Menlu AS Mike Pompeo: Partai Komunis Cina Ancaman Terbesar Kebebasan Beragama

30 Oktober 2020, 14:20 WIB
Mike Pompeo menyebut Partai Komunis Cina sebagai ancaman kebebasan beragama. /Instagram.com/@secpompeo

PORTAL PROBOLINGGO - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Mike Pompeo mendesak Pemerintah Indonesia untuk lebih serius memperhatikan perlakuan Cina pada Muslim Uighur.

Menurut Mike apa yang dilakukan oleh Cina merupakan salah satu bentuk ancaman paling besar untuk kebebasan beragama di masa depan.

“Faktanya, ancaman terbesar untuk kebebasan beragama adalah perang yang dilakukan Partai Komunis Cina (PKC) terhadap kepercayaan semua orang, Islam, Buda, Kristen, dan Falun Gong,” ujar Mike ketika berpidato di acara "Nurturing the shared civilizational aspirations of Islam Rahmatan li al-‘Alamin*, Kamis, 29 Oktober 2020 dilansir dari siaran pers Kementerian Luar Negeri AS.

Baca Juga: Jokowi Terima Kunjungan Menlu Amerika Serikat, Ini Hasil Pertemuannya

PKC, menurut Mike, mencoba untuk meyakinkan dunia, tindakan brutal yang mereka lakukan pada Muslim Uighur diperlukan sebagai langkah untuk melawan terorisme atau sebagai upaya pengentasan kemiskinan. Ia menuturkan alasan yang diberikan akan bergantung pada siapa PKC berbicara.

“Tapi kami tahu, kita semua tahu bahwa tindakan melawan terorisme tidak dibenarkan dengan memaksa Muslim Uighur untuk memakan babi saat bulan Ramadan atau dengan menghancurkan pemakaman orang-orang Islam,” ungkap Mike.

“Pengentasan kemiskinan tidak dibenarkan dengan memaksakan sterilisasi atau memisahkan anak-anak dari orang tuanya untuk dididik ulang di sekolah milik negara,” sambungnya.

Baca Juga: Buntut Polemik Kartun Nabi Muhammad, Media Perancis Serang Erdogan

Mike mengingatkan Indonesia untuk tetap melihat nasib Muslim Uighur. Karena menurutnya saat ini PKC mencoba membujuk Indonesia untuk mengabaikan segala sesuatu yang terjadi di sana.

“Saya tahu beberapa pejabat PKC saat ini sedang membacakan dongeng tentang kebahagiaan masyarakat Uighur yang disebut membuang etnis, agama, dan budaya mereka untuk menjadi lebih modern dan menikmati manfaat dari pembangunan yang dipimpin PKC,” ujar Mike.

“Ketika kalian mendengar argumen semacam itu, saya hanya meminta, gunakan hati kalian. Lihatlah fakta yang ada. Dengarkan cerita dari para korban dan keluarga mereka,” pungkasnya.

Baca Juga: BMKG Beri Peringatan Dini Gelombang Tinggi, Waspada dalam Pelayaran!

Tidak hanya itu, Mike meminta, masyarakat Indonesia untuk memikirkan tentang bagaimana sebuah pemerintahan otoriter memperlakukan orang-orang yang menolak aturan.

“Ada puluhan, mungkin ratusan, penelitian akademik yang melaporkan tentang apa yang terjadi di Xinjiang,” tutur Mike.***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Tags

Terkini

Terpopuler