Warning! PBB Sebut Umat Manusia Dalam Bahaya, Ini Sebabnya

3 Desember 2020, 06:10 WIB
Ilustrasi protes krisis iklim. /Markus Spiske/pexels/Markus Spiske

PORTAL PROBOLINGGO - "Umat manusia di seluruh dunia telah menabuh genderang perang melawan alam," ujar Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), merujuk pada semakin parahnya kebakaran hutan dan bencana alam yang melanda dunia.

Gutteres, lebih lanjut mengatakan bahwa pengrusakan alam oleh manusia ibarat 'genderang perang' yang sengaja ditabuh, dan secara tak langsung menghancurkan masa depan umat manusia sendiri.

"Umat manusia sedang memerangi alam. Ini bunuh diri, sebab alam selalu menyerang balik dengan kekuatan yang jauh lebih besar ketimbang pengetahuan apa pun yang dapat dibikin manusia," tambahnya.

Baca Juga: Jelang Vaksinasi Covid-19, Pemerintah Terus Pastikan Kesiapan Sarana Prasarana

Gutteres menyebut beberapa aktivitas manusia masa kini yang semakin tak bersahabat dengan alam.

Seperti penebangan liar, eksploitasi laut, meningkatnya sampah plastik, polusi udara-- yang menewaskan 9 juta orang per tahun.

"Berdamai dengan alam adalah tugas besar kita pada abad ini," tuturnya, dalam pidato virtual bertajuk 'The State of Planet' di Universitas Columbia, New York, seperti dilansir PORTAL PROBOLINGGO dari The Guardian.

Baca Juga: Gunung Ili Lewotolok Alami 8 Kali Letusan, Begini Kondisinya Sekarang

Ia juga mengingatkan bahwa tugas 'berdamai dengan alam' ini berada di pundak semua orang di seluruh dunia.

"Apabila tak ada tindakan, generasi mendatang hanya akan menghadapi kehancuran atas apa yang kita perbuat hari ini," tambahnya.

Dalam pidatonya, ia juga menyampaikan bahwa emisi gas rumah kaca saat ini naik signifikan, yakni 62% lebih tinggi dibanding 1990.

Baca Juga: Hongkong Kembali Panas, Akitivis Pro Demokrasi Joshua Wong Ditangkap

Laporan lain dari Badan Metereologi Dunia, yang diterbitkan pada Rabu pekan lalu, menyebutkan bahwa tahun ini menjadi salah satu tahun terpanas dalam satu dekade terakhir.

Meskipun fakta kehancuran alam semakin tampak, namun Gutteres tetap mengobarkan optimisme.

Banyak negara, termasuk para penghasil emisi terbesar seperti Tiongkok, Uni Eropa, dan Amerika Serikat, telah memulai tahapan untuk mencapai zero emition dalam beberapa tahun mendatang.

Baca Juga: Anies Baswedan Positif Covid-19 Dijemput Tim RSUD Pasar Minggu, Begini Kondisi Keluarganya

Sementara itu, Climate Action Tracker menyebut apabila semua negara serius menerapkan kebijakan ramah lingkungan, maka suhu bumi akan naik sekitar 2,1 deracat celcius.

Senada dengan Guterres, Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius juga mengingatkan betapa krisis iklim semakin parah.

"Tak ada vaksin untuk mengobati krisis iklim, selain memenuhi Perjanjian Iklim Paris 2015," tuturnya. ***

 

 

 

 

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler