Pemimpin Tertinggi Iran Janjikan Balasan Atas Pembunuhan Ilmuwan Nuklirnya

29 November 2020, 13:47 WIB
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei /Instagram @khamenei_ir

PORTAL PROBOLINGGO - Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, berjanji akan membalas pembunuhan ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh dalam serangan kelompok bersenjata pada Jumat, 27 November 2020 di Absard, timur Ibu Kota Teheran.

Ia menyebut bakal meningkatkan konfrontasi dengan Barat dan Israel-- dua pihak yang diduga berperan dalam pembunuhan Mohsen, terutama menjelang lengsernya Donald Trump pada 20 Januari mendatang.

Sebelumnya, Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir yang disebut menjadi otak pengembangan nuklir Iran, disergap kelompok bersenjata di kota Absard, timur Teheran. Setelah dikabarkan menderita luka parah, ia dikonfirmasi meninggal dunia.

Baca Juga: Ahli Nuklir Iran Tewas dalam Serangan di Teheran, Israel: Kami Tak Mau Berkomentar

Pihak Iran menuduh pembunuhan tersebut merupakan agenda Israel, musuh bebuyutannya. Meskipun, salah seorang juru bicara militer Israel enggan menanggapi tuduhan tersebut.

"Kami enggan mengomentari tuduhan dan laporan media-media asing," tutur seorang juru bicara militer Israel, seperti dikutip PORTAL PROBOLINGGO dari The Guardian.

Menteri Kabinet Israel, Tzahi Hanegbi, juga mengatakan hal serupa.

Baca Juga: Kematian Ahli Nuklir Mohsen Fakhrizadeh Akan Memicu Timbulnya Konfrontasi AS dan Iran

"Saya tidak tahu siapa yang melakukannya. Bukannya enggan menjawab, hanya saya benar-benar tidak tahu," tuturnya kepada Meet the Press N12, seperti dilansir dari Reuters.

Mohsen memang telah lama masuk dalam daftar orang berbahaya Israel. Iran bahkan menutupi profil sang ilmuwan dari publik demi mengamankan sosoknya.

Presiden Iran, Hasan Rouhani, mengatakan melalui siaran TV Iran pada Sabtu, 28 November 2020, akan membalas pembunuhan keji tersebut pada waktu yang tepat.

Baca Juga: Menag Fachrul Razi Kutuk Aksi Teror di Sulteng yang Hanguskan Gereja dan Tewaskan Satu Keluarga

"Sekali lagi, tangan jahat Zionis telah ternoda dengan darah putra Iran," tuturnya.

Memperburuk Hubungan AS - Israel - Iran

Pembunuhan tersebut juga bakal berimplikasi terhadap hubungan AS dan Iran. Sebab, Israel merupakan sekutu terkuat AS di Timur Tengah, bersama Arab Saudi.

Di era Trump, hubungan AS-Iran sempat mencapai ketegangan ketika komandan militer Iran, Jenderal Qasem Soleimani, tewas dalam serangan drone di Baghdad, Irak, awal tahun lalu.

Baca Juga: LIVE STREAMING SEBENTAR LAGI Tinju Mike Tyson Vs Roy Jones Jr, Laga Eksebisi Dua Petinju Kawakan

"Apakah Iran tergoda membalas atau tidak, itu tetap akan membuat Biden sulit kembali ke perjanjian nuklir Iran," tutur Amos Yadlin, mantan kepala Intelijen Militer Israel dan direktur Institut Studi Keamanan Nasional Israel.

 

Pada perjanjian nuklir tahun 2015 lalu, Iran sempat menyepakati menghentikan pengembangan nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi AS.

Akan tetapi, pada 2018, secara mengejutkan Trump keluar dari kesepakatan dan justru meningkatkan sanksi ekomoni AS kepada Iran.

Baca Juga: Pertama Kali dalam Sejarah, Badan PBB untuk Palestina Kehabisan Uang

Itu membuat Iran semakin meningkatkan pengayaan uranium dan mempercepat program senjata nuklirnya.

Mengenai bentuk pembalasan, pihak Iran menyebut pembalasan akan disesuaikan dengan kepentingan nasional Iran. Namun, negeri para mullah tersebut memastikan bakal membalas pembunuhan tersebut.

"Jelas Iran akan membalas. Kapan dan bagaimana tergantung pada kepentingan nasional kita. Ini mungkin terjadi dalam beberapa hari atau minggu depan, tetapi itu akan terjadi," tutur seorang pejabat senior Iran kepada Reuters.

Baca Juga: Komentar Menteri Denmark Tentang Seks Sebelum Menikah, Mengundang Kemarahan Umat Islam

Bukan yang Pertama

Pembunuhan ilmuwan Iran bukan yang pertama kalinya. Setidaknya 4 ilmuwan meninggal dunia antara 2010 hingga 2012. Iran menyebut hal itu sebagai bentuk sabotase program pengembangan nuklirnya.

Meskipun, di sisi lain, Iran selalu membantah tengah mengerjakan proyek senjata nuklir rahasia dan menambahkan pengembangan nuklir hanya ditujukan untuk perdamaian. ***

 

 

Editor: Elita Sitorini

Sumber: The Guardian Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler