Dinilai Sebarkan Informasi Tak Pantas, Donald Trump dapat 'Hukuman' Oleh Twitter dan Facebook

- 7 Januari 2021, 20:25 WIB
Donald Trump.
Donald Trump. / Instagram/@realdonaldtrump

PORTAL PROBOLINGGO - Twitter dan Facebook mengambil tindakan atas penyebaran informasi yang salah dan hasutan kekerasan oleh Donald Trump di platform mereka pada hari Rabu, 6 Januari 2021, setelah pendukung presiden membuat kericuhan Capitol AS.

 
Kedua perusahaan raksasa itu mengunci akun Trump dan menghapus beberapa pos dari presiden yang menimbulkan keraguan pada hasil pemilu serta memuji para pendukungnya atas "keberanian" mereka melakukan protes di gedung pemerintah ketika anggota parlemen berusaha menghitung suara untuk pemilu.
 
Bahkan untuk Facebook, semua posting Trump ke akunnya telah ditangguhkan selama 24 jam. Instagram sebagai bagian dari Facebook juga tak ketinggalan mengunci akun Trump.
 
 
Sementara itu, Twitter mengunci akses Trump ke akunnya sendiri selama 12 jam serta memintanya untuk menghapus tiga cuitan yang menurut perusahaan melanggar kebijakannya. 
 
Twitter dalam sebuah pernyataan publik juga mengungkapkan ancamannya bahwa jika ketiga Tweet yang dimaksud tidak dihapus oleh Trump, akunnya akan tetap ditangguhkan hingga waktu yang tidak ditentukan, dan jika Trump kembali membuat Tweet yang isinya melanggar kebijakan, akunnya akan ditangguhkan secara permanen dari Twitter.
 
Tindakan tersebut merupakan tindakan paling agresif dari Twitter, setelah bekerja sama dengan Facebook dan YouTube untuk menghapus postingan video dari akun Trump yang berisi pujian sang presiden kepada para pengunjuk rasa.
 
 
Sebelumnya pada hari Rabu, Twitter sempat memblokir beberapa postingan Trump dengan alasan "risiko kekerasan".
 
Saat para pendukungnya berkumpul untuk memprotes sertifikasi hasil pemilu 3 November, Trump dalam tweet menuduh Wakil Presiden Mike Pence kurang berani untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
 
Dalam video yang dia bagikan di media sosial di kemudian hari, Trump mendesak para pendukungnya untuk mengakhiri demonstrasi, tetapi juga secara tak langsung memberikan sugesti agar upaya pemberontakan tetap berjalan dengan kembali menyebut bahwa pemilu tersebut penuh kecurangan.
 
 
Di hari yang sama, Trump juga kembali mencuit pandangan salahnya bahwa kemenangan yang seharusnya jadi miliknya telah diresbut dengan cara yang tidak pantas. 
 
"Sejalan dengan kebijakan integritas sipil kami dan pedoman terbaru, kami telah memberi label pada tweet, dan secara signifikan membatasi keterlibatan (Trump) dengan tweet karena risiko kekerasan. Artinya, tweet ini tidak akan dapat dibalas, di-retweet, atau disukai," kata juru bicara Twitter.
 
Facebook melakukan sejumlah pertimbangan sepanjang hari, termasuk keputusan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menghapus postingan yang dibuat Trump. 
 
 
Guy Rosen, wakil presiden integritas Facebook, dalam cuitannya mengungkapkan bahwa tindakan yang dilakukan pihaknya adalah tindakan darurat karena postingan Trump dianggap dapat lebih jauh menimbulkan kekerasan.
 
Facebook juga mengatakan akan menghapus konten yang memuji penyerbuan gedung DPR AS, seruan untuk membawa senjata ke segala penjuru di seluruh AS, video dan foto dari pengunjuk rasa di Capitol, serta setiap upaya lain yang dianggap mendukung kekerasan dalam beberapa hari mendatang. 
 
Bersamaan dengan itu, tagar #StormtheCapitol juga telah dilarang untuk digunakan karena merupakan kategori yang dapat mengundang kelompok pembenci dan teroris.
 
 
Keputusan Facebook dan Twitter ini juga didukung oleh kelompok aktivis online "Color of Change" yang meluncurkan petisi pada hari Rabu agar semua perusahaan media sosial memblokir akun Trump presiden. 
 
Kelompok itu mengatakan bahwa peringatan bertahun-tahun tentang bahaya supremasi kulit putih yang menggunakan berbagai platform untuk merekrut, mengatur, dan menggalang dana telah diabaikan. 
 
Twitter sendiri menangguhkan akun Twitter Trump setelah mendapat tekanan oleh warganet untuk segera melakukan hal itu karena meningkatnya ketegangan di Washington. 
 
 
"Ancaman dan seruan untuk melakukan kekerasan bertentangan dengan aturan Twitter, dan kami menegakkan kebijakan kami sesuai dengan itu," tutur pihak Twitter.
 
Facebook dan Twitter kini memang lebih berhati-hati soal postingan berbau politik dan kekerasan, terutama dalam suasana pemilu yang belum usia dan masih panas. 
 
Hal itu dilakukannya setelah sebelumnya dua perusahaan itu banyak diprotes warganet karena dianggap "melegalkan" postingan yang tidak semestinya.***
 

Editor: Elita Sitorini


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x