal oleh Kapten Smith, Kapten Shaw dan Letnan Laughland tiba-tiba ditahan oleh sekelompok pemuda pribumi.
 
Baca Juga: Inspirasi Nama Bayi Laki-Laki dari Pahlawan Nasional, Supaya Buah Hati Jadi Tokoh Hebat

Hal itu membuat  Mayor Venugopall melemparkan granat ke arah pemuda.  Saat itu terjadi letusan yang hebat dari kedua belah pihak.

Pertempuran pecah pada 30 Oktober setelah komandan pasukan Britania, Brigadir A. W. S. Mallaby tewas dalam baku tembak.

Saat itu mobil yang ditumpanginya terkena ledakan granat dari pengawalnya sendiri saat hendak melindungi Mallaby dari kepungan Pejuang Indonesia.

Kematian Mallaby pun menyulut pertempuran paling berdarah sepanjang sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
 
Baca Juga: Menjelang Hari Pahlawan, Ini 5 Rekomendasi Film Mengenai Perjuangan

Sesudah kematian Mallaby pihak Inggris mendatangkan pasukan baru di bawah pimpinan Mayor Jenderal E.C Mansergh.

Pada tanggal 7 November, Mansergh mengirim surat yang isinya menyatakan Gubernur Soeryo tidak mampu menguasai keadaan, seluruh kota telah dikuasai para perampok.

Kemudian tanggal 8 November surat kembali dikirim, adapun isi surat berupa ancaman serius dari pihak sekutu yang berniat menggempur seluruh Surabaya.

Surat-surat  tersebut kemudian dibalas Gubernur Soeryo pada tanggal 9 November, akan tetapi tidak sampai kepada sekutu.
 
Baca Juga: Contoh Teks Pidato Hari Pahlawan 10 November oleh Khofifah Indar Parawansa

Hal itu mendorong sekutu untuk mengeluarkan ultimatum yang isinya memerintahkan orang-orang Indonesia untuk meletakkan bendera merah putih di atas tanah dan para pemuda harus menghadap dengan “angkat tangan” dan dituntut untuk bersedia menandatangani surat menyerah tanpa syarat.

Mansergh saat itu menginstruksikan agar wanita dan anak-anak patut meninggalkan kota sebelum pukul 19.00 WIB malam itu. Pribumi diberi ancaman hukuman mati apabila masih membawa senjata sudah pukul 06.00 pada tanggal 10 November 1945.

Ultimatum tersebut dianggap menusuk  perasaan rakyat Indonesia. Hal ini karena maknanya merupakan penghinaan terhadap martabat dan harga diri bangsa Indonesia.

Keadaan itu menciptakan situasi antara pemimpin Indonesia dan pemuda Surabaya terjadi perdebatan dalam menanggapi ultimatum sekutu. Hasilnya bahwa para pemuda memutuskan menolak ultimatum.
 
Baca Juga: Inilah 3 Jenis Makam Pahlawan Yang Ada di Indonesia, Harus Tahu Bedanya

Reaksi Arek-arek Surabaya itu diumumkan oleh Gubernur Soeryo melalui radio pada pukul 23.00 malam. Ultimatum itu sama sekali tidak dihiraukan rakyat Surabaya sehingga pecahlah Pertempuran Surabaya.

Keesokan harinya, 10 November 1945 sejak pukul 06.00 WIB, Inggris melakukan serangan atas kota Surabaya. Menghadapi keadaan genting itu,  para pemuda Surabaya sama sekali tidak gentar.

Di balik jiwa-jiwa berani Arek Surabaya ada pidato pidato Bung Tomo yang menyemangati rakyat  untuk melawan penyerbuan sekutu.

Pada hari itu,  Pemuda Indonesia yang membawa bendera merah putih dalam berperang tetap semangat di bawah pimpinan  Soengkono yang saat itu menjadi Komandan Pertahanan.
 

Para pemuda saat itu menghadapi sekutu dengan menggunakan senjata bambu runcing dan belati dalam bergerak menyerang tank-tank Sherman milik sekutu.

Sedikitnya, terdapat 6000 orang rakyat Surabaya yang gugur dan sisanya mengungsi. Tanggal 10 November 1945 merupakan puncak perjuangan arek-arek Surabaya.

Surabaya habis-habisan digempur oleh Inggris, namun para pemuda berhasil mempertahankan Surabaya selama tiga minggu.

Kontak senjata yang pertama terjadi di Tanjung Perak dan kemudian berakhir di Gunung Sari pada tanggal 28 November 1945.
 
Baca Juga: Peringati Hari Sumpah Pemuda, Bima Arya Sentil Generasi Muda yang Selalu Rebahan: Itu Bukan Muda

Inggris dan Sekutu mengerahkan kekuatan mereka dan menggempur Surabaya dari darat, laut dan udara. Perang ini mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang luar biasa banyak.

Meski dari sisi Indonesia korban jiwa lebih banyak (terutama rakyat sipil), namun sejarah mencatat perlawanan di Surabaya adalah yang paling heroik di semua pertempuran membela kemerdekaan.***

Editor: Elita Sitorini


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x