PORTAL PROBOLINGGO - Seruan untuk pembangkangan sipil di Myanmar meningkat pada Rabu, 3 Februari 2021, usai Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa pengambilalihan kekuasaan oleh militer sebagai kudeta.
Selain itu, negara yang saat ini dipimpin oleh Joe Biden tersebut menegaskan akan memberikan hukuman bagi para jenderal yang mendalangi kudeta ini.
Myanmar kembali jatuh ke pemerintahan militer ketika tentara menahan Aung San Suu Kyi dan para tokoh politik lainnya pada Senin, 1 Februari 2021.
Baca Juga: PT Astra Otoparts Tbk Buka Lowongan Kerja bagi Pendidikan S1, Simak Persyaratannya
Sebelumnya, Suu Kyi yang merupakan kandidat dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NDL) menang telak pada pemilihan umum (pemilu) 2020.
Suu Kyi pun seharusnya kembali melanjutkan pemerintahan periode keduanya sejak awal Februari 2021, namun pihak militer menyatakan bahwa ada kecurangan pada hasil pemilu.
Dengan adanya pengambalihan kekuasaan, tanda-tanda kemarahan publik dan rencana untuk melawan mulai muncul, terutama di jagat media sosial.
Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 6 Halaman 11,13, dan 14 Subtema 1 : Perbedaan Waktu dan Pengaruhnya
Dilansir PORTAL PROBOLINGGO dari PORTAL JEMBER dalam artikel "Protes Kudeta Militer, Warga Myanmar Kompak Pukul Panci hingga Bunyikan Klakson", bunyi pukulan panci dan wajan serta klakson mobil terdengar di seluruh Kota Yangon pada Selasa, 2 Februari 2021, usai seruan untuk protes ramai digaungkan di media sosial.
Artikel Rekomendasi