PORTAL PROBOLINGGO - Umat Muslim di Prancis bereaksi atas pembunuhan tiga warga pada Kamis 29 Oktober 2020 di kota Nice dan mengatakan kejahatan itu tidak mewakili keyakinan maupun nilai-nilai mereka.
Serangan, yang terjadi di dalam sebuah gereja, adalah yang ketiga dalam sebulan lebih dan terjadi di tengah ketegangan yang meningkat antara negara-negara Muslim dan Prancis.
Beberapa seruan untuk memboikot barang-barang Prancis dilakukan pekan lalu setelah Presiden Emmanuel Macron membela hak karikatur Nabi Muhammad.
Baca Juga: Penyebab Rambut Rontok dan Cara Mengatasinya Secara Alami
Komentar Macron muncul setelah pembunuhan brutal terhadap Samuel Paty, seorang guru sekolah menengah yang menunjukkan gambar nabi kepada murid-muridnya selama diskusi tentang kebebasan berbicara.
Dikutip PORTAL PROBOLINGGO dari Al Jazeera, Yasser Louati, seorang aktivis hak-hak sipil Prancis, mengatakan bahwa para pelaku kejahatan semacam itu tidak membedakan antara Muslim, Kristen, dan penganut ideologi yang asing bagi Islam.
Baca Juga: Netizen Tiongkok Ungkap 4 Fakta Chanyeol EXO yang Dituduh Selingkuh hingga Menyeret Rose BLACKPINK
“Seorang wanita dipenggal di dalam gereja, ini berarti orang-orang ini tidak ada hubungannya dengan yang suci. Tidak ada batasan moral bagi mereka, ”kata Louati.
“Sekitar 750 orang tewas di masjid-masjid di seluruh dunia, mengapa kita tidak dapat menghubungkan titik-titiknya dan melihat bahwa ideologi ini telah menyebar sehingga sejauh ini kita kalah dalam pertarungan gagasan."tambahnya.
Artikel Rekomendasi