Jadi Barang Bukti Penangkapan Ridho Rhoma, Inilah Manfaat dan Efek Samping Amfetamin

- 7 Februari 2021, 21:09 WIB
Ilustrasi amfetamin
Ilustrasi amfetamin /

 

PORTAL PROBOLINGGO - Putra dari legenda dangdut Rhoma Irama, Ridho Rhoma, pada Minggu, 7 Februari 2021 kembali ditangkap karena penyalahgunaan narkoba.

Penangkapan dilakukan setelah polisi berhasil menyita amfetamine di mobil Ridho serta mendapatkan hasil tes urin Ridho yang terdeteksi positif mengandung senyawa tersebut.

Mendengar kata amfetamin, yang terbayang di benak orang-orang pasti adalah obat terlarang karena banyaknya kasus penangkapan orang-orang oleh polisi usai menggunakan atau mengedarkannya.

Amfetamin sendiri sesungguhnya merupakan obat antidepresan yang dulunya benar-benar merupakan buatan luar negeri dan menjadi barang selundupan di Indonesia.

Baca Juga: Cara Merawat Keladi Gingerland yang Menawan dan Unik, Cukup Ikuti Petunjuk Ini!

Baca Juga: Resep Sambal Penyet Pedas yang Cocok Menemani Nasi dan Lauk

Namun, setelah melalui berbagai riset dan mendapatkan izin dari lembaga-lembaga terkait, amfetamin pun kini telah diproduksi di Indonesia dengan penggunaan yang harus berada di bawah pengawasan dokter dan sudah mendapatkan izin.

Adapun sesungguhnya kegunaan amfetamin sebagaimana dikutip dari berbagai sumber adalah sebagai berikut:

1. Obat Gejala ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Amfetamin merupakan stimulan sistem saraf pusat yang sering digunakan untuk mengobati penderita ADHD pada anak-anak, yang umumnya memiliki gejala seperti hiperaktif, mudah marah, ketidakstabilan mood, kesulitan perhatian, dan perilaku impulsif.

Dalam tubuh penderita ADHD, amfetamin bekerja mengaktifkan reseptor pada otak dan meningkatkan produksi senyawa dopamin yang bertanggung jawab menciptakan perasaan bahagia, meningkatkan konsentrasi, serta memberikan energi.

Baca Juga: Beginilah Cara Mudah Membuat Insektisida Alami untuk Basmi Hama dan Kutu pada Tanaman Aglonema

Baca Juga: Harry Styles dan Olivia Wilde Dikabarkan Dekat, Simak Fakta-Fakta Keduanya Berikut

Dengan segala efek yang diberikan, amfetamin terbukti dapat meningkatkan perkembangan otak dan pertumbuhan saraf pada anak-anak penderita ADHD.

Salin itu, pengobatan jangka panjang dengan basis amfetamin pada anak-anak dapat mencegah perubahan yang tidak diinginkan pada fungsi dan struktur otak.

2. Mengobati Narkolepsi

Amfetamin beserta obat yang menjadi turunannnya telah banyak digunakan sebelumnya narkolepsi, yaitu rasa kantuk yang berlebihan di siang hari dan kadang disertai serangan tidur yang mendadak.

Narkolepsi umumnya ditandai dengan gejala seperti rasa kantuk berlebih di siang hari (excessive daytime sleepiness/EDS) serta katapleks (melemahnya otot secara mendadak), yang menyebabkan pingsan dan kemungkinan jatuh.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 7 Chapter 1: Good Morning, How are You?

Baca Juga: Arti 9 Mimpi Menurut Primbon Jawa, Mimpi Pergi ke Kuburan hingga Naik ke Gunung

3. Obesitas

Amfetamin sempat digunakan untuk mengobati kelebihan berat badan atau obesitas pada taun 1930-an dengan nama dagang Benzedrine.

Kala itu, amfetamin dianggap mampu mengurangi nafsu makan. Namun, karena efek samping obat, potensinya membuat kecanduan, serta banyaknya penyalahgunaan menyebabkan obat ini tidak disukai.

4. Depresi

Di tahun yang sama dengan penggunaanya sebagai obat obesitas, amfetamin juga digunakan untuk mengobati gangguan afektif, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dan skizofrenia.

Namun di tahun 1950-an dan 1960-an, di tengah kekhawatiran tentang efek sampingnya, obat ini digantikan oleh antidepresan yang baru.

Baca Juga: Ridho Rhoma Kembali Ditangkap karena Positif Amphetamine, Narkoba Jenis Apa Itu?

Baca Juga: Resep Sambal Penyet Pedas yang Cocok Menemani Nasi dan Lauk

Seperti obat-obatan lainnya, penggunaan amfetamin tentu dapat menimbulkan efek samping bagi tubuh. Efek samping yang dialami seseorang bisa merupakan efek samping yang terbilang umum atau lebih ringan dan ada pula efek samping yang lebih serius.

Efek samping umum yang dialami akibat penggunaan ekstasi antara lain adalah sakit kepala, sakit perut, susah tidur, nafsu makan menurun, pusing, disfungsi seksual, muntah, diare atau sembelit, serta perubahan suasana hati.

Sementara itu, efek samping lebih serius yang dialami akibat penggunaan ekstasi adalah mengakibatkan kematian mendadak, termasuk stroke, serangan jantung, dan peningkatan tekanan darah dengan gejala seperti melemahnya satu bagian atau sisi tubuh, bicara cadel, serta nyeri di dada, lengan kiri, rahang, atau di antara bahu.

Efek serius ekstaksi juga bisa mempengaruhi mental dan kejiwaan seperti dapat membuat perilaku seseorang menjadi agresif, mengalami bipoler disorder, udah curiga, serta banyak berhalusinasi.***

 

Editor: Elita Sitorini


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini