Boeing Berbohong Terkait Kecelakaan Pesawat 737 MAX Yang Melibatkan Lion Air Dan Ethiopian Airlines

- 10 Februari 2021, 21:46 WIB
Ilustrasi Boeing.
Ilustrasi Boeing. /REUTERS/Paulo Whitaker/

PORTAL PROBOLINGGO - Boeing telah berbohong tentang pesawat tipe 737 MAX yang mengalami kecelakaan mematikan. 
 
Para pemegang saham mengklaim bahwa CEO Boeing, Direktur Boeing Co., termasuk Chief Executive Officer David Calhoun melakukan atau membuat informasi yang menyesatkan terkait pesawat 737 MAX 8 setelah dua kecelakaan fatal yang terjadi pada Lion Air dan Ethiopian Airlines. 
 
Mereka dianggap tidak mengembangkan alat untuk mengevaluasi keselamatan dan tidak meminta pertanggung jawaban mantan CEO Dennis Muilenburg karena melakukan upaya lobi untuk melawan kritik yang mengatakan bahwa pesawat itu cacat desain. 
 
 
“Sebelum 737 Max dihentikan, mereka gagal melakukan evaluasi sendiri atas keamanan 737 Max,” kata investor dalam pengaduan Delaware Chancery Court yang dipublikasikan pada 5 Februari. Kurangnya pengawasan diperburuk dengan berbohong di depan umum tentang hal itu. 
 
" Pengajuan pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal, yang merupakan bagian dari gugatan derivatif yang pertama kali diajukan pada 2019 oleh pemegang saham Boeing setelah kecelakaan Lion Air dan Ethiopian Air yang merenggut total 346 nyawa. 
 
Tidak seperti dalam gugatan kelompok pemegang saham, penilaian atau penyelesaian dalam gugatan derivatif biasanya dibayarkan kembali kepada perusahaan dari polis asuransi kewajiban untuk direktur dan pejabatnya.
 
 
Keluhan yang diamandemen tersebut untuk pertama kalinya mengumumkan detail tentang penanganan internal Boeing atas kecelakaan 737 Max, yang menyebabkan pesawat tersebut dilarang terbang selama dua tahun.
 
Hakim Pengadilan Kanselir Delaware Morgan Zurn setuju untuk membuat detail gugatan dibuka untuk publik setelah menyimpulkan "kepentingan publik" dalam penanganan dewan atas kegagalan pengungkapan 737 Max."
 
Sementara itu dewan direksi Boeing menyatakan bahwa mereka memiliki "mekanisme yang kuat dan mapan" untuk mengevaluasi profil keselamatan 737 Max sebelum lepas landas. 
 
 
Masalah dengan sistem kontrol penerbangan otomatis pesawat atau  MCAS diduga kuat sebagai penyebab kecelakaan. Administrasi Penerbangan Federal A.S. tahun lalu memberi Boeing lampu hijau agar pesawat melanjutkan penerbangan komersil setelah modifikasi ekstensif pada sistem MCAS. 
 
Boeing 737 Max akan kembali mengudara di Eropa bulan ini setelah mendapat persetujuan dari regulator setempat. 
 
Meski demikian, eksekutif Boeing sempat percaya pada kemungkinan kesalahan pilot dan pemeliharaan pesawatlah yang memainkan peran utama dalam kecelakaan Lion Air Oktober 2018 di Indonesia, sementara mereka diam-diam mulai mengatasi kekurangan MCAS.
 
Dua minggu setelah kecelakaan Lion Air, Muilenburg meluncurkan “kampanye hubungan masyarakat, hubungan investor, dan lobi” yang dirancang untuk melawan kecaman serikat pilot maskapai penerbangan AS atas pengungkapan Boeing tentang desain 737 Max dan gelombang pers yang negatif.
 
 
Kampanye tersebut tidak menyebutkan fokus insinyur Boeing pada perbaikan MCAS tetapi malah berusaha mengalihkan perhatian kepada alasan lain terjadinya kecelakaan itu. 
 
Direktur Calhoun dan mantan Kepala Staf Gedung Putih Reagan Ken Duberstein diberitahu tentang kampanye tersebut, menurut email internal yang dicatat dalam  keluhan sebanyak 119 lembar yang diamandemen. 
 
Calhoun menggantikan Muilenburg sebagai CEO Boeing pada Januari 2020. Alih-alih meminta pertanggungjawaban Muilenburg karena mengizinkan 737 Max mengangkut penumpang dengan sistem kontrol penerbangan yang tidak aman.
 
 
Calhoun malah memimpin dakwaan terhadap Muilenburg ketika mereka mengetahui pada Desember 2019 bahwa hubungannya dengan FAA telah usai dan FAA tidak akan segera mensertifikasi ulang 737 Max.
 
Para direktur terus bertindak dengan itikad buruk ketika mereka memutuskan untuk tidak memecat Muilenburg agar dia tidak mendapat keuntungan atas sahamnya sebesar $ 38 juta. 
 
Kasusnya ini tercatat dalam In Re Boeing Co. Derivative Litigation, 2019-0907, Delaware Chancery Court (Wilmington). ***
 

Editor: Elita Sitorini


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x