Menjelang Peringatan Hari Sumpah Pemuda, Simak Sejarah Singkatnya Disini

26 Oktober 2020, 12:47 WIB
Sejarah Singkat Peristiwa Sumpah Pemuda. /kebudayaan.kemdikbud.go.id

PORTAL PROBOLINGGO - Kongres Pemuda I dilaksanakan pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926. Kongres Pemuda pertama tersebut dilaksanakan di Jakarta yang kala itu masih bernama Batavia, dengan tujuan untuk memperjuangkan persatuan bangsa Indonesia dengan membuat suatu wadah pusat yang menghimpun seluruh perkumpulan pemuda daerah.

Lantaran belum adanya rasa persatuan yang kuat dan masih banyaknya perbedaan pandangan, Kongres Pemuda I ini tidak membuahkan hasil.

Oleh sebab itu, tercetuslah gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia.

Baca Juga: Jelang Pilkada Serentak 2020, Gubernur Khofifah Sampaikan Pesan Ini pada Masyarakat

Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.

Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Baca Juga: SM Entertainment Ungkap Girl Grup Baru Mereka aespa yang Akan Debut Bulan November

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak-anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, juga harus ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak-anak juga harus dididik secara demokratis.

Pada sesi rapat berikutnya di gedung Indonesische Clubhuis Kramar, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.

Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Baca Juga: Update Harga Buyback Emas Antam dan Antam Retro di Galeri 24

Sebelum kongres ditutup dengan mengumandangkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman untuk pertama kalinya.

Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, berbunyi :

PERTAMA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,
TANAH INDONESIA.

KEDOEA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,
BANGSA INDONESIA.

KETIGA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN,
BAHASA INDONESIA.

Baca Juga: Info Covid 19 Indonesia, DKI Jakarta Sumbang Kasus Harian Tertinggi

Susunan Panitia Kongres Pemuda II

Ketua: Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
Bendahara: Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I: Djohan Mohammad Tjaja (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemuda Indonesia)
Pembantu III: R. C. L. Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
Pembantu V: Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi)

Baca Juga: Kenali Sepeda Unik Ramah Lingkungan, Kayuh Wooden Bike Buatan Anak Bangsa

Pada saat kongres berjalan, rumusan yang ditulis oleh Mohammad Yamin itu tidak disebut sebagai Sumpah Pemuda. Walaupun telah dibacakan pada kongres, rumusan ikrar tersebut tidak memiliki judul secara jelas. Istilah Sumpah Pemuda muncul setelah kongres berlangsung beberapa hari. Dan peringatan Sumpah Pemuda tetap didasarkan pada tanggal pembacaan ikrar, yakni 28 Oktober. ***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Tags

Terkini

Terpopuler