Setelah situs tersebut tak dapat diakses, perusahaan riset internet Top 10 VPN menyebut terjadi lonjakan pencarian menggunakan akses pribadi atau VPN.
"Akses menggunakan VPN naik sebesar 640% dibanding rata-rata harian September dan Oktober," katanya.
Beberapa netizen juga menyinggung kaitan pemblokiran dengan aksi demonstrasi besar-besaran yang menuntut reformasi dan ditegakkannya demokrasi di negara monarki tersebut.
Baca Juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron Dikecam Umat Muslim, Khabib Nurmagomedov Berikan Komentar
Sebelumnya, Pemerintah Thailand memang tengah menghadapi gelombang demonstrasi besar-besaran yang dipelopori mahasiswa. Mereka menuntut pemecatan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha dan pengurangan kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn.
Emilie Pradichit, Direktur Manushya Foundation, salah satu aktivis yang getol mengampanyekan hak digital, menyebut keputusan tersebut semakin menunjukkan kediktaktoran pemerintah Thailand.
Baca Juga: 2,5 Juta Lebih Penduduk Slovakia Lakukan Tes Swab dalam Sehari, 1% Positif Terpapar Covid-19
"Pemblokiran tersebut menunjukkan Thailand memang benar 'tanah kediktaktoran digital', kaum konservatif mencoba mengontrol hak privat warga negara," tuturnya. ***
Artikel Rekomendasi