Tanggapi Kondisi AS Saat Ini, Biden: Trump Presiden Paling Tak Bertanggung Jawab dalam Sejarah 

20 November 2020, 11:39 WIB
Joe Biden. /Instagram.com/@joebiden

PORTAL PROBOLINGGO - Setelah semua yang terjadi baik dalam pemilu, penanganan pandemi Covid-19, masalah sosial, dan berbagai masalah lain yang terjadi di Amerika saat ini, Joe Biden sebagai presiden terpilih dengan mantap   menyebut Donald Trump sebagai salah satu presiden paling tidak bertanggung jawab dalam sejarah Amerika. 

Biden juga mengungkit aksi protes Trump terhadap hasil pemilu yang menurutnya sangat merusak tatanan negara.

Dikutip dari The Guardian, setelah perbincangannya lewat telefon dengan salah satu gubernur negara bagian pada hari Kamis, 18 November 2020, Biden mengatakan bahwa dia tidak terlalu risau soal Trump yang enggan mengakui kemenangannya dan mempersulit masa transisi. Namun menurut Biden, hal yang dilakukan Trump seolah seperti memamerkan kebobrokan AS sebagai sebagai sebuah negara.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Pep Guardiola Perpanjangan Kontrak di Manchester City

"Apa yang dilakukan presiden saat ini... itu akan jadi perkara lain yang membuatnya tercatat dalam sejarah sebagai salah satu presiden paling tidak bertanggung jawab dalam sejarah Amerika," tutur Biden kepada wartawan di Wilmington. 

Menurut Biden, hal itu sangatlah menyalahi norma yang ada dan pasti akan pertanyaan apakah hal itu sah atau tidak.

Biden menambahkan, orang Amerika sendiri telah menyaksikan betapa Trump tidak melakukan tugasnya dengan baik dan kesan yang buruk soal fungsi demokrasi di AS sedang ditunjukan pada dunia. 

Baca Juga: Kumpulan Doa Sehari-hari Lengkap Arab, Latin, dan Terjemahannya

Ucapan Biden ini merujuk pada Trump yang telah mengajukan gugatan hukum di beberapa negara bagian dan mengklaim, tanpa bukti bahwa dia adalah pemenang pemilu yang sah. 

Trump sejauh ini telah mengajukan setidaknya sembilan tuntutan hukum yang menantang pemilu berikut hasilnya. 

Namun demikian, banyak di antaranya dianggap lemah oleh para ahli hukum. Pengacara pribadi Trump, Rudy Giuliani, mengatakan pada konferensi pers bahwa akan ada lebih banyak tuntutan hukum.

Baca Juga: Jadwal Acara Trans TV Hari Ini, 20 November 2020, Jangan Lewatkan Film The Forest

Ia juga mengatakan bahwa Demokrat telah terlibat dalam membuat konspirasi guna memanipulasi total suara meskipun dia sendiri mengaku belum punya bukti.

"Gugatan ini adalah tentang bagaimana menciptakan kondisi agar setidaknya setengah penduduk percaya bahwa hanya ada dua kemungkinan, mereka menang atau pemilihan disabotase, dan hal itu bukanlah wujud demokrasi," kata Justin Levitt, seorang sarjana hukum konstitusi dan profesor di Loyola Law School. 

Di Michigan, Trump mati-matian menyerang hasil pemilu yang ada. Ia dilaporkan berencana untuk menerbangkan anggota parlemen negara bagian agar bisa bertemu dengannya di Washington pada hari Jumat  sebagai upaya menggagalkan pengesahan kemenangan Biden di negara bagian tersebut dengan 150.000 suara.

Baca Juga: Update Info Covid-19 Kabupaten Probolinggo, Konfirmasi Positif Covid-19 Bertambah 9 Kasus

Pada Selasa, 17 November 2020 malam, Trump melakukan panggilan telepon ke dua anggota Republik dari dewan sertifikasi suara tingkat kabupaten pada malam sebelum pasangan itu mencoba untuk membatalkan dukungan mereka sebelumnya atas sebagian besar suara di Michigan.

Sementara itu, pimpinan badan keamanan pemilu sendiri telah menyatakan pemilihan presiden 2020 sebagai yang paling aman dalam sejarah. Beberapa hari setelah pernyataan itu dikeluarkan, Trump memecat pemimpin agensi tersebut.

Biden mengatakan pemerintahan Trump yang menolak memberikan timnya akses ke agen federal utama memengaruhi kemampuan mereka untuk membuat rencana untuk menanggapi pandemi Covid-19, terutama seputar distribusi vaksin.

Baca Juga: Lowongan Kerja : PT Kobe Boga Utama Buka 2 Posisi Bagi Minimal Lulusan SMA , Simak Persyaratannya

Hal tersebut merujuk pada penolakan oleh General Services Administration (GSA) untuk mengumumkannya sebagai pemenang pemilihan. 

GSA telah memblokir tim Biden hingga tidak bisa menerima dana federal yang dialokasikan untuk transisi dan melarang timnya untuk bertemu dengan rekan-rekan mereka dalam mengumpulkan informasi yang relevan.

Biden mengatakan tim transisinya tidak memiliki semua informasi yang dibutuhkan dari semua berbagai lembaga yang membuat pengujian, panduan, hingga semua masalah penting soal distribusi vaksin sulit untuk ditangani. 

Baca Juga: Cek Disini, Daftar Kereta Api yang Tidak Memerlukan Syarat Rapid Tes

Biden telah meluncurkan timnya sendiri untuk fokus menyusun rencana pengendalian pandemi yang nantinya bisa ditindaklanjuti. 

Namun, Biden dan timnya merasa kesulitasn akibat kurangnya akses ke pemerintah federal dalam perencanaan saat ini yang nantinya bisa membuat respon jauh lebih sulit ketika Biden mulai menjabat pada Januari.

Biden sendiri telah berjanji dia tidak akan mngutamakan lockdown skala nasional setelah pelantikannya pada Januari, meskipun ada lonjakan kasus virus corona baru-baru ini. 

Baca Juga: Resensi Novel Kappa Karya Ryunosuke Akutagawa, Kritik Keras Terhadap Budaya Jepang

Sebagai informasi, ada lebih dari 250.000 orang di AS yang meninggal akibat infeksi virus Corona sementara jutaan lainnya orang masih terinfeksi dan dalam perawatan. Angka ini jauh lebih banyak daripada di negara lain.

"Tidak ada lockdown nasional. Saya di sini bukan ingin menghentikan perekonomian. Saya hanya akan menghilangkan virus itu," kata Biden kepada wartawan. 

Biden mengatakan dia juga telah membahas kemungkinan kewajiban pakai masker berskla nasional dengan gubernur negara bagian karena kasus Covid-19 dan tingkat kematian meningkat di seluruh Amerika Serikat.

Baca Juga: Download Logo Hari Guru Nasional 2020 di Sini, dari Format JPG hingga PNG

Pada pidatonya setelah menelefon beberapa gubernur negara bagian, Biden lebih lanjut mengatakan mengenakan masker bukanlah pernyataan politik, melainkan tugas mulia.

Pada hari Kamis, Dr. Anthony Fauci, salah satu ahli epidemiologi terkemuka AS, berbicara soal pengarahan gugus tugas virus korona Gedung Putih pertama dalam beberapa bulan. 

Pengarahan yang dipimpin oleh wakil presiden Mike Pence tersebut banyak membahas perkembangan terbaru kandidat vaksin virus corona.

Baca Juga: Tanggapi Upaya Herd Immunity, Ilmuwan: Justru Lebih Berbahaya dan Mematikan

Fauci sendiri menyatakan turut senang berita positif tentang kandidat vaksin Coronavirus Pfizer dan Moderna. meskipun demikian, ia tetap menekankan perlunya social distancing dan penggunaan masker.

Menurut Fauci, perhatian soal jaga jarak dan masker ibarat terus menembak ketika bertempur meskipun kavaleri sedang dalam perjalanan.

Fauci juga menyampaikan bahwa orang Amerika perlu lebih memperhatikan protokol kesehatan sembari menunggu vaksin tersedia.

"Kita tidak sedang bicara soal menutup seluruh negara. Kami tidak berbicara tentang lockdown. Kami berbicara tentang mengintensifkan langkah-langkah kesehatan masyarakat sederhana seperti yang kita bicarakan," kata Fauci.***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler