Kemenangan Biden Makin Kokoh, Petinggi Partai Republik Hingga Putin Ucapkan Selamat

16 Desember 2020, 10:49 WIB
Joe Biden. / Instagram.com/@joebiden

PORTAL PROBOLINGGO - Waktu telah berjalan lebih dari sebulan setelah pemilu AS dan telah banyak konflik yang terjadi akibat Donald Trump dan ornag-orang Republik yang enggan mengakui kemenangan Joe Biden.

Namun, sepertinya ketegangan itu perlahan mulai surut karena para petinggi Partai Republik akhirnya mengakui kemenangan Biden pada Selasa, 15 Desember 2020 setelah GOP yang tidak mampu "melawan" jutaan pemilih yang dengan tegas memilih Demokrat.

Di tempat lain, Pemimpin Mayoritas Mitch McConnell yang berbicara di kantor Senat AS juga memberi selamat kepada mantan koleganya sebagai presiden terpilih.

Baca Juga: Bagus untuk Anak, 5 Makanan Ini Bisa Bantu Otak Makin Cerdas dan Pintar, Ada Kuning Telur

Dikutip dari AP News, ucapan selamat atas kemenangan Biden tak hanya terjadi di AS. Diketahui beberapa pemimpin termasuk Putin dari Rusia dan Andres Manuel Lopez Obrador dari Meksiko turut mengakui kemenangan Biden.

Sementara itu, beberapa pejabat juga mulai melakukan pembicaraan soal pergantian kekuasaan seperti yang dilakukan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo yang akan bertemu dengan calon penggantinya di pemerintahan Biden Antony Blinken.

Selain Mike Pompeo, Senator Partai Republik Lindsey Graham dari Carolina Selatan yang merupakan salah satu sekutu terdekat Donald Trump mengatakan dia telah berbicara dengan beberapa pilihan Kabinet Biden.

Baca Juga: Mino Raiola Ungkap Rencana Transfer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer Geram

Langkah itu dilakukan sehari setelah para pemilih yang merupakan kandidat perwakilan negara bagian di seluruh AS secara resmi memberikan suara yang menegaskan kemenangan Biden dalam pemilihan presiden bulan lalu.

Namun meski pada akhirnya jalan Biden untuk mengambil alih kursi kepresidenan lebih mudah, pengesahan kemenangan Biden tampaknya tidak banyak menghentikan upaya Trump untuk terus" mencuci otak" masyarakat dengan tuduhan tidak berdasar yang telah ditolak oleh hakim di seluruh spektrum politik.

Hal itu terbukti ketika Partai Republik mulai membahas kepresidenan Biden secara lebih terbuka pada hari Selasa, Trump masih bersikeras untuk terus maju dengan opsi hukum yang nyaris tidak ada.

Baca Juga: Lowongan Kerja Desember 2020, PT Trakindo Utama Buka Posisi Bagi Minimal Lulusan D3, Cek Syaratnya

"Bukti soal kecurangan dari pemilih mengalir kencang. Tidak pernah ada yang seperti ini di negara kita!" cuit Trump tepat saat para anggota partainya secara terbuka mengakui kemenangan Biden.

Pengakuan yang semakin besar atas realitas di Washington dipicu oleh Electoral College yang secara resmi melakukan pemungutan suara pada hari Senin, 14 Desember 2020 guna memastikan kemenangan Biden dengan 306 suara dibandingkan dengan 232 suara milik Trump.

Menurut McConell, banyak orang, terutama pendukung Trump yang ingin hasil pemilu berubah. Namun, sistem pemerintahan yakni Electoral College telah menentukan siapa yang akan dilantik pada 20 Januari.

Baca Juga: Pembelajaran Tatap Muka Segera Berjalan, BNPB Minta Hal Ini Pada Pesantren

Transisi birokrasi dari pemerintahan Trump ke Biden sebenarnya telah dimulai beberapa minggu yang lalu meskipun gugatan hukum dari Trump maish terus berjalan.

Namun, sikap menenagkan yang datang tiba-tiba dari banyak anggota Partai Republik akhirnya dapat mencairkan suasana politik akhir-akhir ini.

Biden telah mencoba untuk membangun kesiapan untuk menjabat sebagai presiden sambil menghadapi tantangan untuk memberikan vaksin Covid-19 pada ratusan juta orang Amerika.

Baca Juga: Siap-Siap! Jelang Natal dan Tahun Baru, Polri Akan Menggelar Operasi Lilin 2020

Sebelumnya, Biden telah menyerukan persatuan bagi rakyat AS meskipun tetap menganggap gugatan Trump tidak masuk akal dan bersikukuh mengimbau masyakarat, terutama yang membencinya untuk membuka lembaran baru.

Meski terlihat melegakan, keterlambatan pengakuan dari Partai Republik telah membuat presiden terpilih hanya punya waktu sebulan untuk menyelesaikan pembangunan hal-hal penting bagi pemerintahan barunya.

Keterlambatan pengakuan itu juga dikritisi oleh Anthony Robinson, mantan pejabat pemerintahan Obama yang menjabat beberapa peran kebijakan keamanan nasional termasuk selama transisi ke pemerintahan Trump pada 2016.

Baca Juga: Resep Sambal Kethak yang Gurih, Manis, dan Pedas

"Saya tidak ingin mengatakan, 'Siapa yang peduli?', Tetapi itu jelas tidak melambangkan transisi yang mulus," tutur Robinson, yang sekarang menjadi direktur politik Komite Pelatihan Demokratik Nasional.

Prioritas pertama Biden soal pandemi adalah distribusi vaksin yang adil dan efisien. Presiden terpilih mengatakan pada hari Selasa bahwa dia akan mengikuti nasihat dari Dr. Anthony Fauci, yang mengatakan Biden perlu mempercepat adanya vaksin agar masalah keamanan nasional tidak semakin parah.

Beberapa waktu lalu, Biden dan tiga orang mantan presiden yaitu George W. Bush, Obama, dan Bill Clinton akan diimunisasi secara terbuka, yang dapat membantu membangun kepercayaan publik terhadap vaksin tersebut.

Baca Juga: Resep Sambal Kethak yang Gurih, Manis, dan Pedas

Sementara itu, penentangan Trump yang terus-menerus terhadap Biden mungkin akan terus menimbulkan hambatan, terutama di DPR AS karena Partai Republik minggu lalu memperkenalkan undang-undang untuk menghukum anggota partai mereka yang mungkin terlihat mendesak Trump untuk "segera menyerah".

Sejauh ini, Pejabat tinggi Kabinet Trump lainnya belum mengikuti jejak Pompeo, yang berencana untuk bertemu dengan Blinken, calon sekretaris negara Biden pada Kamis, 17 Desember 2020.***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: AP News

Tags

Terkini

Terpopuler