Sejarah, Prosesi dan Makna Hari Raya Umat Hindu Nyepi

- 13 Maret 2021, 12:34 WIB
Illustrasi nyepi.
Illustrasi nyepi. /pexel/Artem Beliaikin

PORTAL PROBOLINGGO - Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun baru Saka. Perayaan kali ini merupakan perayaan Tahun Baru Saka 1943 atau bertepatan, 14 Maret 2021.

Namun tahukah kamu bagaimana sejarah Hari Raya Nyepi? Dilansir dari Balipedia.id, berikut sejarah, prosesi, dan makna Hari Raya Nyepi.

Sejarah Hari Raya Nyepi

Nyepi berasal dari kata sepi yang artinya sunyi, senyap, lenggang, tidak ada kegiatan. kemudian Hari Raya Nyepi adalah Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender Saka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi (tiap 1 januari), Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi dan melaksanakan catur brata penyepian.

Baca Juga: Hormati Hari Raya Nyepi, Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Ditutup Sementara

Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandara Internasional Ngurah Rai pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit. Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sanghyang Widhi Wasa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta).

Kita semua tahu bahwa agama Hindu berasal dari India dengan kitab sucinya Weda. Di awal abad masehi bahkan sebelumnya, Negeri India dan wilayah sekitarnya digambarkan selalu mengalami krisis dan konflik sosial berkepanjangan.

Pertikaian antar suku-suku bangsa, al. (Suku Saka, Pahiava, Yueh Chi, Yavana dan Malaya) menang dan kalah silih berganti. Gelombang perebutan kekuasaan antar suku menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama itu. Pola pembinaan kehidupan beragama menjadi beragam, baik karena kepengikutan umat terhadap kelompok-kelompok suku bangsa, maupun karena adanya penafsiran yang saling berbeda terhadap ajaran yang diyakini.

Baca Juga: Tinggal 1 Hari Lagi, Ini LINK RESMI Daftar Kartu Prakerja Gelombang 14 dan Tips Lolos Seleksi

Dan pertikaian yang panjang pada akhirnya suku Saka menjadi pemenang di bawah pimpinan Raja Kaniskha I yang dinobatkan menjadi Raja dan turunan Saka tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 Saka, pada bulan Maret tahun 78 masehi.

Dari sini dapat diketahui bahwa peringatan pergantian tarikh saka adalah hari keberhasilan kepemimpinan Raja Kaniskha I menyatukan bangsa yang tadinya bertikai dengan paham keagamaan yang saling berbeda.

Sejak tahun 78 Masehi itulah ditetapkan adanya tarikh atau perhitungan tahun Saka, yang satu tahunnya juga sama-sama memiliki 12 bulan dan bulan pertamanya disebut Caitramasa, bersamaan dengan bulan Maret tarikh Masehi dan Sasih Kesanga dalam tarikh Jawa dan Bali di Indonesia. Sejak itu pula kehidupan bernegara, bermasyarakat dan beragama di India ditata ulang.

Oleh karena itu peringatan Tahun Baru Saka bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional. Keberhasilan ini disebar-luaskan keseluruh daratan India dan Asia lainnya bahkan sampai ke Indonesia.

Baca Juga: LINK STREAMING Lamaran Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah RCTI, SImak Selengkapnya di Sini!

Kehadiran Sang Pendeta Saka bergelar Aji Saka tiba di Jawa di Desa Waru Rembang Jawa Tengah tahun 456 Masehi, dimana pengaruh Hindu di Nusantara saat itu telah berumur 4,5 abad.

Dinyatakan Sang Aji Saka disamping telah berhasil mensosialisasikan peringatan pergantian tahun saka ini, juga dan peristiwa yang dialami dua orang punakawan! pengiring atau caraka beliau diriwayatkan lahirnya aksara Jawa onocoroko doto sowolo mogobongo padojoyonyo. Karena Aji Saka diiringi dua orang punakawan yang sama-sama setia, samasama sakti, sama-sama teguh dan sama-sama mati dalam mempertahankan kebenaran demi pengabdiannya kepada Sang Pandita Aji Saka.

Prosesi Hari Raya Nyepi

1. Upacara melasti, mekiyis dan melis

Intinya adalah penyucian bhuana alit (diri kita masing-masing) dan bhuana Agung atau alam semesta ini. Dilakukan di sumber air suci kelebutan, campuan, patirtan dan segara. Tapi yang paling banyak dilakukan adalah di segara karena sekalian untuk nunas tirtha amerta (tirtha yang memberi kehidupan) ngamet sarining amerta ring telenging segara. 

Dalam Rg Weda II. 35.3 dinyatakan Apam napatam paritasthur apah (Air yang murni baik dan mata air maupun dan laut, mempunyai kekuatan yang menyucikan).
 
Baca Juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 14 Tinggal 1 Hari Lagi, Ini Syarat dan Cara Daftar di www.prakerja.go.id

2. Menghaturkan bhakti/pemujaan

Di Balai Agung atau Pura Desa di setiap desa pakraman, setelah kembali dari mekiyis.

3. Tawur Agung/mecaru

Di setiap catus pata (perempatan) desa/pemukiman, lambang menjaga keseimbangan. Keseimbangan buana alit, buana agung, keseimbangan Dewa, manusia Bhuta, sekaligus merubah kekuatan bhuta menjadi div/dewa (nyomiang bhuta) yang diharapkan dapat memberi kedamaian, kesejahteraan dan kerahayuan jagat (bhuana agung bhuana alit).

Dilanjutkan pula dengan acara ngerupuk/mebuu-buu di setiap rumah tangga, guna membersihkan lingkungan dari pengaruh bhutakala. Belakangan acara ngerupuk disertai juga dengan ogoh-ogoh (symbol bhutakala) sebagai kreativitas seni dan gelar budaya serta simbolisasi bhutakala yang akan disomyakan. (Namun terkadang sifat bhutanya masih tersisa pada orangnya).
 
Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta Sabtu 13 Maret 2021, Tes DNA Palsu Dibuang Elsa, Nino Tetap Selidiki Identitas Reyna?

4. Nyepi (Sipeng)

Dilakukan dengan melaksanakan catur brata penyepian (amati karya, amati geni, amati lelungan dan amati lelanguan).

Pada saat itu umat Hindu tidak boleh melakukan berbagai aktivitas fisik selain yang berguna untuk penyucian jiwa. Pada Nyepi Sipeng dengan melakukan catur brata penyepian, yakni:

a) Amati karya, tidak menyalakan api termasuk memasak. Itu adalah melakukan upawasa (puasa).

b) Amati geni, tidak bekerja. Itu berati menyepikan indria. Amati lelungaan, tidak bepergian. Makna mengistrahatkan badan.

c) Amati lelanguan, tidak bepergian. Makna mengistrahatkan badan.

d) Amati lelanguan, tidak mencari hiburan.
 
Baca Juga: 20 Ucapan Selamat Hari Raya Nyepi yang Penuh Makna dan Menyejukkan Hati, Cocok untuk Dibagikan di Media Sosial

5. Ngembak Geni.

Satu hari setelah Nyepi Sipeng dilanjutkan dengan Ngembak Geni. Di mana dengan melakukan kunjungan ke rumah saudara, atau tetangga dan di dalam ruang yang lebih luas diadakan acara Dharma Santi. Dalam buku Nyepi: Kebangkitan, Toleransi dan Kerukunan (2001) karya Nyoman S. Pendit, sejak Tahun Baru Saka I pada 78 masehi sampai sekarang hingga nanti.

Setiap tahun umat Hindu senantiasan diingatkan agar dalam melaksanakan tugas hidup sehari-hari selalu memegang teguh sikap toleransi dan rukun dengan umat agama lain. Dengan demikian tepatlah jika Hari Raya Nyepi diangungkan sebagai hari kebangkitan, toleransi, dan kerukunan.

Makna Hari Raya Nyepi

Tidak seperti hari raya pada umumnya yang dirayakan dengan pesta dan hingar bingar, hari raya Nyepi dirayakan dalam kesunyian. Makna mendalam dari perayaan ini adalah bahwa umat Hindu selalu diingatkan jika apapun yang ada di dunia bukanlah apa-apa, sehingga umat tidak boleh terlalu bergantung pada semua hal.

Makna Hari Raya Nyepi lainnya adalah bahwa umat bisa menyambut tahun baru Saka dengan semangat baru, dan tubuh, pikiran, dan jiwa yang bersih dari hal-hal buruk yang sudah dilalui. ***
 

Editor: Elita Sitorini


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x