Pelajaran Sejarah Diisukan akan Dihapus, FSGI Nilai Nadiem Makarim Belum Memahami Kurikulum 2013

19 September 2020, 19:48 WIB
MENDIKBUD Nadiem Makariem. /Dok kemdikbud.go.id/.*/Dok kemdikbud.go.id

PORTAL PROBOLINGGO - Rencana menghilangkan pelajaran Sejarah dari mata pelajaran wajib kelas 10 SMA sederajat banyak menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak.

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) pun ikut mengomentari rencana kebijakan yang dicanangankan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini.

FSGI menilai, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim dinilai belum paham dengan isi yang terkandung dalam kurikulum 2013.

"Sepertinya Nadiem belum memahami kurikulum 2013," ujar Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) FSGI, Satriwan Salim, Sabtu, 19 September 2020.

Baca Juga: Lowongan Kerja September 2020 : PT Sentra Vidya Utama Buka 3 Posisi, Simak Persyaratannya

Hal itu diungkapkannya dalam menanggapi draft perubahan kurikulum 2013 yang beredar di aplikasi pesan WhatsApp.

Menurut dia, jika benar draft itu dari Kemendikbud, maka mestinya perubahan harus didahului dengan evaluasi kurikulum yang sebelumnya.

"Harus ada evaluasi. Apa evaluasi kurikulum 2013 selama ini," katanya.

Kalaupun sudah ada evaluasi, mestinya guru-guru sebagai pengguna (user) dari kurikulum diberikan hasil evaluasi tersebut.

Baca Juga: Lowongan Kerja September 2020 : PT Waskita Karya Reality Buka 8 Posisi Bagi Mimimal Lulusan S1

Sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat Bekasi sebelumnya dalam artikel Soal Wacana Adanya Kurikulum Baru, FSGI: Sepertinya Nadiem Makarim Belum Memahami Kurikulum 2013

"Kalau sudah ada, mana evaluasinya. Kok kami belum tahu, guru-guru belum tahu kok. Bagaimana pelaksanaan pengimplementasian kurikulum 2013. Apa evaluasinya. Ini harus berdasarkan evaluasi," tutur Satriawan.

Sementara itu, dia mengatakan, kurikulum 2013 yang dibuat, melibatkan semua pihak yang terkait, baik itu guru, orang tua dan tokoh masyarakat dan itu diproyeksikan untuk digunakan hingga tahun 2045 mendatang.

"Kita lihat dokumen kurikulum 2013, naskah akademiknya, kurikulum 2013 itu diproyeksikan sampai 2045 loh. Jadi futuristik itu. Jadi kalau yang paham 2013, dia tidak akan genit untuk mengubah, atau mengutak-atik. Karena kurikulum 2013 itu diproyeksikan untuk 2045," ucapnya.

Baca Juga: Jadwal Acara RCTI Hari Ini, 19 September 2020, Jangan Lewatkan Perempuan Pilihan

"Menjawab tantangan revolusi industri, menjawab tantangan era digital dan sebagainya. Artinya kurikulum ini tidak tertinggal-tertinggal banget. Justru dia protektif ke depan. Ini bagi yang paham kurikulum 2013," ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, dalam draft kurikulum baru yang beredar, pelajaran sejarah bakalan dijadikan sebagai pelajaran yang tidak wajib dipelajari siswa SMA dan sederajat.

Di mana kelas 10, sejarah digabung dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS).

Sementara Bagi kelas 11 dan 12 mata pelajaran sejarah hanya masuk dalam kelompok peminatan yang tak bersifat wajib.

Hal itu tertuang dalam rencana penyederhanaan kurikulum yang akan diterapkan Maret 2021.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud, Maman Fathurrohman membantah pihaknya menghapus pelajaran sejarah dalam kurikulum pendidikan.

Baca Juga: Jadwal Acara NET TV Hari Ini, 19 September 2020, Jangan Lewatkan Pertandingan Leeds Vs Fulham

"Tidak benar. Mata pelajaran sejarah tetap ada dalam kurikulum pendidikan," ucap Maman.

Namun diakuinya, dihapusnya pelajaran sejarah SMA sederajat dari mata pelajaran wajib masih dalam ranah diskusi internal, bukanlah dokumen final.

Maman memastikan bahwa perubahan kurikulum 2013 bakalan melibatkan semua pemangku kepentingan.

"(Rencana menghilangkan pelajaran sejarah) Masih dalam tahap diskusi dengan seluruh komponen terkait. Dalam proses perencanaan dan diskusi ini, tentunya Kemdikbud mengapresiasi masukan dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan, termasuk organisasi, pakar, dan pengamat pendidikan yang merupakan bagian penting dalam pengambilan kebijakan," ucap Maman.(Ghiffary Zaka/Pikiran Bekasi)***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler