Peneliti Sebut Covid-19 Bukan Lagi Pandemi, Tetapi Sindemi, Apa Itu?

14 November 2020, 20:47 WIB
Ilustrasi Covid-19. /Pixabay/Jeyaratnam Caniceus

PORTAL PROBOLINGGO - Covid-19 yang kini telah menjadi pandemi di seluruh dunia masih menjadi ancaman kesehatan bagi masyarakat dunia.

Melihat keadaan pandemi Covid-19 ini, Richard Horton, pemimpin redaksi jurnal ilmiah The Lancet menerbitkan jurnal dengan judul yang diterjemahkan "Covid-19 Bukanlah Pandemi" pada 26 September 2020.

Horton mengungkapkan bahwa selama ini dunia menghadapi fakta telah mengambil pendekatan yang terlalu sempit untuk menangani wabah Covid-19.

Baca Juga: Puisi Hari Guru Nasional Empat Bait, Cocok untuk Tugas Anak SD, SMP dan SMA

Ia memandang ilmu yang telah memandu pemerintah sebagian besar digerakkan oleh ilmu model epidemik dan spesialis penyakit menular yang dipahami sebagai ilmu untuk menolong keadaan kesehatan yang darurat yaitu wabah dan telah berusia berabad-abad.

Tetapi ia beranggapan apa yang telah dipelajari sejauh ini memberi tahukan bahwa wabah Covid-19 tidak sesederhana itu, dalam artian menggunakan ilmu tersebut belum cukup.

Horton mengungkapkan bahwa kondisi berkumpulnya penyakit menular dan penyakit tak menular juga karena kondisi kesenjangan sosial dan ekonomi, hal inilah yang membuat keadaan semakin buruk ketika muncul penyakit baru atau penyakit berbeda.

Baca Juga: WNI dari 3 Negara Ini Terpapar Covid-19, Kini Jumlahnya Capai 1.872 Orang

Sehingga Covid-19 bukanlah pandemi tapi sindemi. Sindemi adalah akronim yang berasal dari kata sinergi dan pandemi.

Sindemi dicirikan sebagai interaksi biologis dan sosial antara kondisi dan keadaan, interaksi yang meningkatkan kerentanan seseorang terhadap bahaya atau memperburuk hasil kesehatannya.

Maka dalam kasus Covid-19, menangani penyakit tak menular lainnya akan menjadi prasyarat agar penangan Covid-19 efektif.

Baca Juga: Anak Kecanduan Internet, Jangan Panik! Dokter Jiwa Beri Kiat Berikut Ini

Sehingga, mengatasi Covid-19 berarti juga mengatasi hipertensi, obesitas, diabetes, penyakit kardiovaskular dan pernapasan kronis, serta kanker.

Maka dari itu, memberi perhatian yang lebih besar kepada penyakit tak menular bukan hanya agenda negara-negara kaya. Karena ini penyebab penyakit kesehatan yang terabaikan di negara-negara miskin.***

Editor: Hari Setiawan

Tags

Terkini

Terpopuler