BMKG Gelar Latihan Dalam Rangka Kesiapan Menghadapi Tsunami di Masa Pandemi

14 Oktober 2020, 09:25 WIB
Latihan Kesiapan menghadapi Tsunami dan Gempa bumi . /Dok.bmkg

 

PORTAL PROBOLINGGO - Kegiatan Latihan atau dikenal dengan IOWave20 merupakan kegiatan pelatihan mitigasi dan evakuasi untuk merespon sistem peringatan dini tsunami yang diselenggarakan dua tahun lalu oleh Inter-governmental Coordination Group/ Indian Ocean Tsunami Warning Mitigation System (ICG/IOTWMS)-UNESCO.

Tahun ini, IOWave20 dilaksanakan secara serentak di berbagai negara di tepi Samudera Hindia pada tanggal 6 Oktober 2020 lalu.

Kegiatan tersebut dilaksanakan pada pukul 10.00-12.15 WIB dengan skenario kejadian gempabumi di Selatan Jawa, dengan magnitudo 9.1.

Baca Juga: Lowongan Kerja Oktober 2020: PT Avia Avian Buka 2 Posisi Bagi Minimal Lulusan S1 Semua Jurusan

Kegiatan latihan pada tahun ini disesuaikan dengan kondisi pandemi COVID-19, sehingga latihan dilaksanakan melalui virtual TTX (Table Top Exercise).

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, mengungkapkan bahwa seluruh rangkaian kegiatan IOWave20 dilaksanakan sesuai dengan Guideline UNESCO No.105.

"Indonesia berpartisipasi dalam skenario Sunda Trench, khususnya di selatan Pulau Jawa dengan gempabumi magnitudo M9.1 dengan kedalaman 10 km", ujar Rahmat.

Baca Juga: Cristiano Ronaldo Dinyatakan Positif Covid-19, Bakal Absen di Pertandingan Melawan Swedia

IOWave ini sangat penting dilaksanakan untuk mengevaluasi rantai peringatan dini tsunami dan kesinambungan SOP, serta keterlibatan semua pihak.

Kegiatan ini juga dapat mengevalusai rangkaian komunikasi yang akan digunakan oleh operator di setiap bagian BMKG.

Kelengkapan alat komunikasi dan kesiapan stakeholder dalam menerima serta memahami peringatan dini tsunami dari BMKG, dapat diterima melalui sarana diseminasi WRS NewGen yang telah dipasang di kantor BMKG, BPBD, dan Media di seluruh Indonesia yang berjumlah 147 lokasi.

Baca Juga: Respon Tindak Kekerasan Aparat saat Aksi Tolak UU Cipta Kerja, YLBHI: Perkuat Barisan Gerakan Rakyat

Rahmat, selaku Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, berharap melalui kegiatan ini akan ada evaluasi SOP terhadap perkembangan kesiapan menghadapi Bencana dan Tsunami.

Sementara Kepala BMKG, Prof. Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya melaksanakan gladi evakuasi, mengingat berdasarkan data BMKG, terjadi lonjakan kejadian gempabumi dalam beberapa tahun terakhir.

"Kejadian gempabumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4000-6000 kali dalam setahun, yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 sekitar 200-an. Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7000 kali dalam setahun. Bahkan tahun 2018 tercatat sebanyak 11920 kali kejadian gempa. Ini namanya bukan peningkatan, tapi sebuah lonjakan," ujar Dwikorita.

Baca Juga: Mo Marley Kepala Pelatih Sepak Bola Inggris Mengundurkan Diri dari Jabatannya

Hal tersebut perlu diwaspadai, karena sebagian besar tsunami yang terjadi di dunia dipicu oleh gempabumi. Oleh karena itu, perlu diperkuat sistem mitigasi gempabumi dan tsunami, mengingat hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempabumi.***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler