7 Perbedaan Kisah Perang Baratayuda India dan Jawa, Mahabarata Lovers Wajib Tahu

- 9 Desember 2020, 19:56 WIB
Mahabarata.
Mahabarata. /Instagram/@antv_official

PORTAL PROBOLINGGO - Kisah Mahabharata merupakan salah satu kisah epos (peperangan) yang berasal dari India.
 
Kisah peperangan antara Pandawa melawan Kurawa ini awalnya ditulis dalam sebuah kitab yang kemudian di zaman modern ini banyak diadaptasi dalam bentuk serial televisi.
 
Cerita Mahabharata tidak habis-habisnya  menjadi salah satu cerita favorit bagi kebanyakan orang. Selain karena menyajikan aktor-aktor dengan wajah rupawan, Mahabharata juga menyuguhkan alur cerita yang sarat akan pelajaran hidup.
 
Di Jawa, terdapat cerita dengan inti sama yang tercantum dalam kitab bernama Kakawin Baratayuda yang ditulis oleh Mpu Sedah atas perintah Raja Jayabaya dari Kerajaan Kediri.
 
 
Cerita tersebut kemudian diadaptasi dan disajikan kepada masyarakat melalui wayang kulit dan terkadang wayang orang.
 
Meskipun cerita Baratayuda dalam Mahabarata versi India dan Indonesia memiliki alur cerita yang hampir sama, ada beberapa perbedaan baik yang sangat kontras maupun yang tidak terlalu mencolok di dalamnya.
 
Dikutip PORTAL PROBOLINGGO dari berbagai sumber, berikut perbedaan cerita Mahabarata versi India dan Indonesia.
 
1. Status Drupadi
 
Dalam Mahabarata versi India, Drupadi dari Kerajaan Pancala merupakan istri dari kelima Pandawa. Namun, dalam cerita Mahabarata versi Jawa, Drupadi adalah istri dari Pandawa tertua yakni Yudistira seorang.
 
 
Perbedaan ini dikarenakan menyesuaikan dengan budaya Jawa bahwa tidak elok jika seorang wanita melakukan 'poliandri' alias bersuami banyak.
 
2. Perbedaan Senjata Bima
 
Mahabarata versi India menyajikan sosok Bima yang berbadan besar dengan senjata khasnya berupa gada raksasa.
 
Dalam cerita versi Jawa, Bima juga memiliki senjata gada bernama Gada Rujakpala. Namun, senjata itu jarang digunakan.
 
Bima versi Jawa lebih sering menggunakan kuku berukuran besar yang tumbuh di ibu jarinya bernama Kuku Pancanaka. Kuku Pancanaka inilah yang menjadi identitas seorang Bima dalam bentuk wayang selain badannya yang besar.
 
 
3. Terbunuhnya Sengkuni
 
Sengkuni yang merupakan tokoh paling licik sekaligus paman dari semua Kurawa, dalam versi India diceritakan mati karena jantungnya ditikam oleh Sadewa dengan kapak.
 
Berbeda dengan versi India, Sengkuni versi Jawa mati dalam perang karena tusukan Kuku Pancanaka milik Bima pada anusnya.
 
Diceritakan Sengkuni pernah berguling-guling pada minyak Tala yang tumpah. Minyak Tala merupakan ramuan yang membuat semua orang kebal terhadap senjata.
 
Namun, ketika berguling-guling, Krisna mengetahui bahwa Sengkuni melewatkan satu bagian tubuhnya yaitu anusnya. Krisna pun memberitahu Bima ketika Pandawa menghadapi amukan Sengkuni yang menewaskan lebih banyak prajurit mereka.
 
 
4. Kemampuan Gatotkaca
 
Penampilan Gatotkaca yang dapat berubah wujud menjadi raksasa terbilang singkat dalam Mahabarata versi India. Hanya beberapa saat setelah kemunculannya untuk mengobrak abrik pertahanan pasukan Kurawa, Gatotkaca mati oleh senjata pemberian Dewa Indra yang dimiliki Karna.
 
Dalam cerita pewayangan Jawa, Gatotkaca memiliki kemampuan yang berbeda dari versi India. Gatotkaca versi Jawa tidak bisa mengubah tubuhnya hingga sebesar yang diperlihatkan pada versi India.
 
Namun, Gatotkaca memiliki seperangkat ageman (pakaian) yang membantunya seperti Kutang Anatakusuma yang bisa membuatnya terbang ke sana kemari, Selendang Basunanda, dan alas kaki bernama Padakacarma.
 
5. Punakawan
 
Perbedaan paling mencolok dari cerita Mahabarata versi India dan Jawa adalah keberadaan Punakawan. Pada Mahabarata versi India tidak terdapat Punakawan yang selalu memberikan nasihat-nasihat baik pada Pandawa. Sebagai gantinya, nasihat-nasihat baik diberikan oleh Krishna.
 
                 
Punakawan yang terdiri dari Semar dan anak-anaknya Petruk, Gareng, Bagong dalam pewayangan Jawa menggambarkan abdi atau pengikut yang setia.
 
Hal ini terbukti dalam alur cerita bahwa Punakawan selalu mengikuti tuannya para Pandawa, khususnya Arjuna.
 
6. Anak-anak Pandawa
 
Dalam bersi India, anak-anak Pandawa antara lain adalah Abimanyu, Gatotkaca, dan lima orang anak dari Drupadi dengan Pandawa.
 
Sementara itu, anak-anak Pandawa lebih banyak dalam cerita versi Jawa. Hal ini karena selain Yudistira, Pandawa lain memiliki istri lebih dari satu.
 
 
Anak-anak Pandawa yang cukup terkenal dalam pewayangan Jawa selain yang ditampilkan dalam versi India (kecuali lima anak Drupadi dan Pandawa) antara lain yaitu Wisanggeni (anak Arjuna) serta Antareja dan Antasena (anak Bima)
 
7. Kompleksitas Alur Cerita dan Tokoh
 
Poin ini menyambung dua poin sebelumnya. Tak hanya perbedaan dengan adanya Punakawan dan anak-anak Pandawa lainnya, cerita versi Jawa memiliki alur dan kompleksitas tokoh yang lebih banyak dari cerita versi India.
 
Dalam cerita versi Jawa, selain dewa-dewa versi India, ada pula Bathara Guru dan Bathara Narada yang menjadi panutan bagi Pandawa.
 
Selain itu, ada pula beberapa tokoh antagonis di luar pihak Kurawa seperti Brajadenta (kakak Arimbi yang tidak suka pada Gatotkaca) dan Buto (raksasa) Cakil, serta tokoh protagonis lain  seperti Batara Kamajaya.***
 

Editor: Elita Sitorini


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x