Dulu Lihai Racik Bom, Kini Jack Harun Pilih Racik Soto Uenak

- 15 Maret 2021, 13:05 WIB
Jack Harun menyajikan makanan Ganjar Pranowo.
Jack Harun menyajikan makanan Ganjar Pranowo. /pemprov jateng

PORTAL PROBOLINGGO - Pria yang bernama Joko Trihermanto atau lebih dikenal dengan sebutan Jack Harun lahir di Kulonprogo, 1 Desember 1976 ini merupakan pemilik warung soto Bang Jack 
 
Selain itu, Jack Harun merupakan Lulusan S1 Fakultas Pendidikan Universitas 11 Maret Solo (UNS).
 
Sebelum memutuskan untuk bertobat dan membuka toko kuliner, Joko dulunya merupakan seorang ahli merakit bom dan spesialis pemegang “ timer ” bom yang belajar langsung dari Dokter Azahari.
 
Dr. Azahari bin Husin, Ph.D. merupakan seorang insinyur asal Malaysia yang diduga kuat merupakan otak di belakang Bom Bali 2002 dan Bom Bali 2005 serta serangan-serangan lainnya yang dilakukan Jemaah Islamiyah.
 
 
Ia dikenal oleh publik lantaran pernah melalukan aksi terorisme Bom Bali pada tahun 2002.
 
Saat ini Jack membuka warung soto yang diberi nama "Bang Jack"  yang berlokasi di Gang Kurma VI, Tangkil Baru, Manang, Kecamatan Grogol, Karanganyar.
 
Ia mengungkapkan kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo bahwa keahlianya dalam meracik bom dulu ternyata dapat berguna juga dalam meracik soto. Kata pengunjung yang beli sih enak.
 
“Dulu saya memang ahli meracik bom hasil belajar langsung dari Dokter Azahari, eh ternyata keahlian saya meracik itu bisa saya pakai juga untuk meracik soto. Kata pengunjung yang beli sih enak, ”kata Jack dengan nada bercanda kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Minggu 14 Maret 2021 pagi.
 
 
Pada hari minggu 14 Maret 2021 Jack kedatangan pembeli spesial yakni Ganjar dan sang istri, Siti Atikoh.
 
Menurutnya, Ganjar datang ke tempatnya untuk sarapan usai bersepeda dari Tawangmangu bersama sang istri sekitar pukul 09.00 dan pagi itu Jack menyambut Ganjar dengan ramah.
 
Selain itu, Jack mengaku bahwa usahanya sudah berjalan kurang lebih 5 tahun pada Gubernur Jawa Tengah tersebut.
 
"Warung ini sudah lima tahun. Saya suka kuliner, ketika keluar tahanan saya pernah kerja di restoran dan pernah punya angkringan, " kata eksnarapidana teroris yang saat itu divonis enam tahun dan keluar pada 2008 itu.
 
 
Jack menceritakan, kisah hidupnya bahwa dulu dirinya aktif dalam aksi terorisme sejak tahun 1999 di Poso dan Ambon. 
 
Kemudian, pada tahun 2002 Jack melakukan kembali aksinya yang berperan sebagai timer dan peramu bom Bali 1.
 
Timer merupakan orang memutuskan kapan waktunya bom untuk diledakan. 
 
Selain itu, Jack juga pernah terlihat aksi perampokan bersama Nordin M Top di sebuah perusahaan di Malang.
 
 
Jack mengaku bahwa dirinya sudah memutuskan untuk bertekat kembali kepangkuan pertiwi.
 
“Tapi sekarang saya sudah bertekat kembali ke pangkuan pertiwi dan berbaur dengan masyarakat. Warung soto ini salah satu caranya, di warung ini pernah ada beberapa eksnapiter yang bekerja di sini secara bergantian, ”ujar Jack Harun seperti yang dilansir PORTAL PROBOLINGGO dari laman Pemprov Jateng.
 
"Tapi dia pekerja nonmuslim sedang libur, karena ibadah ke gereja," sambungnya.
 
Warung yang ada 10 meja dan 20 bangku ini buka mulai pukul 05.30 dan tutup pukul 10.30. Sekali dalam sebulan, yaitu pada Jumat pertama, Jack mengratiskan seluruh dagangannya untuk masyarakat.
 
“Namanya Jumat Barokah, semua pengunjung gratis makan di sini. Dengan mengadakan seperti ini, setidaknya setiap bulan ada orang yang ngangeni saya, ”kata Jack seraya tertawa.
 
 
Menurutnya Ganjar Pranowo, Jack Harun tidak sulit diterima kembali oleh masyarakat karena ada niat dari yang bersangkutan.
 
Selain itu Gubernur Ganjar yang mendengar cerita tersebut pun  lantas mengapreasi cara Jack Harun dalam melakukan bisnisnya.
 
“Ini adalah cara reintegrasi sosial yang menarik. Selain berwirausaha bikin warung soto yang menurut saya ueenakk ini, Mas Jack juga sering memberikan edukasi terhadap anak-anak muda tentang bahaya terorisme dan radikalisme, ”kata Ganjar.
 
Dia menambahkan, pemerintah akan memberikan dukungan lewat program-program bagi eksnapiter diterima dapat diterima baik oleh masyarakat.
 
“Kalau mereka (eksnapiter) bekerja sesuai passion-nya, itu enak karena pemerintah tinggal memberikan kebutuhannya apa saja. Tapi kalau mereka belum punya ketrampilan, maka kami perlu memberikan pelatihan dulu, ”terang Ganjar.***
 

Editor: Elita Sitorini


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x