Khutbah Jum'at Tentang Isra' Mi'raj, Hikmah Malaikat Membedah Hati Nabi Muhammad SAW

- 6 Maret 2021, 11:24 WIB
Ilustrasi Khutbah Jum'at /
Ilustrasi Khutbah Jum'at / // Pexels / Pok Rie

PORTAL PROBOLINGGO - Bulan Rajab merupakan bulan yang istimewa. Dalam bulan ini Allah memperjalankan Nabi secara fisik-spiritual pada suatu malam yang dikenal dalam sejarah umat manusia sebagai isra' mi'raj.

Pada kesempatan kali ini, PORTAL PROBOLINGGO akan menyajikan khutbah jum'at mengenai salah satu kejadian yang terjadi saat isra' mi'raj. Mengutip dari nu.online, berikut isi khutbahnya.

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا لله. اَلْحَمْدُ لله الذى مُقَلِّبِ الْقُلُوْبِ، وَعَلاَّمِ الْغُيُوْبِ، وَقَابِلِ التَّوْبَةِ مِمَّنْ يَتُوْبُ، شَدِيْدِ الْعِقَابِ عِنْدَ قَسْوَةِ الْقُلُوْبِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، أَمَرَ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ، وَنَهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ كَانَ يُكْثِرُ مِنْ قَوْلِ: يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ. صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى أله وَصَحْبِهِ مَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. أَيَّهُا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بتقوالله وقد فازالمتقون

Baca Juga: Andin Berhasil Ditemukan di Ikatan Cinta Malam Ini? Co. Sutradara Ungkap Keadaan Amanda Manopo Sebenarnya

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Pertama-tama marilah kita bersama meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan sesungguh hati. Karena kesungguhan dalam bertakwa akan berimplikasi dalam sikap laku taat terhadap syariat dan menghindar dari maksiat.

Sesungguhnya syariat bawaan rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kebenaran mutlak yang tidak bisa diragukan lagi. Shalat, zakat, puasa, dan haji merupakan di antara bukti formal ketaatan seseorang dalam berislam.Baca Juga: Daftar Universitas Negeri dan Swasta Yang Membuka Jurusan Agribisnis, Ada IPB Hingga Instiper Yogyakarta

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah, Bulan Rajab adalah bulan istimewa. Di dalamnya terkandung banyak makna yang datang dari Allah subhanahu wata’ala sebagai anugerah istimewa bagi Rasul tercinta-Nya, Muhammad shalallallahu ‘alaihi wasallam. Allah memperjalankan Nabi secara fisik-spiritual pada suatu malam yang di kemudian hari dikenal dalam sejarah umat manusia sebagai isra' mi'raj. Dalam waktu yang terbatas, khutbah ini hanya ingin mengupas satu kejadian saja dari rangkaian isra’ mi’raj Rasulullah.

Seperti telah masyhur diceritakan bahwa di antara kejadian istimewa yang terjadi pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum perjalanan mi’raj dimulai adalah pembedahan hati oleh malaikat Jibril dan Mikail ‘alaihimassalam untuk selanjutnya dicuci dengan air zam-zam tiga kali dan diisinya hati mulia itu dengan hikmah dan iman.

Baca Juga: Kabar Gembira! Seleksi CPNS 2021 Akan Segera Dibuka, Berikut Info Lengkapnya

Proses pembedahan pada bagian awal dilakukan sebelum memasuki inti cerita perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, untuk selanjutnya diteruskan hingga Shidratil Muntaha. Inilah yang menjadi fokus khutbah kali ini. Mengapa hati yang dibedah dan dibersihkan? Kenapa bukan usus atau ginjal yang mempunyai peran penting dalam metabolisme tubuh—yang secara bilogis lebih kotor dan selalu bersinggungan dengan makanan? Atau alat pencuci anggota tubuh lainnya yang menjadi jalur kotoran bagi manusia? Dan mengapa pula pembedahan ini dilakukan sebelum perjalanan—kenapa tidak setelah perjalanan usai atau di tengah perjalanan?

Jamaah Jumat yang berbahagia,
Sesungguhnya dalam kejadian ini terdapat hikmah yang sangat dalam. Semakin tinggi kadar kepandaian spiritual seorang manusia, akan makin dalam ia memaknai sebuah hikmah. Namun, sebagai seorang yang minim pengetahuan khatib hanya dapat mengingatkan beberapa hal di balik kejadian tersebut yang mungkin telah banyak dipahami tetapi sering dilupakan dan diabaikan.

Baca Juga: Ingin Tahu Jenis Sayuran yang Mengandung Vitamin A? Inilah 10 Jenis Sayurannya

Pertama, hati adalah hal terpenting dalam diri manusia. Hati sebagai pusat “metabolisme” keimanan dan ketakwaan. Bagaikan pilot, hati mengarahkan kehidupan spiritual manusia, dan kualitas spiritual itu secara langsung turut menentukan dan mempengaruhi laku sosial seseorang. Karena itu sebuah hadits yang masyhur tentang hati perlu saya tegaskan di sini:

إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله، و إذا فسدت فسد الجسد كله ألا و هي القلب ( متفق عليه)

“Sesungguhnya di dalam tubuh seseorang terdapat segumpal daging, apabaila gumpalan itu baik, maka baiklah seluruh tubuh itu. Namun jika gumpalan itu jelek, maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ingatlah gumpalan itu adalah hati” (hadits ini disepakati kesahihannya oleh semua ahli hadits).

Baca Juga: Akhirnya Evan Peters Buka Suara Soal Perannya di WandaVision, Tanda Bakal Lanjut di MCU?

Tampaklah betapa pentingnya posisi hati bagi tubuh dan diri manusia. Betapa hati menjadi satu-satunya perkara yang menentukan tubuh dan diri manusia. Sebuah pribahasa Arab mengatakan:

القَلْبُ مَلِكٌ، وَالأَعْضَاءُ جَنُودُهُ؛ فَإِذَا صَلُحَ القَلْبُ، صَلُحَتْ الرَّعِيَّةُ، وَإِذَا فَسَدَ، فَسَدَتْ.

“Hati bagaikan raja, dan bala tentaranya adalah anggota tubuh manusia. Jikalau baik sang hati, maka baiklah rakyatnya. Namun jika rusak sang hati rusaklah segalanya.”

Dengan demikian, apa yang terjadi pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah simbol bagi umatnya, bahwa hati adalah perkara yang paling penting untuk dirawat mengalahkan berbagai anggota lainnya. Menyehatkan hati dan meriasnya jauh lebih penting daripada merias wajah, bersolek tubuh, bahkan lebih penting daripada mengasah otak.

Baca Juga: Harga Terus Naik, Inilah 12 Jenis Peperomia yang Naik Daun pada Bulan Maret 2021

Inilah yang sering kita lupakan. Hati kerap tidak lagi menjadi panglima dalam kehidupan ini. Sejak lama kedudukannya telah digantikan oleh otak yang mengandalkan logika dan rasio. Padahal, berbagai pertimbangan keadilan dan kebenaran sumbernya adalah hati, bukan otak. Karena itu tidak salah apa yang diungkapkan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin:

اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ وَلَوْأَفْتَوْكَ وَأَفْتُوْكَ وَأَفْتُوْكَ

“Mintalah petunjuk pada hati (kecil)-mu, walaupun mereka (orang-orang) memberikan petunjuk padamu, walaupun mereka memberikan petunjuk padamu, walaupun mereka memberikan petunjuk padamu.”

Dengan demikian, jikalau hendak memutuskan sebuah keadilan maka pertama kali bertanyalah kepada hati kecil, jangan bertanya dulu kepada bukti yang ada. Karena semua itu bisa dipalsukan oleh otak dan logika.

Baca Juga: BLINK Bersiap! Rose Blackpink Ungkap Judul Single dan Album Solonya

Hati membawa kita kepada kebaikan universal, sedangkan otak hanya akan mengantarkan kita kepada kebaikan parsial, kebaikan yang telah tercampur dengan berbagai kepentingan.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang yang ma'shum, terjaga dari salah dan dosa, meski tanpa dibedah dan dicuci hatinya oleh malaikat. Lantas, bagaimanakah dengan kita? Bagaimana merawat hati kita dan menghiasinya agar tetap jernih dan mampu menjadi pelita bagi diri dan tubuh ini?

Agar selalu terawat hindarkanlah hati kita dari empat perkara riya', ujub, takabur, serta hasad. Riya' adalah pamer. Riya menurut Imam al-Ghazali adalah mencari kedudukan di hati manusia dengan cara melakukan ibadah dan amal. Dengan kata lain, riya' selalu saja mengajak manusia untuk mencari modus dalam setiap kelakuan dan amalnya.

Baca Juga: Harga Terus Naik, Inilah 12 Jenis Peperomia yang Naik Daun pada Bulan Maret 2021

Kedua, 'ujub. Menurut Imam al-Ghazali, ujub adalah sifat merasa diri serba berkecukupan dan berbangga hati atas nikmat yang ada, dan lupa jika kelak akan sirna. Ujub merupakan induk dari sifat takabur. Bedanya: takabur berdampak pada pihak yang ditakaburi, sedangkan ujub terbatas pada diri pelaku sendiri.

Ketiga, takabur. Takabur adalah merasa dirinya lebih sempurna dari yang lainnya. Kesombongan adalah kemaksiatan pertama yang dilakukan oleh makhluk-Nya, yakni Iblis, kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena kesombongannya, Iblis dilaknat dan diturunkan dari surga. “Turunlah engkau dari surga karena engkau menyombongkan diri didalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya engkau termasuk orang orang yang hina" (QS Al-A'raf: 13).

Keempat adalah hasad atau dengki. Untuk menjelaskan hal ini cukuplah kita cermati petikan seorang sufi dalam kitab Risalah Qusyairiyah: "Orang dengki adalah orang yang tak beriman sebab dia tidak merasa puas dengan takdir Allah." Sementara ulama yang lain berpendapat, orang yang dengki adalah orang yang selalu ingkar karena tidak rela orang lain mendapatkan kenikmatan.

Baca Juga: Jenis-jenis Cerita Fiksi Beserta Contohnya, Materi Tema 8 Kelas 4 SD dan MI Halaman 17 Subtema 1

Indikasi dari sifat dengki adalah menipu apabila di hadapan orang lain, mengumpat apabila orang lain itu pergi, dan mencaci maki apabila musuh tak kunjung tiba pada orang itu.

Mengenai pendalaman keempat penyakit ini, kiranya kita sudah bisa meraba diri masing-masing. Selaku khatib saya hanya bisa mengingatkan, saya merasa belum pantas untuk memberikan nasihat. Namun yang jelas, biasanya keempat penyakit tersebut saling terkait antara satu dan lainnya. Sehingga apabila mengidap salah satu penyakit hati ini maka umumnya seseorang juga mengidap yang lainnya.

Para hadirin jamaah Jumat yang mulia, Lantas bagaimana cara menghiasai hati? Imam al-Ghazali berpesan dalam kitab Mizanul Amal, bahwa hendaknya hati dihias dengan empat induk kesalehan, yakni hikmah (kebijaksanaan), kesederhanaan ('iffah), keberanian (syaja'ah), dan keadilan ('adalah). Beliau menjelaskan bahwa kerelaan memaafkan orang yang telah menzaliminya adalah kesabaran dan keberanian (syaja'ah) yang sempurna.

 

Kesempurnaan 'iffah terlihat dengan kemauan untuk tetap memberi pada orang yang terus berbuat kikir terhadapnya. Sedangkan kesediaan untuk tetap menjalin silaturrahim terhadap orang yang sudah memutuskan tali persaudaraan adalah wujud dari ihsan yang sempurna.

Demikianlah semoga kita semua dapat menarik hikmah dari bulan Rajab ini. Mengapa Allah memerintahkan Malaikat Jibril dan Mikali membedah dada dan mencuci hati Rasulullah? Bukan karena di hati Rasulullah terdapat kotoran. Bukan, karena beliau berstatus ma'shum alias terjaga dari dosa. Namun, semua itu adalah perlambang bagi kita selaku umatnya. Bahwa membersihkan, merawat, dan menghias hati adalah pekerjaan utama yang harus didahulukan dari lainnya. Seperti halnya Allah subhanahu wata’ala mendahulukan pembedahan dan pencucian hari Rasulullah sebelum melakukan perjalanan isra’ mi’raj.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x