Ahli Mengatakan Covid-19 Kini Telah Menjadi Sindemi, Ini Penjelasannya

16 November 2020, 21:47 WIB
Penambahan Kasus Covid-19 di Indonesia /Pixabay/distelAPPArath

PORTAL PROBOLINGGO - Pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini tentu memengaruhi banyak sektor dalam suatu negara.
 
Namun, tak jarang beberapa sektor selain kesehatan turut memengaruhi persebaran Covid-19, seperti dikutip PORTAL PROBOLINGGO dari berbagai sumber. 
 
Saat ini, peneliti bernama Richard Horton menyebut Covid-19 sebagai sindemi yang merupakan gabungan kata sinergi dan pandemi. 
 
Baca Juga: Hari Guru Nasional, McDonalds Berikan Hadiah untuk 300 Guru, Segera Ikuti!
 
Artinya, penyebaran dan terbentuknya cluster baru Covid-19 disebabkan oleh adanya gejolak dalam hal ekonomi, politik, maupun sosial yang kemudian saling berkesinambungan dalam memberi dampak.
 
Sebagai contoh, Selandia Baru yang merupakan salah satu negara dengan penanganan Covid-19 yang cukup baik.
 
Di sana, pemerintah terus berupaya untuk menghentikan penularan yang semakin banyak dan membuat Covid-19 memberikan dampak seminimal mungkin terhadap sektor selain kesehatan di negara tersebut.
 
Baca Juga: Ayo Bantu Ketahanan Pangan, Gantilah Nasi Dengan 6 Makanan Ini
 
Dalam konteks ini, artinya Selandia Baru hanya mengalami pandemi, bukan sindemi. Sementara itu, di Amerika Serikat berlaku kondisi sebaliknya.
 
Huru-hara yang terjadi akibat rasisme mengakibatkan persebaran Covid-19 yang semakin besar dan berujung pada turunnya investasi serta nilai jual dollar.
 
Selain itu, konflik soal Trump yang tidak bisa menerima hasil pemilu yang berbuntut pada aksi protes dan menciptakan cluster baru  pada akhirnya juga memengaruhi stabilitas negara.
 
Baca Juga: Lirik Lagu Terima Kasihku, Ungkapan Syukur dan Terima Kasih Atas Jasa Para Guru
 
Dari dua kondisi itu, secara tak langsung beberapa penyakit dan guncangnya suatu negara saling berkaitan dengan Covid-19. Dengan demikian, Amerika saat ini bisa dikatakan sedang mengalami sindemi.
 
Menurut Horton, saat ini yang perlu dilakukan bukan hanya sekedar mempercepat ketersediaan vaksin. 
 
Seseorang bisa saja mengalami kematian akibat beberapa penyakit seperti penyakit jantung, diabetes, atau kanker yang bahkan tidak ada hubungannya oleh Covid-19, melainkan karena kemiskinan atau rasisme yang membuat seseorang kehilangan pekerjaan serta penghasilannya.***

Editor: Elita Sitorini

Tags

Terkini

Terpopuler