PORTAL PROBOLINGGO - Meskipun Mantan Presiden AS, Donald Trump terkenal dengan sensasinya, namun faktanya beberapa tindakannya dinilai merupakan tindakan yang luar biasa.
Hal ini dibuktikan dengan didaftarkannya Donald Trump pada nominasi Nobel Perdamaian 2021 oleh seorang anggota parlemen Estonia.
Jaak Madison, anggota partai EKRE populis sayap kanan, mengatakan di Facebook bahwa Trump telah berkontribusi untuk memastikan stabilitas di Timur Tengah.
Di mana pada tahun 2020, Israel dan Uni Emirat Arab menyetujui kesepakatan bersejarah normalisasi hubungan.
"Donald Trump adalah presiden pertama Amerika Serikat dalam tiga puluh tahun terakhir, yang belum memulai perang apa pun," kata Madison di Facebook, seperti dikutip PORTAL PROBOLINGGO dari Euro News.
"Selain itu, beberapa perjanjian perdamaian telah dibuat di bawah kepemimpinannya di Timur Tengah, yang telah membantu memastikan stabilitas di kawasan dan perdamaian," tambahnya.
Madison juga mengatakan bahwa pengajuannya tersebut dia lakukan tepat dua jam sebelum atas waktu pada 31 Januari.
Baca Juga: Komentari Kudeta AHY yang Seret Moeldoko, Mahfud MD : Terpikir Saja Tidak, Apalagi Merestui
Menurut situs resmi Komite Nobel, anggota parlemen yang saat ini bertugas di badan legislatif nasional dapat mencalonkan seseorang untuk Hadiah Nobel Perdamaian.
“Saya jelas bukan satu-satunya yang menominasikan kandidat ini, tapi seperti yang kita ketahui, semakin banyak pelamar, semakin besar kemungkinan suksesnya,” tambahnya.
Tahun lalu, tepatnya pada September, seorang anggota parlemen sayap kanan Norwegia Christian Tybring-Gjedde, juga mengajukan nama Donald Trump ke Komite Nobel Norwegia.
"Tidak peduli bagaimana Trump bertindak di rumah dan apa yang dia katakan di konferensi pers," katanya.
Sebagai informasi, Mantan Presiden AS, Barack Obama juga pernah dianugerahi penghargaan tersebut pada tahun 2009 hanya beberapa bulan setelah masa jabatan pertamanya.
Sementara itu, partai EKRE konservatif Estonia sebelumnya telah menimbulkan kontroversi ketika Menteri Dalam Negeri, Mart Helme menyebut Presiden terpilih Joe Biden saat itu sebagai "karakter korup" dan mempertanyakan integritas pemilihan presiden AS.
Menyusul keruntuhan pemerintah awal tahun ini, EKRE tidak lagi menjadi bagian dari koalisi yang berkuasa di Estonia.***
Artikel Rekomendasi