Jarang Diketahui, Berikut 7 Fakta Unik Suku Tengger, Salah Satunya Tidak Tergeser oleh Modernisasi

26 April 2021, 20:55 WIB
Ilustrasi orang suku Tengger /https://portalberita.lumajangkab.go.id/Kominfo Lumajang/

PORTAL PROBOLINGGO - Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merakue memiliki ribuan suku bangsa, satu di antaranya adalah suku Tengger.

Orang-orang suku Tengger diketahui mendiami wilayah Gunung Bromo, Jawa Timur sejak zaman dulu.

Suku ini merupakan salah satu suku di Indonesia yang tidak terpengaruh modernisasi dan alasan itulah yang mungkin menyebabkan suku ini bisa bertahan hingga saat ini.

Sebagai suku yang mempertahankan adat istiadat, kebiasaan, dan budayanya, suku Tengger memiliki sejumlah fakta yang menarik untuk disimak.

Baca Juga: KRI Nanggala-402 Tenggelam Bukan Karena Human Error, Berikut Analisa Sementara TNI AL

Dikutip PORTAL PROBOLINGGO dari GALAMEDIA dalam artikel "7 Fakta Menarik Suku Tengger yang Tidak Terpengaruh Modernisasi Zaman", berikut beberapa fakta unik dari suku Tengger:

1. Nama yang berasal dari tokoh legendaris Roro Anteng dan Joko Seger.

Masyarakat suku Tengger mempercayai bahwa mereka merupakan keturunan dari tokoh dalam legenda yang bernama Roro Anteng dan Joko Seger.

Nama 'Tengger' itu sendiri diambil dari potongan nama kedua tokoh legendaris yang dianggap sebagai leluhurnya tersebut.

Kata 'Teng' diambil dari akhiran nama Roro Anteng dan 'Ger' dari akhiran nama Joko Seger.

Baca Juga: Kunci Jawaban Kelas 3 SD dan MI Tema 8 Subtema 2 Aku Anak Mandiri, Halaman 107

2. Suku Tengger tidak terpengaruh modernisasi zaman.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, suku Tengger tidak terpengaruh modernisasi zaman, mereka hidup dengan aturan adat tradisinya sendiri.

Padahal jika dilihat, tempat tinggal mereka sangat mudah dijangkau para wisatawan, baik dari dalam dan luar negeri.

Namun selama berabad-abad, suku Tengger tetap mampu mempertahankan karakteristiknya. Sehingga adat dan budaya masih tetap lestari sampai saat ini.

3. Suku Tengger menggunakan bahasa Jawi Kuno.

Bahasa sehari-hari suku Tengger yaitu bahasa Jawi Kuno yang diyakini sebagai dialek pada masa Kerajaan Majapahit.

Baca Juga: Biodata Sere Kalina dari Agama hingga Karir, Host Indonesian Idol hingga E-SPORTS STAR INDONESIA

Baca Juga: Bupati Tulungagung Sampaikan Duka untuk Dua Warga Tulungagung yang Menjadi Awak KRI Nanggala 402

Pada masa Kerajaan Majapahit, bahasa tersebut digunakan sebagai mantra yang ditulis dengan huruf Jawi Kawi.

Ada anggapan bahwa bahasa suku Tengger merupakan turunan dari bahasa Kawi dan banyak mempertahankan kalimat-kalimat kuno yang sudah tidak digunakan lagi dalam bahasa Jawa modern.

4. Sarung dipercaya untuk mengendalikan perilaku dan ucapan

Bagi suku Tengger, sarung memiliki makna tersendiri, yaitu dipercaya berfungsi untuk mengendalikan perilaku dan ucapan masyarakat.

Penggunaan sarung itu tidak hanya untuk laki-laki saja, tapi berlaku untuk semua kalangan termasuk perempuan.

Baca Juga: Biodata Sandrinna Michelle, Pemeran Wulan dalam Sinetron Dari Jendela SMP Lawan Main Rey Bong

5. Upacara keagamaan Yadnya Kasada.

Suku Tengger juga memiliki upacara keagamaan yang dikenal dengan nama Upacara Yadnya Kasada.

Upacara ini dilakukan setiap tahun yang diselenggarakan di sebuah pura di bawah kaki Gunung Bromo.

Yadnya Kasada ini merupakan pengiriman kurban kepada leluhurnya yang ada di Kawah Gunung Bromo, dan dilakukan pada malam hari hingga matahari terbit.

Adanya upacara ini juga menjadikan suatu ikon budaya di Gunung Bromo yang menarik wisatawan untuk berkunjung.

Baca Juga: Menu Takjil Buka Puasa yang Praktis dan Sederhana : 3 Resep Es Cendol, Manis, Enak, dan Mudah Dibuat

6. Hari besar suku Tengger

Hari raya terbesar suku Tengger sering disebut dengan Karo.

Karo adalah hari raya terbesar yang paling dinanti-nanti oleh suku Tengger. Karo biasanya diselenggarakan setelah hari raya nyepi.

Acara ini meliputi pawai hasil bumi, kesenian adat seperti pagelaran Tari Sodoran. Kemudian dilanjutkan dengan bersilaturahmi ke rumah tetangga dan sanak saudara.

7. Pemimpin doa disebut Ratu.

Suku Tengger ketika melangsungkan ritual Karo selalu dipimpin oleh seorang ratu.

Ratu disini mempunyai arti seorang pemimpin yang selalu memimpin doa. Uniknya lagi, ratu disini adalah seorang laki-laki.*** (Dzahabati Okta Faynara/GALAMEDIA)

Editor: Dharmawan Ashada

Sumber: Galamedia News

Tags

Terkini

Terpopuler