Inilah Beberapa Organ Yang Jadi Sasaran Long Covid, Mulai dari Paru-Paru Hingga Pankreas

- 16 November 2020, 21:57 WIB
Update Covid-19
Update Covid-19 /Unsplash

PORTAL PROBOLINGGO - Infeksi Covid-19 yang gejalanya semakin hari semakin beragam dan acak membuat semua orang bisa saja terinfeksi.
 
Ditambah lagi sekarang Covid-19 tak lagi memandang umur seperti yang sebelumnya dikatakan oleh para ahli. Seseorang yang terlihat sehat dan orang yang masih muda dapat menunjukkan gejala yang kemudian berujung pada infeksi Covid-19. 
 
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa empat bulan setelah terinfeksi virus, organ-organ tubuh mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Fenomena ini disebut dengan 'long Covid'.
 
 
Penemuan ini merupakan langkah untuk mengembangkan pengobatan untuk beberapa gejala yang dialami oleh orang-orang dengan long Covid yang masih asing serta luas. 
 
Saat ini, long Covid diperkirakan memengaruhi lebih dari 60.000 orang di Inggris dengan beberapa efek yang cukup sering dilaporkan seperti kelelahan, kehilangan fokus, sesak napas, dan nyeri.
 
Pada hari Minggu, NHS mengumumkan akan meluaskan jaringan dengan dokter, perawat, dan terapis yang bertugas mengenali gejala fisik dan psikologis pasien pada lebih dari 40 klinik spesialis long Covid. 
 
 
Studi dari Coverscan bertujuan untuk menilai dampak jangka panjang Covid-19 melalui kombinasi Pemindaian MRI, tes darah, pengukuran fisik, dan kuesioner online. 
 
Pengujian dilakukan untuk melihat kesehatan organ pada kurang lebih 500 individu berisiko rendah (berusia relatif muda dan tidak memiliki masalah kesehatan utama) dengan gejala Covid-19.
 
Data awal menunjukkan bahwa hampir 70% dari 200 pasien pertama yang menjalani skrining mengalami gangguan pada satu atau lebih organ, termasuk jantung, paru-paru, hati dan pankreas, empat bulan setelah penyakit awal mereka.
 
 
"Kabar baiknya adalah kerusakannya ringan meskipun secara konservatif, ada beberapa kerusakan dan pada 25% orang hal itu memengaruhi dua atau lebih organ," kata Amitava Banerjee, seorang ahli jantung dan profesor ilmu data klinis di University College London.
 
Menurut Benrejee, hal tersebut menarik untuk dipelajari lebih lanjut karena perlu diketahui apakah gangguan organ berlanjut atau membaik.
 
Dalam beberapa kasus, ada korelasi antara gejala yang dialami seseorang dan lokasi kerusakan organ. Sebagai contoh, gangguan pada jantung atau paru-paru berhubungan dengan sesak napas, sedangkan gangguan hati atau pankreas berkaitan dengan gejala gastrointestinal.
 
 
Lebih lanjut, Benrejee menyebutkan bahwa hal itu mendukung gagasan soal adanya gangguan pada tingkat organ yang bisa berlanjut pada banyak organ dan dapat membantu menjelaskan beberapa gejala dan alur sebuah penyakit.
 
Namun, penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa kerusakan organ adalah penyebab gejala yang berkelanjutan pada orang. Datanya pun belum ditinjau oleh rekan-rekannya.
 
Banerjee juga memperingatkan bahwa tidak ada pasien yang dipindai sebelum merebaknya Covid-19, sehingga beberapa dari mereka mungkin telah memiliki gangguan pada organ-organnya meskipun kemungkinannya kecil mengingat kesehatan mereka sebelumnya yang baik dan relatif muda dengan usia rata-rata peserta adalah 44 tahun.
 
 
Selanjutnya orang-orang itu (responden) akan terus dipantau dan para peneliti juga akan mengkaji orang yang belum pernah menderita Covid-19 atau pernah mengalami infeksi virus lain seperti flu, untuk perbandingan.
 
Data awal sebuah studi terpisah menunjukkan terdapat kelainan pada paru-paru sebesar 60%; di ginjal 29%; di hati 26%; dan di hati 10% pasien, dua sampai tiga bulan setelah infeksi awal, serta perubahan jaringan di bagian otak dari 58 pasien yang dirawat di rumah sakit setelah terinfeksi Covid-19.
 
"Apa yang dikeluhkan oleh semua orang di dunia soal long Covid adalah hal yang perlu ditanggapi dengan serius dan ada beberapa gagasan tentang apa yang mungkin terjadi pada tingkat organ, sehingga yang terpenting adalah mulai mengumpulkan semacam basis bukti untuk bisa melangkah ke sana," kata Danny Altmann, seorang profesor imunologi di Imperial College London.
 
 
Temuan baru ini juga memilik manfaat untuk penanganan penderita long Covid sekaligus menunjukkan perlunya kolaborasi yang lebih erat antara spesialis medis. ***

Editor: Elita Sitorini


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x