Ceramah Ramadhan 2021 tentang Hakikat Dunia oleh Al-Ustadz Muhammad Wahyudi Unida Gontor

- 19 April 2021, 12:57 WIB
Ilustrasi. Berikut contoh teks ceramah bertema Ramadhan, bisa dijadikan materi ketika kultum.
Ilustrasi. Berikut contoh teks ceramah bertema Ramadhan, bisa dijadikan materi ketika kultum. /pexels.com/Gezer Amorim

PORTAL PROBOLINGGO - Mendengarkan ceramah di bulan Ramadhan merupakan salah ibadah. Kali ini materi ceramah berisi tentang makna dunia.

Materi ini dibacakan oleh Al-Ustadz M. Faqih Nidzom, M.Ag. dari Tausiyah Al-Ustadz Muhammad Wahyudi, M.Pd.

Al-Ustadz M. Faqih Nidzom, M.Ag adalah Kaprodi Pendidikan Bahasa Arab UNIDA Gontor di Masjid Jami’ Universitas Darussalam Gontor.

Materi dirangkum dari laman unida.gontor, berikut materinya.

Baca Juga: Update Klasemen MotoGp Portugal 2021 : Quartararo Raih Pole Position, Marquez Posisi ke-14

Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 19 April 2021 : Michi Tanya Soal Angga ke Andin, Al Puas Angga Rahasiakan Rencananya

Syeikh Shalih al-Munajjid menjelaskan tentang makna “dunia” dan alasan penyebutannya sebagai “الدنيا”. Setidaknya ada tiga hal;

Pertama, karena dunia (al-hayātu ad-dunyā) terambil kata danī’ yg berarti rendah; seperti posisi dan jabatan manusia di dunia menunjukkan itu. Berbeda dengan surga (jannah) yang disifati ‘āliyah (tinggi). Allah SWT berfirman:

فِی جَنَّةٍ عَالِیَةٍ

Artinya: Dalam surga yang tinggi, [Surat Al-Haqqah 22]

Kedua, karena singkatnya waktu kehidupan di dalamnya, seperti ditunjukkan dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an. Perumpamaan singkatnya adalah seperti waktu pagi menuju Dhuha.
Allah SWT berfirman:

كَأَنَّهُمۡ یَوۡمَ یَرَوۡنَهَا لَمۡ یَلۡبَثُوۤا۟ إِلَّا عَشِیَّةً أَوۡ ضُحَىٰهَا

Artinya: Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. [Surat An-Nazi’at 46]

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

كَأَنَّهُمۡ یَوۡمَ یَرَوۡنَ مَا یُوعَدُونَ لَمۡ یَلۡبَثُوۤا۟ إِلَّا سَاعَةً مِّن نَّهَارِۭۚ بَلَـٰغٌۚ فَهَلۡ یُهۡلَكُ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ

Artinya: ….Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. [Surat Al-Ahqaf 35]

Baca Juga: Top 10 Rating Acara TV Terbaik Senin 19 April 2021, Piala Menpora Kembali Saingi Ikatan Cinta

Baca Juga: Cegah Penyebaran Corona, Menaker Imbau Pekerja Swasta dan PMI Tidak Mudik Lebaran Kecuali Kondisi Darurat

Ibarat lain, celupan tangan kita, dunia hanyalah tetesan air darinya, sedikit dan cepat menetes, tapi menentukan nasib kita di Akhirat.

Ketiga, ad-dunyā berasal dari akar kata (د ن ي) yang salah satu bentuknya adalah دناءة, yang berarti kehinaan.

Dunia diibaratkan seperti tong sampah bau busuk, tapi manusia malah berlomba-lomba meraihnya. Jika pun ada nikmatnya, ia sejatinya hanya seperti ujung sayap nyamuk, sangat kecil.

Dalam sebuah riwayat, diceritakan bahwa suatu hari Umar bin Khattab sedang berjalan bersama para sahabat, lalu mereka melewati sebuah tempat sampah dan para sahabat menutupi hidung mereka. Umar bin Khattab lalu menjelaskan bahwa seperti itulah dunia.

Dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ

“Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata: ‘hadits hasan sahih’)
Kesimpulan

Maka secara sederhana bisa kita gambarkan bahwa dunia itu rendah secara geografis, singkat secara waktu, dan hina secara hakikat. Dengan memahami hal ini, sikap kita yang benar adalah tidak lalai terhadapnya, tidak menghabiskan waktu untuk sesuatu yang sia-sia. Jangan sampai kita menjadi apa yang disebut dalam ayat “Bal tu’tsirūna al-hayāh ad-dunyā wal ākhiratu khayrun wa abqā”.

Baca Juga: Resep Lauk Sahur dan Berbuka Puasa : Bakso Mercon atau Pentol Mercon, Enak, Pedas, dan Mudah

Baca Juga: LIVE STREAMING PSS vs Persib Semifinal Leg 2 Piala Menpora 2021, Super Elang Jawa Optimis Bisa Masuk Final

Sebaliknya, kita menggunakan kehidupan di dunia ini sebagai ladang amal, untuk bekal menuju akhirat yang kekal. Tentu kita tahu, orang yang beruntung adalah ia yang ringan beban dosanya, berat timbangan amalnya.

Wallāhu A’lam.***

Editor: Jati Kuncoro

Sumber: Gontor


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini