Awal Mula Adzan Dikumandangkan dalam Islam

- 3 Februari 2021, 12:37 WIB
Illustrasi Azan. /pixabay.com/Designia
Illustrasi Azan. /pixabay.com/Designia /pixabay.com/Designia

PORTAL PROBOLINGGO - Adzan merupakan syiar Islam untuk memanggil umat Islam guna melaksanakan shalat wajib lima waktu. Pencetus Adzan sendiri adalah Umar bin Khattab yang mendapatkan ilham dari Allah SWT melalui mimpinya.

Azan (ejaan KBBI) atau adzan merupakan panggilan ibadah bagi umat Islam untuk menunaikan salat fardu. Azan dikumandangkan oleh seorang muazin dari mesjid setiap memasuki waktu lima waktu salat.

Kata azan sendiri berasal dari kata ?adzina yang berarti "mendengar, memperhatikan, menginformasikan tentang". Panggilan kedua setelah azan dinamakan iqamah digunakan untuk memberitahu umat bahwa ibadah salat segera dimulai.

Baca Juga: 15 Perkara yang Membatalkan Sholat, Orang Muslim Wajib Tau!

Sebagaimana dilansir PORTAL PROBOLINGGO dari laman resmi Islam NU, sejarah adzan bermula dari saat zaman dahulu di Madinah, umat Islam berkumpul di masjid untuk menunggu datangnya waktu shalat. Namun ketika waktu shalat telah datang, tidak ada seorang pun yang memberitahukannya. Mereka langsung shalat saja, tanpa ada penanda sebelumnya. Seolah seperti tahu sama tahu.  

Namun, seiring dengan berkembangnya Islam, banyak sahabat yang tinggalnya jauh dari masjid. Sebagian lainnya memiliki kesibukan yang bertambah hingga membuatnya tidak bisa menunggu waktu shalat di masjid. Atas hal itu, beberapa sahabat usul kepada Nabi Muhammad agar membuat tanda shalat. Sehingga, mereka yang jauh dari masjid atau yang memiliki kesibukan bisa tetap menjalankan shalat tepat. Para sahabat Nabi memiliki usulan yang beragam sebagai tanda masuknya waktu shalat.

Ada yang mengusulkan agar menggunakan lonceng sebagaimana orang Nasrani. Ada yang menyarankan menggunakan terompet seperti orang Yahudi. Dan, ada juga merekomendasikan untuk menyalakan api di tempat tinggi sehingga umat Islam yang rumahnya jauh dari masjid bisa melihatnya.  Semua usul tersebut ditolak.

Baca Juga: Surah Al Fiil Ayat 1 - 5 Arab, Latin dan Terjemahan dalam Bahasa Indonesia

Ketika kondisi umat Islam ‘buntu’ seperti itu, dikutip dari Siah Nabawi (Ibnu Hisyam, 2018), seorang sahabat bernama Abdullah bin Zaid menghadap Nabi Muhammad. Ia menceritakan bahwa dirinya baru saja bermimpi melihat seruan adzan pada malam sebelumnya. Dalam mimpi tersebut, Abdullah bin Zaid didatangi seorang berjubah hijau yang sedang membawa lonceng.
 
Maka, Umar bercerita kepada Rasululah SAW bahwa dalam mimpi dia bertanya kepada laki-laki berpakaian hijau itu, “Hai hamba Allah, apakah lonceng itu akan kaujual?” Kemudian orang itu balik bertanya, “Memangnya ingin kau gunakan untuk apa?” “Sebagai panggilan shalat”’ jawab Umar ra. Orang itu bertanya lagi, “Maukah aku tunjukkan yang lebih baik daripada itu?” Kemudian, dia menyebutkan kepada Umar ra lafal adzan.

Serangkaian kalimat adzan yang dimaksud adalah: Allahu Akbar Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaha illallah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, Hayya 'alash sholah hayya 'alash sholah, Hayya 'alal falah hayya 'alal falah, Allahu Akbar Allahu Akbar, dan La ilaha illallah.

Baca Juga: 7 Golongan yang Mendapat Naungan Allah SWT di Padang Mahsyar, Anda Termasuk?

Nabi Muhammad kemudian meminta Abdullah untuk mengajari Bilal bin Rabah bagaimana cara melafalkan kalimat-kalimat tersebut.

Pada saat Bilal bin Rabah mengumandangkan adzan, Umar bin Khattab yang tengah berada di rumahnya mendengar. Ia segera menghadap Nabi Muhammad dan menceritakan bahwa dirinya juga bermimpi tentang hal yang sama dengan Abdullah bin Zaid. Yakni adzan sebagai tanda masuknya waktu shalat.

Bilal bin Rabbah termasuk muadzin pertama dalam Islam. Setidaknya ada empat alasan mengapa Bilal dipilih Nabi menjadi muadzin, yaitu suaranya yang lantang dan merdu,  menghayati kalimat-kalimat adzan, berdisiplin tinggi, dan berani. Bilal terus mengumandangkan adzan.

Baca Juga: Doa Ketika Turun Hujan Arab, Latin dan Artinya dalam Bahasa Indonesia

Ketika Nabi Muhammad wafat, dia tidak bersedia lagi menjadi muadzin. Alasannya, air matanya pasti akan bercucuran manakala sampai pada kalimat ‘Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah’ sehingga membuatnya tidak kuasanya melanjutkan adzan. Namun saat Khalifah Umar bin Khattab tiba di Yerusalem, Bilal diminta untuk adzan sekali lagi. Dia menyanggupi permintaan tersebut.

Menurut Syekh Abddullah As-Syarqawi, Nabi Muhammad pernah mengumandangkan adzan sekali. Yakni, ketika beliau dalam sebuah perjalanan. Ketika sampai pada syahadat kedua, Nabi Muhammad mengumandangkan ‘Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah’. Riwayat lain menyebut Nabi mengucapkan ‘Asyhadu anni Rasulullah'. ***

 

Editor: Elita Sitorini


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah