Warning! PBB Sebut Umat Manusia Dalam Bahaya, Ini Sebabnya

- 3 Desember 2020, 06:10 WIB
Ilustrasi protes krisis iklim.
Ilustrasi protes krisis iklim. /Markus Spiske/pexels/Markus Spiske

"Apabila tak ada tindakan, generasi mendatang hanya akan menghadapi kehancuran atas apa yang kita perbuat hari ini," tambahnya.

Dalam pidatonya, ia juga menyampaikan bahwa emisi gas rumah kaca saat ini naik signifikan, yakni 62% lebih tinggi dibanding 1990.

Baca Juga: Hongkong Kembali Panas, Akitivis Pro Demokrasi Joshua Wong Ditangkap

Laporan lain dari Badan Metereologi Dunia, yang diterbitkan pada Rabu pekan lalu, menyebutkan bahwa tahun ini menjadi salah satu tahun terpanas dalam satu dekade terakhir.

Meskipun fakta kehancuran alam semakin tampak, namun Gutteres tetap mengobarkan optimisme.

Banyak negara, termasuk para penghasil emisi terbesar seperti Tiongkok, Uni Eropa, dan Amerika Serikat, telah memulai tahapan untuk mencapai zero emition dalam beberapa tahun mendatang.

Baca Juga: Anies Baswedan Positif Covid-19 Dijemput Tim RSUD Pasar Minggu, Begini Kondisi Keluarganya

Sementara itu, Climate Action Tracker menyebut apabila semua negara serius menerapkan kebijakan ramah lingkungan, maka suhu bumi akan naik sekitar 2,1 deracat celcius.

Senada dengan Guterres, Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius juga mengingatkan betapa krisis iklim semakin parah.

"Tak ada vaksin untuk mengobati krisis iklim, selain memenuhi Perjanjian Iklim Paris 2015," tuturnya. ***

Halaman:

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah