Uni Eropa dan Inggris Beri Sanksi Pejabat Rusia yang Diduga Racuni Salah Satu Pihak Oposisi

16 Oktober 2020, 16:06 WIB
Gorky Park, Moscow, Russia. /Unsplash/Sam Oxyak

PORTAL PROBOLINGGO - Uni Eropa dan Inggris menjatuhkan sanksi kepada para pejabat tinggi Rusia yang dekat dengan Presiden Vladimir Putin pada Kamis, 14 Oktober 2020, atas dugaan telah meracuni seorang kritikus oposisi pemerintah Rusia.

langkah itu diambil sebagai sikap tegas menanggapi tindakan pihak Rusia yang meracuni Alexei Navalny pada Agustus.

Didukung oleh Prancis dan Jerman yakni tempat Navalny juga dirawat setelah pingsan dalam penerbangan dari Siberia.

Baca Juga: Lionel Messi: Sekarang Saya Tidak Terobsesi Lagi Mencetak Gol

Uni Eropa dan Inggris telah menargetkan enam orang Rusia dan sebuah pusat penelitian ilmiah negara yang dituduh menyebarkan zat saraf terlarang yang biasa digunakan pihak militer.

Zat tersebut disalahgunakan untuk meracuni seorang kritukus, sekaligus oposisi Rusia yang berusia 44 tahun itu.

"Kami orang Eropa tetap berkomitmen untuk memerangi senjata kimia," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Baca Juga: AJI Sebut 38 Jurnalis Menjadi Korban Kekerasan Oknum Aparat Saat Liput Aksi Tolak UU Cipta Kerja

Dikutip PORTAL PROBOLINGGO dari Reuters, Dia menyerukan pembicaraan dengan Moskow, Rusia.

Tanggapi sanksi, pihak Rusia mengutuk sanksi itu sebagai langkah yang disengaja dan tidak ramah terhadap Moskow dan menjanjikan pembalasan.

Berbeda dengan peracunan mantan mata-mata Rusia di Inggris pada 2018.

Ketika itu UE membutuhkan waktu hampir satu tahun untuk memberikan sanksi kepada agen intelijen militer.

Baca Juga: Tak Hanya Populer di Jagad Sinetron, Inilah 6 Film Yang Sukses Dibintangi Nikita Willy

Uni Eropa saat ini lebih gencar lagi dalam mengawasi pejabat yang diyakini telah merencanakan dan membantu melakukan peracunan.

Meskipun Inggris keluar dari Uni Eropa, London masih mengoordinasikan beberapa pemberian sanksi dengan UE.

Dari enam nama pejabat Rusia itu di antaranya; Andrei Yarin, kepala direktorat kebijakan kepresidenan. Sergei Kiriyenko, wakil kepala staf pertama Putin.

Baca Juga: Romantis, Ini Pesan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan pada Sang Istri yang Ulang Tahun

Sergei Menyaylo, utusan Putin untuk Siberia, Alexander Bortnikov, direktur Dinas Keamanan Federal Rusia dan dua wakil menteri pertahanan menjadi sasaran.

Kendati demikian, Rusia telah menolak tuduhan bahwa Navalny diracun gunakan metode agen saraf Novichok ala Soviet.

Serta menyanggah tuduhan untuk membunuhnya, maka pihak Rusia mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk menjatuhkan sanksi.

Baca Juga: Jadwal Acara Trans7 Hari Ini, 16 Oktober 2020, Jangan lewatkan Keseruan Opera Van Java

Juru bicara Kremlin, Rusia, Dmitry Peskov mengatakan tidak ada logika dalam keputusan tersebut dan bisa saja sanksi telah merusak hubungan diplomatik.

Paris dan Berlin mengatakan mereka belum memiliki penjelasan yang kredibel dari Moskow.

Yaitu atas apa yang dikatakan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia mengenai racun yang berada di dalam tubuh Navalny.

Adapun Navalny saat ini sedang menjalani perawatan dan memulihkan diri di Jerman.***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler