Belurasia Memanas, Pihak Keamanan Bubarkan Massa dengan Granat Setrum

- 16 November 2020, 09:38 WIB
Ilustrasi demonstrasi.
Ilustrasi demonstrasi. //Pixabay


PORTAL PROBOLINGGO - Pada hari Minggu, 15 November 2020, warga Belarusia turun ke jalan-jalan di ibu kota Minsk dalam demonstrasi melawan pemimpin kuat Alexander Lukashenko, saat kemarahan publik meningkat atas kematian seorang aktivis oposisi baru-baru ini.

Polisi bersenjata dan bertopeng membubarkan pengunjuk rasa dengan gas air mata dan granat setrum dan juga mengerahkan meriam air. 

Menurut laporan media lokal, hal tersebut terjadi tak lama setelah demonstrasi terbaru dimulai  untuk melawan mantan pemimpin kuat negara Soviet itu.

Baca Juga: Pengungsi Gunung Merapi Semakin Meningkat, BPBD Telah Siapkan 44 Lokasi Pengungsi

Kelompok hak asasi Belarusia, Viasna, mengatakan setidaknya 328 orang ditahan, termasuk jurnalis. Sekitar 15 stasiun metro ditutup dan akses internet seluler dibatasi, seorang jurnalis melaporkan.

Puluhan ribu orang telah turun ke jalan-jalan kota di seluruh Belarusia setiap akhir pekan sejak 9 Agustus 2020 lalu ketika Lukashenko mengklaim masa jabatan presiden keenam dalam pemilu yang menurut para pengkritiknya dan negara-negara Barat dicurangi.

Uni Eropa telah berikan sanksi kepada pejabat di negara otoriter itu karena mencurangi pemungutan suara dan melakukan tindakan keras brutal terhadap demonstrasi pasca pemungutan suara yang menyebabkan penangkapan massal, tuduhan penyiksaan dan pelecehan di tangan petugas keamanan.

Baca Juga: Jadwal Acara TVRI, 16 November 2020, Ada Belajar Dari Rumah dan Beranda Pak RT

Sebelumnya, ribuan demonstran di Minsk pada hari Jumat, 13 November lalu  berduka atas kematian seorang pengunjuk rasa yang dinyatakan meninggal satu hari setelah polisi menangkapnya.

Roman Bondarenko yang berusia 31 tahun meninggal di Minsk setelah polisi menangkapnya sebagai buntut dari perselisihan di alun-alun kota yang telah menjadi tempat 'pertemuan reguler' bagi oposisi.

Sebagaimana dilansir PORTAL PROBOLINGGO dari Channel New Asia, Roman Bondarenko ditangkap oleh polisi pada hari Rabu, 11 November 2020 lalu setelah bentrokan terjadi antara para demonstran dan pasukan keamanan di halaman gedung di Minsk.

Baca Juga: Ikuti Uji Coba LRT Jabodetabek, Menhub Budi Karya Ungkapkan Rasa Bangga

Bondarenko lalu dinyatakan meninggal pada Kamis 12 November 2020 setelah menderita kerusakan otak. Dan hal itu memicu gelombang kemarahan di antara oposisi Belarusia, yang menuntut pasukan keamanan Lukashenko untuk bertanggung jawab.

Pemimpin oposisi Svetlana Tikhanovskaya menggambarkan Bondarenko sebagai "orang yang dibunuh karena ingin hidup di negara bebas".

Tikhanovskaya juga mengatakan tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan Lukashenko terhadap pengunjuk rasa dengan menggunakan gas, granat dan senjata api sebagai "penghancuran" dan menyerukan dukungan internasional untuk para demonstran.

Baca Juga: Pemerintah Kebut Selesaikan Peraturan Pelaksana UU Cipta Kerja

"Kami meminta sekutu kami untuk membela rakyat Belarusia dan hak asasi manusia. Kami membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk yang terluka, dukungan untuk media, dan penyelidikan kejahatan internasional," tulisnya di Twitter.

Sementara itu, Alexander Lukashenko sendiri mengatakan pada hari Jumat 13 November 2020 mengatakan bahwa dia telah meminta penyelidik untuk menyelidiki insiden itu secara jujur dan obyektif.

Setidaknya empat orang tewas dalam demonstrasi melawan Lukashenko sejak bulan Agustus lalu dan Uni Eropa sendiri telah mengutuk kematian Bondarenko dengan mengatakan hal itu dapat menjamin sanksi lebih lanjut.

Baca Juga: Info Lowongan Kerja : PT Raja Top Food Indonesia Membuka 10 Posisi, Simak Persyaratannya

Lukashenko, yang mendapat dukungan kuat dari sekutu lama Presiden Rusia Vladimir Putin, menolak untuk mundur dan menyarankan reformasi konstitusi untuk menenangkan oposisi. ***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: Channel New Asia


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah