Kudeta Militer Myanmar Semakin Parah, Aparat Tembaki Tenaga Kesehatan yang Berdemo

15 April 2021, 20:01 WIB
Ilustrasi tenaga kesehatan. Aksi kekerasan yang dilancarkan militer Myanmar demi menumpas penolakan terhadap kudeta militer semakin parah, bahkan kini menyasar pada tenaga kesehatan. /Pixabay/DarkoStojanovic/

PORTAL PROBOLINGGO -  Aksi demonstrasi di Myanmar masih terus bergulir sejak kudeta yang terjadi pada 1 Februari 2021.

Aksi kekerasan pun tidak bisa dihindari, ratusan korban telah berjatuhan dari aksi kudeta yang berujung protes ini.

Para junta militer tak tanggung-tanggng untuk angkat senjata dan menembaki para pengunjuk rasa pro demokrasi.

Laporan terbaru, pasukan keamanan Myanmar dengan kejinya menembaki pekerja medis yang ikut dalam aksi demonstran di Kota Mandalay.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 6 SD/MI Halaman 118 dan 119 Tema 8: Bumiku, Subtema 3: Bumi, Matahari dan Bulan

Baca Juga: Aurel Hermansyah Dituding Hamil di Luar Nikah, Atta Halilintar Ungkap Fakta Ini

Media setempat memberitakan jika dalam aksi tersebut menimbulkan jatuhnya korban jiwa.

 

Aksi protes yang dilakukan sejak 1 Februari ini, merupakan bentuk kekecewaan atas sikap militer yang melengserkan pemerintahan terpilih pimpinan penerima Nobel, Aung San Suu Kyi.

Sebagaimana diberitakan Pikiran Rakyat sebelumnya dalam artikel Jadi Barisan Terdepan Kampanye Lawan Kudeta, Tenaga Medis Malah Ditembaki Junta Militer Myanmar

Dalam kondisi yang semakin mengkhawatirkan, dilaporkan jika para pekerja medis juga turut berada di garis terdepan kampanye melawan kudeta.

Baca Juga: Gempa Guncang Nusa Tenggara Barat 5.5 Magnitude, BMKG Beri Arahan Seperti Ini

Dilaporkan kantor berita Mizzima, pada awalnya mereka berkumpul di kota kedua Mandalay. Namun, pasukan keamanan langsung tiba untuk membubarkan demonstran.

Upaya pembubaran itu pun hingga melepaskan tembakan, dan menangkap sejumlah demonstran. 

Selain itu, menurut laporan kantor berita Mizzima, pihaknya belum mendapat rincian mengenai korban jiwa atau penangkapan. Layanan BBC berbahasa Burma juga melaporkan penindasan terhadap demonstran petugas medis.

Terkait tindakan itu pun, juru bicara junta militer Myanmar tidak dapat dihubungi untuk diminta keterangan lebih lanjut.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING IKATAN CINTA 15 April 2021 : Elsa Panik, Ricky Kembali Meneror Elsa?

Kudeta telah menyeret Myanmar ke dalam krisis setelah 10 tahun menuju demokrasi, dengan protes dan aksi pembangkangan terjadi setiap harinya. Bahkan termasuk aksi mogok pekerja di banyak sektor, yang menghentikan roda perekonomian.

Liburan Tahun Baru lima hari, yang disebut Thingyan, dimulai pada Selasa. Namun para pegiat prodemokrasi membatalkan festival tahunan itu untuk berfokus pada penentangan mereka terhadap para jenderal yang telah merebut kekuasaan.

Di sisi lain, militer mengklaim aksi protes berkurang. Namun kelompok Assistance Association for Political Prisoners mengungkapkan bahwa pasukan keamanan Myanmar telah menewaskan 715 demonstran sejak pemerintahan Suu Kyi dilengserkan.

Baca Juga: Kultum Ramadhan 2021 tentang Malam Lailatul Qadar oleh Ustadz M Quraish Shihab

Di samping itu, kantor HAM PBB pada Selasa mengaku khawatir bahwa penindakan keras militer terhadap demonstran berisiko menjadi konflik sipil, seperti yang terjadi di Suriah.

Sementara itu, Amnesty International pun mendorong ASEAN mengirim utusan khusus ke Myanmar untuk berdiskusi dengan semua pihak.

Begitupun Lembaga tersebut juga mengharapkan ASEAN dapat memastikan bahwa, masyarakat Myanmar memiliki akses atas bantuan kemanusiaan.(Nur Khadijah/Pikiran Rakyat)***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler