Mengidap Penyakit Aneh Setelah Positif Covid-19, Ratusan Anak Dirawat di Rumah Sakit

6 Februari 2021, 15:06 WIB
Ilustrasi anak pengidap penyakit aneh setelah positif Covid-19. /Pexels/Andrea Piacquadio

PORTAL PROBOLINGGO - Saat ini, hingga 100 anak seminggu dirawat intensif di rumah sakit dengan penyakit langka yang dapat muncul beberapa minggu setelah infeksi Covid-19.

Dalam fenomena yang mengkhawatirkan dokter anak tersebut, 75 persen anak yang paling parah terkena sindrom multi sistem inflamasi pediatrik (PIMS) adalah anak berkulit hitam, Asia, atau etnis minoritas (BAME).

Dilansir PORTAL PROBOLINGGO dari PORTAL JEMBER dalam artikel "100 Anak Dirawat di Rumah Sakit karena Mengidap Penyakit Langka Pasca Infeksi Covid-19", menurut gambaran kasus yang tidak dipublikasikan, hampir empat dari lima anak sebelumnya dalam keadaan sehat.

Baca Juga: Mantan Presiden Amerika Barack Obama Garap 6 Projek Film Untuk Netflix

Ketika PIMS muncul pada gelombang pertama pandemi, hal itu menyebabkan kebingungan di kalangan dokter, kekhawatiran di antara bos NHS, dan di antara orang tua.

Awalnya dianggap sebagai penyakit Kawasaki, kondisi langka yang umumnya menyerang bayi. Akan tetapi, PIMS telah dikenali sebagai sindrom post-viral baru yang dialami satu dari 5.000 anak saat sebulan setelah terkena Covid-19, terlepas dari memiliki gejala atau tidak.

Gejalanya sering melibatkan ruam, suhu hingga 40 derajat Celcius, tekanan darah rendah yang berbahaya, masalah perut, dan dalam kasus yang serius gejalanya seperti syok toksik atau kondisi sepsis yang berpotensi fatal. Dua anak diperkirakan meninggal karena PIMS sejak pandemi dimulai.

Baca Juga: Irregular Verbs dalam Bahasa Inggris, PART 1 (B sampai L)

Sementara itu, para spesialis tidak percaya bahwa frekuensi penyakit telah meningkat terhadap kasus-kasus di komunitas yang lebih luas, jumlahnya lebih tinggi daripada gelombang pertama.

Rumah sakit diketahui telah menerima hingga 100 orang muda selama seminggu gelombang kedua berlangsung.

Antara 12 hingga 15 anak diyakini jatuh sakit setiap hari sejak awal Januari. Kasus telah muncul di banyak tempat, tetapi sebagian besar terjadi di London dan Inggris tenggara, daerah varian baru dari virus Corona yang infeksinya telah meningkat tajam.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 6 Kelas 5 Halaman 169, 170,171, 172, 175, dan 176 , Subtema 3 Pembelajaran 4

Bukti yang dikumpulkan oleh Dr Hermione Lyall, seorang ahli penyakit menular pada anak-anak dan direktur klinis untuk layanan anak-anak di Imperial College Healthcare NHS trust di London, telah mengungkapkan dampak yang sangat tidak proporsional dari penyakit ini terhadap anak-anak yang berasal dari BAME.

Dalam presentasinya, dia menyebutkan bahwa 78 pasien PIMS yang berakhir di perawatan intensif, 47 persennya berasal dari Afro-Karibia dan 28 persen berlatar belakang Asia.

Dr Liz Whittaker, juru bicara PIMS untuk Royal College of Paediatrics and Child Health, mengatakan dia dan timnya sedang meneliti kecenderungan tersebut.

Baca Juga: Kejutkan Penggemar, Kim Tae Ri Buka Akun Instagram

“Kami melakukan penelitian untuk memahami mengapa populasi ini terpengaruh. Genetika mungkin menjadi penyebab tetapi kami khawatir bahwa hal ini adalah cerminan dari penyakit kemiskinan," ujar Whittaker.

"Hal itu secara tidak proporsional memengaruhi mereka yang tidak dapat menghindari keterpaparan karena pekerjaan mereka, rumah tangga multi-generasi, dan perumahan yang padat," imbuhnya.

Data terpisah yang dikumpulkan oleh Dr Marie White dari Evelina menunjukkan bahwa 60 persen dari 107 kasus PIMS yang mereka tangani hingga 13 Januari adalah anak-anak kulit hitam Afrika atau Karibia.

Baca Juga: Lowongan Kerja, PT CS2 Pola Sehat OT Group Jakarta Buka Posisi bagi Minimal Pendidikan S1, Cek Persyaratannya

Dr Habib Naqvi, direktur NHS Race and Health Observatory, menyerukan penyelidikan tentang risiko anak-anak BAME yang jauh lebih besar terkena PIMS.

"Jelas, penyelidikan segera diperlukan sekarang untuk mengetahui mengapa anak-anak kulit hitam dan Asia lebih rentan terhadap PIMS," kata Naqvi.

"Kami prihatin dengan temuan awal ini dan mengetahui bahwa ketidaksetaraan kesehatan struktural dapat memengaruhi kehidupan individu dari latar belakang etnis minoritas di seluruh rentang hidup mereka," lanjutnya.

Baca Juga: Gurih dan Nikmat, Ini Resep Rawon Daging Sapi Khas Jawa Timur serta Manfaatnya

Dataset Lyall juga mengungkapkan bahwa 78 persen pasien tidak memiliki penyakit yang mendasari atau terkesan dalam keadaan sehat.

Usia rata-rata anak yang terkena PIMS adalah 11 tahun, tetapi berkisar antara delapan hingga 14 tahun. Dua per tiga dari jumlah tersebut, (67 persen) adalah laki-laki, hanya 22 persen yang terinfeksi Covid-19 ketika PIMS muncul.

Sementara itu, yang lain sudah mengidapnya dan hampir satu dari empat orang yang berakhir dengan PICU yang mengembangkan kondisi jantung atau disebut pelebaran arteri koroner, yang dapat berpotensi fatal.

Baca Juga: Susu Sapi Bisa Membuat Kucing Menjadi Diare, Begini Penjelasan Ahli

Data lebih lanjut yang disajikan oleh para ahli di webinar menunjukkan bahwa sejumlah kecil anak-anak itu menderita kebingungan, kelesuan, disorientasi, mulai berperilaku tidak biasa, dan dalam kasus yang jarang terjadi, mengalami stroke.

Selain itu, dalam penelitian terhadap 75 anak, delapan anak menderita masalah jantung, termasuk miokarditis dan disfungsi ventrikel.

Whittaker mengatakan, orang tua tidak perlu khawatir dengan lonjakan jumlah pasien rawat inap karena kejadian PIMS baru-baru ini sebanding dengan dampak pandemi yang lebih besar pada orang dewasa selama beberapa minggu terakhir.

Baca Juga: Dicari Banyak Pembeli, Inilah 5 Ide Jualan Online yang Cocok untuk Pemula

"PIMS bisa sangat serius. Tetapi kami telah melihat lebih sedikit anak-anak yang sakit parah (pada gelombang kedua) karena ada pengenalan lebih awal dan pengobatan lebih dini," kata Whittaker.

"Ini tetap jarang, dan kami tidak berpikir orang tua harus khawatir, karena jauh lebih mungkin untuk tidak mempengaruhi anak mereka daripada mempengaruhi mereka. Jumlahnya rendah dan (PIMS) tidak akan menjadi alasan untuk melarang sekolah dibuka. Usia median adalah sembilan tahun. Kami tidak akan menutup taman bermain,"*** (Mohammad Syahrial/PORTAL JEMBER)

Editor: Mohammad Syahrial

Sumber: Portal Jember

Tags

Terkini

Terpopuler