Contoh Pidato Hari Pahlawan oleh Bapak Proklamator Indonesia Ir Soekarno

5 November 2020, 12:15 WIB
Bapak Proklamator Ir. Soekarno, pernah memberikan sambutan pidato Hari Pahlawan. / Koleksi digital Leiden University Libraries

PORTAL PROBOLINGGO—Setiap 10 November setiap tahunnya, bangsa Indonesia memperingati momen bersejarah, yaitu Hari Pahlawan. Pada momen tersebut, bangsa Indonesia mengenang lagi jasa para pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

Untuk mengenang jasa para pahlawan, setiap tahunnya masyarakat Indonesia akan mengadakan perayaan, baik secara formal maupun tidak. Dalam setiap acara itu pun akan ada sambutan dengan pembacaan pidato hari pahlawan.

Soekarno, pada 10 November 1960 pernah memberikan pidato hari pahlawan. Pidato tersebut ia bacakan pada pembukaan sidang pertama MPRS di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat.

Baca Juga: Khutbah Jumat Hari Pahlawan tentang Merawat Kemerdekaan

Dalam pidato tersebut Soekarno mengingatkan kepada masyarakat Indonesia dan anggota MPRS saat itu untuk mengingat lagi penderitaan ketika bangsa belum merdeka.

Pidao dari Soekarno ini bisa dijadikan inspirasi untuk memberikan sambutan dalam acara Hari Pahlawan ataupun dijadikan tugas sekolah.

Berikut teks lengkap pidato Hari Pahlawan oleh Soekarno yang dilansir PORTAL PROBOLINGGO dari laman Bappenas.

Baca Juga: Gunakan Hak Suara di Pilpres AS, Meghan Markle Dapat Kecaman Keras dari Pihak Kerajaan Inggris

Saudara-saudara sekalian,

Sebagai dikatakan oleh Pejabat Ketua, maka pada ini hari akan dibuka sidang pertama daripada Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara. Dan pada saat itu, saja, Insya Allah, akan mengucapkan amanat yang oleh Pejabat Ketua dinamakan : Amanat Negara.

Saudara-saudara, hari ini bukan saja penting oleh karena Sidang pertama dari-pada Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dibuka, Insya Allah, tetapi juga oleh karena sebagai saudara-saudara mengetahui, hari ini adalah Hari Pahlawan, yang pada hari ini kita menghormati, memperingati jasa-jasa pahlawan-pahlawan kita, pahlawan-pahlawan dalam perjuangan kita, mencari pelaksanaan daripada segenap cita-cita kita.

Dalam mengingati segenap cita-cita kita, tidak boleh tidak kita harus ingat kepada apa yang di waktu yang akhir-akhir ini selalu saja namakan Amanat Penderitaan Rakyat.

Baca Juga: Presiden Jokowi Ingin Indonesia Jadi Tuan Rumah Pesta Olahraga Dunia Tahun 2032

Rakyat Indonesia sejak kehilangan kemerdekaannya, yakni sejak Indonesia dijajah oleh penjajah asing, yang berabad-abad lamanya, menjadilah satu rakyat yang menderita.

Menderita politik, menderita ekonomis, menderita sosial, menderita kultural; bahkan juga menderita dalam rasa hati kemanusiaannya. Maka jikalau kita berkumpul ada ini hari, pada hari yang amat penting ini penting kataku tadi oleh karena adalah Hari Pahlawan dan hari Pembukaan Sidang Pertama daripada MPRS; MPR Lembaga yang mutlak dituntut oleh Undang-Undang Dasar 45, maka tidak boleh tidak kita harus mengenangkan akan penderitaan rakyat itu.

Dan sebagai tiap-tiap rakyat yang menderita, maka rakyat Indonesia ingin melepaskan diri daripada penderitaan itu. Dan dalam usaha untuk melepaskan diri daripada penderitaan itu, sekali lagi rakyat Indonesia menjalankan penderitaan-penderitaan.

Baca Juga: Pidato Bung Tumo yang Membakar Semangat Pejuang dalam Pertempuran 10 November Surabaya

Korbanan yang amat pedih. Untuk mengakhiri penderitaan, rakyat Indonesia menjalankan penderitaan. Ini tampaknya adalah satu paradoks, tetapi paradoks sejarah, hisrorical-paradox. Penderitaan rakyat yang dilakukan oleh rakyat untuk melepaskan diri daripada penderitaan, sudah dikenal oleh kita semuanya. Dikenal olah kita semuanya dalam bentuk pahlawan-pahlawan yang gugur, yang mereka itu arwahnya pada ini hari kita peringati.

Dan Pahlawan-pahlawan yang gugur ini bukan saja yang gugur sejak kita memasuki taraf physical revolution di dalam usaha kita untuk melepaskan diri kita daripada penderitaan, tetapi pahlawan yang gugur, juga sebelum adanya physical revolution kita itu, Pahlawan yang gugur dalam abad ke-17, pahlawan-pahlawan yang gugur dalam abad ke-18, pahlawan-pahlawan yang gugur dalam abad ke-19, Pahlawan yang gugur dalam apa yang kita namakan Gerakan Nasional, dan bukan saja pahlawan yang gugur, tetapi kita pada ini hari juga memperingati semua pahlawan dari yang telah menunjukkan kepahlawanannya di atas padang pelaksanaan Dharma Bhakti terhadap kepada Ibu Pratiwi.

Bukan saja terbayang di hadapan mata khayal kita pahlawan-pahlawan dari Sultan Agung Hanjokrokusumo, atau pahlawan-pahlawan dari Untung Suropati, atau pahlawan-pahlawan dari Trunodjojo, atau pahlawan-pahlawan dari Sultan Hasanudin, atau pahlawan-pahlawan dari Trunodjojo, atau pahlawan-pahlawan dari Sultan Hasanudin, atau Pahlawan-pahlawan dari Pangeran Diponegoro, atau Pahlawan-pahlawan dari Teuku Tjiek Ditiro, atau Imam Bonjol, bukan hanya pahlawan-pahlawan itu yang gugur di medan pertempuran atau tidak gugur di medan pertempuran, tetapi juga pahlawan-pahlawan kita di dalam Gerakan Nasional, yang mereka itu bernama dan kita beri nama Pahlawan, oleh karena mereka telah mempersembahkan Dharma Baktinya serta pengorbanannya yang pahit-pedih di atas Persada Ibu Pratiwi.

Baca Juga: Puisi untuk Mengenang Pahlawan dari WS Rendra dan Mustofa Bisri

Terbayang di muka mata khayal kita, ratusan ribuan pemimpin-pemimpin kita dari pada Gerakan Nasional itu, yang telah meringkuk di dalam penjara. Terbayang di hadapan mata khayal kita, pemimpin-pemimpin kita yang menderita pahit-pedih, ditempat-tempat pembuangan.

Terbayang di mata khayal kita, pemimpin-pemimpin kita yang dengan muka tersenyum menaiki tiang penggantungan. Terbayang dimata khayal kita, pemimpin kita yang menadahi pelor daripada squadron pendrelan.

Terbayang di muka khayal kita, deritaan daripada rakyat kita yang untuk perjuangan itu mengorbankan segala-galanya.

Baca Juga: Hari Pahlawan Nasional, 12 Selebriti Ini Keturunan Pahlawan, Ada Dian Sastro hingga Maia Estianty

Ada yang mengorbankan suaminya, ada yang mengorbankan anaknya , ada yang mengorbankan , ada yang mengorbankan isi hati kecintaan mereka yang menjadi tiang daripada jiwa mereka itu.

Pendek kata mengorbankan segala-galanya, dan mereka ini Pahlawan pula. Oleh karena, sebagai tadi dikatakan oleh pejabat Ketua MPRS., mereka menjalankan segala sesuatu tanpa pamrih.

Pahlawan bukan hanya orang yang gugur di medan pertempuran. Pahlawan adalah semua orang yang berkorban, menderita untuk kepentingan sesama orang, tidak untuk kepentingan diri sendiri.

Baca Juga: Tampak Lebih Asri, Berikut 4 Tips Menata Tanaman Hias di Rumah

Dan jikalau kita menanyakan kenapa mereka itu menjadi Pahlawan, kenapa mereka itu berkorban, kenapa mereka itu sukarela menderita, bahkan menderita dengan muka yang tersenyum, tak lain tak bukan ialah oleh karena mereka itu sedar dan insjaf mengemban Amanat Penderitaan Rakyat.

Rakyat Indonesia yang telah menjadi rakyat yang menderita ingin melepaskan dirinya daripada penderitaan itu, dan sebagai tadi saja katakan untuk melepaskan dirinya daripada penderitaan itu, Rakjat Indonesia dan pemimpinnya, menjalankan dengan ikhlas penderitaan-penderitaan.

Oleh karena itu, maka mereka patas kita beri nama Pahlawan dan mereka pantas kita hormati, dan jiwa kita pada saat sekarang ini memanjatkan doa ke Hadirat Allah SWT. agar supaya penderitaan mereka itu, pengorbanan mereka itu diterima oleh Allah dengan pahala yang setinggi-setingginya.

Baca Juga: Megawati Ragu dengan Anak Muda, Puan Maharani Malah Ucapkan Sebaliknya

Oleh karena itulah maka mereka bernama Pahlawan, Orang yang pantas menerima Pahala daripada Allah SWT.***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Tags

Terkini

Terpopuler