Selain Kartini, 6 Pahlawan Ini Turut Berjasa Memperjuangkan Hak-hak Perempuan, Ada Istri Tokoh Muhammadiyah

- 20 April 2021, 21:04 WIB
Raden Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika /Instagrama/@isaraja.original

PORTAL PROBOLINGGO - Selama ini, kata 'emansipasi wanita' identik dengan R.A. Kartini yang merupakan pahlawan pejuang hak-hak wanita.

Ibu Kartini sendiri memang dikenal karena usaha kerasnya dalam memperjuangkan hak-hak wanita, terutama wanita pribumi agar bisa memperoleh pendidikan dan berkarya tanpa terkekang oleh adat yang saat itu mengharuskan wanita hanya berkutat pada urusan dapur saja.

Namun selain Ibu Kartini, ada beberapa pahlawan perempuan yang tak kalah gigih bergerak dalam emansipasi wanita.

Siapa sajakah itu?

Berikut PORTAL PROBOLINGGO sajikan beberapa pahlawan pejuang emansipasi wanita dikutip dari berbagai sumber:

Baca Juga: Kunci Jawaban Kelas 5 SD dan MI Tema 9 Subtema 3 Manusia dan Benda di Lingkungan, Halaman 177

Baca Juga: Soal Isu Reshuffle Kabinet, Moeldoko: Yang Tahu Hanya Presiden Jokowi

1. Raden Dewi Sartika

Dewi Sartika lahir di Cicalengka, Jawa barat pada 4 Desember 1884.

Ia dibesarkan dalam keluarga Sunda yang terpadang dan menerima pendidikan sesuai dengan kebudayaan Sunda oleh pamannya, meskipun juga menerima sistem pendidikan barat.

Sejak kecil, Dewi Sartika selalu bermain bersama teman-temannya dengan bermain peran sebagai guru sepulang sekolah.

Dari situlah minatnya di bidang pendidikan mulai terlihat. Hingga pada akhirnya, demi bisa memberikan pendidikan pada kaum wanita, Dewi Sartika membuat sekolah bernama Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung pada 16 Januari 1904.

Baca Juga: Ceramah Singkat Ramadhan 2021 tentang Istighfar Mampu Mengembalikan Semangat Ibadah

Baca Juga: Sinopsis Anime Koe no Katachi : Sampaikan Pesan Moral Tentang Bullying dengan Alur Cerita Menguras Emosi

Sekolah tersebut kemhdian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi Sekolah Keoetamaan Isteri pada tahun 1910.

Pada tahun 1912, sekolah yang didirikan Dewi Sartika itu telah tersebar sebanyak sembilan sekolah di seluruh Jawa Barat, hingga kemudian berkembang menjadi satu sekolah tiap kabupaten pada tahun 1920, dan namanyapun berubah menjadi Sekolah Raden Dewi.

Saat sekolah yang didirikannya berusia 35 tahun, beliau pun mendapat penghargaan dari nagara sebagai Pahlawan Nasional.

2. Maria Walanda Maramis

Wanita yang memiliki nama asli Maria Josephine Catherine Maramis ini lahir pada tanggal 1 Desember 1872 di Sulawesi Utara.

Baca Juga: Ikatan Cinta Selasa 20 April 2021, Rendy Selidiki Ricky, Ketahuan Bertemu Elsa?

Baca Juga: Inspirasi 20 Nama Bayi Laki-Laki Modern Awalan H, Berasal Dari Bahasa Perancis hingga Latin

Ia dikenal sebagai Pahlawan Nasional Indlnesia karena usahanya untuk memberdayakan wanita di Indonesia pada abad ke-20.

Tujuan utama dari perjuangan Maria Walanda MAramis sendiri adalah pemberdayaan perempuan dalam bidang pendidikan, kesehatan, hingga politik.

Keinginannya terhadap hak perempuan ini diawali oleh pengalamannya dari pemilihan sebuah badan perwakilan di Minahasa pada tahun 1919 yang anggotanya hanya dapat dipilih oleh laki-laki.

Di situlah Maramis berusaha supaya wanita juga dapat memilih wakil-wakil yang duduk dalam perwakilan tersebut.

Baca Juga: Perjalanan Karir Ustad Zacky Mirza, Sempat Bekerja di Asuransi

Baca Juga: Biodata Anjasmara Prasetya, Pemeran Ayah Maudy dalam Sinetron Love Story The Series

Usahanya pun membuahkan hasil ketika tahun 1921, dibuat keputusan bahwa wanita bisa turut memberikan suara dalam pemilihan anggota.

Sebelumnya, yaitu pada Juli 1917, Maria berhasil mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) yang bertujuan untuk memberikan pendidikan pada kaum perempuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga, seperti memasak, menjahit, merawat bayi, dan lain sebagainya.

Selain itu, kerja keras Maria Walanda Maramis juga bisa membuatnya berhasil mendirikan Sekolah Kejuruan Putri.

3. Hj. Rasuna Said

Tokoh perempuan asal Sumatera Barat ini lahirpada 14 September 1914 di jaman pemerintahan Hindia Belanda.

Baca Juga: Jelang Lebaran, Ribuan Pelaku Wisata Tulungagung Tunggu Vaksinasi Covid-19

Baca Juga: 7 Lagu Lawas Indonesia Terbaik Sepanjang Masa, Nostalgia Tembang Kenangan

Rasuna Said dikenal gigih dalam memperjuangkan hak-hak kaum wanita pribumi yang direnggut dan ditindas oleh penjajah.

Rasuna Said yang dikenal sebagai ejuang pendidikan, penulis, sekaligus pimpinan redaksi pada tahun 1935, banyak memberikan opini dan tulisan yang tajam kepada pemerintahan Belanda hingga membuatnya terus dipersulit oleh polisi rahasia Belanda (PID)

Tak hanya dalam pendidikan dan tulisa, Rasuna Said juga tertarik dalam dunia politik dengan aktif dalam mengikuti berbagai organisasi politik seperti Sarekat Rakyat, Persatuan Muslim Indonesia, dan Nippon Raya di Padang.

Setelah kemerdekaan Indonesia, beliau menduduki jabatan sebagai anggota DPR-RIS dan setelah itu menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sampai akhir hayatnya.

Baca Juga: Biodata, Profil, dan Fakta 8 Member ATEEZ, Boygroup Yang Baru Rilis Mini Album Keenam 'ZERO: FEVER Part.2'

Baca Juga: Kumpulan Lagu Daerah Jawa Timur, Lengkap dengan Liriknya

4. Nursyahbani Katjasungkana

Wanita yang lahir tanggal 7 April 1955 di Jakarta ini bisa dibilang merupakan Kartini di era modern karena menjadi salah satu aktivis emansipasi wanita di Indonesia.

Ia merupakan Sekretaris pertama Jenderal KPI (Koalisi Perempuan Indonesia) untuk keadilan dan demokrasi pada tahun 1998-2004.

Nursyahbani membangun gerakan perempuan sebelum dan sesudah reformasi serta Iturut andil dalam pendirian Koalisi Perempuan Indlnesia (KPI) dan Lembaga Bantuan Hukum untuk perempuan korban kekerasan (LBH APIK) yang sekarang sudah ada di 13 wilayah di Indonesia.

Semua perjuangannya terhadap hak-hak wanita ini ternspirasi dari surat-surat Kartini.

Baca Juga: Kunci Jawaban Kelas 5 SD dan MI Tema 9 Kegiatan Berbasis Literasi, Halaman 191 dan 192

Baca Juga: Kumpulan Lagu Daerah Kalimantan Selatan, Lengkap dengan Liriknya

5. Nyi Siti Walidah Ahmad Dahlan

Istri dari K. H. Ahmad Dahlan ini lahir pada 3 Januari 1872 dari keluarga pemuka Agama Islam dan penghulu resmi Keraton, Kyai Haji Fadhil pada 1872.

Siti Walidah tidak pernah mengenyam pendidikan umum kecuali pendidikan agama yang didapat dari ayahnya.

Tak hanya itu, pengetahuannya yang luas juga didaptkannya dari Kyai Ahmad Dahlan dan kedekatannya dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah.

Pada 1914, Siti Walidah turut merintis kelompok pengajian wanita Sopo Tresno (Siapa Cinta). Dia membuka asrama dan sekolah-sekolah putri serta mengadakan kursus pelajaran Islam dan pemberantasan buta huruf bagi kaum perempuan.

Baca Juga: Kendalikan Kasus Covid-19 Selama Ramadan, Anies Perpanjang PPKM Mikro di Jakarta hingga 3 Mei 2021

Baca Juga: Jangan Asal Tanam! Begini Cara Menumbuhkan Tanaman Rhaphidophora, Si 'Monstera Mini'

Tak cuma sekolah, Siti Walidah juga mendirikan rumah-rumah miskin dan anak yatim perempuan serta menerbitkan majalah bagi kaum wanita.

6. Syarifah Nawawi

Syarufah yang lahir tahun 1896 ini merupakan anak ke empat dari pasangan Nawawi Soetan Makmoer, seorang guru terkenal di Sekolah Raja (Kweekschool) Bukittinggi.

Bagi ayahnya, pendidikan untuk anak sangatlah penting. Hal ini lah yang membuat Nawawi memiliki keinginan memperjuangkan kemuajuan pendidikan wanita dan anak-anak dengan masuk ke organisasi wanita Jepang Fujinkai.

Baca Juga: Resep Sambal Bawang 'Bu Rudy' Awet Tanpa Pengawet ala Devina Hermawan

Setelahnya, pada tanggal 11 Juli 1955 ia bersama teman-temannya mendirikan Yayasan Panti Wanita Trishla PERWARI.

Syarifah pun hingga akhir hayatnya tak pernah berhenti mengabdi pada masyarakat melalui pendidikan dan memberikan pengajaran kepada anak-anak perempuan.***

Editor: Dharmawan Ashada

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini