Berbeda Sikap Soal Vaksin, Biden: Akan Ada Lebih Banyak Korban Jika Tidak Ada Kerja Sama

- 17 November 2020, 11:56 WIB
Joe Biden  Presiden terpilih AS. /
Joe Biden Presiden terpilih AS. / /Instagram.com/ @joebiden/Pixabay/

 

PORTAL PROBOLINGGO - Banyak negara termasuk Amerika saat ini sedang mengupayakan keberadaan vaksin sebagai upaya agar bisa menyudahi pandemi Covid-19.

Perihal vaksin di Amerika, Donald Trump dan Joe Biden memberikan reaksi yang sangat kontras pada hari Senin, 16 November 2020.

Menanggapi berita tentang vaksin Covid-19 yang terbukti hampir 95% efektif dalam uji coba, Biden mengaku senang dengan capaian tersebut.

Baca Juga: Inspirasi 20 Nama Bayi Laki-Laki Modern Awalan L, Berasal Dari Bahasa Jerman hingga Perancis

Namun, Biden juga memperingatkan khususnya untuk Trump dan anggota Partai Republik lainnya bahwa mungkin akan lebih banyak orang yang meninggal kecuali jika pemerintahan Trump mulai bekerja sama dengan pemerintahan Demokrat yang akan datang.

"Kita akan memasuki musim dingin yang kelam. Segalanya akan menjadi lebih sulit sebelum menjadi lebih mudah," ujar Biden.

Sementara itu, Trump terlihat bersikap acuh tak acuh soal penyebaran virus yang lebih cepat dari sebelumnya dan rata-rata membunuh lebih dari 1.000 orang Amerika setiap hari.

Baca Juga: Antisipasi Banjir, Pemkot Bandung Uji Coba Sumur Imbuhan Dalam

Alih-alih bekerja untuk menekan penularan atau infeksi Covid-19, Trump justru masih fokus pada klaim yang tidak berdasar bahwa ada kecurangan dalam pemilihan presiden.

Di lain pihak, perusahaan farmasi Moderna berdasarkan data sementara dari uji klinis tahap akhir menyatakan pada hari Senin bahwa vaksin eksperimentalnya 94,5% efektif.

Pernyataan Moderna ini mendapat persetujuan dari Trump. Pada Twitternya, Trump menyebutkan bahwa ada vaksin baru yang lain.

Baca Juga: Update Harga Logam Mulia Emas Antam Hari Ini Selasa 17 November 2020 di Galeri 24

"Vaksin lain baru sajaKali ini menurut Moderna, 95% efektif. Untuk 'sejarawan' hebat itu, harap ingat bahwa penemuan besar ini, yang akan mengakhiri Wabah China itu, semuanya terjadi dalam pantauan saya!", cuitnya

Para kritikus mengatakan Trump seolah menyerah pada kondisi pandemi yang notabene telah menewaskan lebih dari 244.000 orang di AS dan dengan rata-rata lebih dari 100.000 kasus per hari.

Michael Osterholm, penasihat Biden, mengatakan kepada NBC pada hari Minggu, 15 November 2020, bahwa saat ini AS berada dalam masa-masa yang sangat berbahaya dan merupakan periode paling berbahaya untuk kesehatan masyarakat sejak 1918.

Baca Juga: Luis Suarez Dinyatakan Positif Covid-19, Dipastikan Gagal Reuni dengan Barcelona

Namun demikian, Trump bahkan belum menghadiri pertemuan dengan gugus tugas Covid-19 dalam lima bulan terakhir.

Pakar kesehatan masyarakat Dr Anthony Fauci pada hari Minggu mengatakan bahwa Trump menyerahkan segalanya pada vaksin dan menganggap Trump lebih fokus pada hasil pemilu yang dianggapnya penuh kecurangan.

Pemerintahan sampai saat ini Trump belum mengakui Biden sebagai presiden terpilih dengan mencegah tim Biden untuk mendapat akses untuk ke kantor dan subsidi pemerintah.

Baca Juga: Soroti Kerumunan di Kediaman Habib Rizieq, Mahfud MD Ancam Tindak Tegas Bila Terjadi Lagi

Demokrat dan beberapa anggota Republik lantas mengingatkan bahwa membatasi akses Biden ke intelijen justru berisiko pada keamanan nasional dan menghambat pertempuran melawan virus, termasuk perencanaan distribusi vaksin.

Biden sendiri terus menempatkan timnya pada rencana-rencana untuk menangani pandemi dan dampak ekonominya.

Pandemi adalah hal paling mendesak yang dihadapi presiden yang akan datang. sehubungan dengan itu, Ron Klain, calon kepala staf Gedung Putih mengatakan penasihat Biden akan bertemu Pfizer dan pabrik obat lainnya minggu ini.

Baca Juga: Setelah Mohamed Salah, Kini Mohamed Elneny Gelandang Arsenal Dikonfirmasi Positif Covid-19

Pada hari Senin Robert O'Brien, penasihat keamanan nasional Trump mengatakan bahwa transisi kekuasaan hanya akan terjadi jika tuntutan hukum saat ini tidak berhasil untuk presiden.

Namun, pada Forum Keamanan Global O'Brien mengakui bahwa ornag-orang Demokrat berhak mendapatkan waktu untuk masuk dan menerapkan kebijakan mereka setelah pemerintahan yang baru diresmikan.

"Kami mungkin memiliki ketidaksepakatan soal kebijakan tetapi jika Biden-Harris ditentukan untuk menjadi pemenang seperti yang terjadi saat ini, kami akan menjalankan transisi yang sangat profesional dari Dewan Keamanan Nasional," kata O'Brien.

Baca Juga: Bacaan Doa Setelah Sholat Dhuha Lengkap Arab dan Latin serta Terjemahannya

Trump sendiri sempat mengakui secara terbuka bahwa Biden telah menang. Namun dirinya kembali menarik kata-katanya dan menegaskan kembali klaimnya soal kecurangan pemilu.

Pada hari Senin Trump membuast Tweet yang mengatakan bahwa Radikal Kiri Demokrat, bekerja dengan media berita palsu dan mencoba menyabotase pemilu.

Minggu lalu, badan keamanan siber AS pusat dalam sebuah pernyataan pejabat keamanan pemilu federal menolak klaim Trump atas hasil pemilu dan menyatakan kepercayaan secara penuh soal integritas pemilu.

Baca Juga: Resep Mangut Lele Bumbu Kuning, Enak dan Cocok Untuk Lauk Makan Bersama Keluarga

Pejabat dari kedua belah pihak pun mengatakan tidak ada bukti penyimpangan besar.

Biden sendiri menyebut penolakan Trump untuk mengaku kalah adalah hal memalukan. Pada Senin sore, dalam pidato pertama sejak kemenangan, Biden dan Harris membicarakan tentang pemulihan ekonomi dan memperbaikkinya untuk jangka panjang.

Biden menguraikan rencananya terhadap $7,3 triliun yang akan digunakan untuk memperbaiki infrastruktur yang tak layak pakai, membangun ekonomi energi ramah lingkungan, dan mendukung manufaktur domestik dengan uang tunai dalam penelitian dan pengembangan.

Baca Juga: Kabar Gembira! Subsidi Gaji Termin II Cair Lagi, Berikut Penjelasan Kemenaker

Tujuan pertamanya adalah mengeluarkan rencana stimulus baru meskipun belum jelas seberapa besar kemungkinan dia bisa membuat kesepakatan-kesepakatan dengan Partai Republik yang berkuasa atas Senat dan bergantung pada pemilihan putaran kedua di Georgia pada Januari.

Saat ini, situasi ekonomi AS telah membaik meskipun tetap berada di ujung tanduk. Pengangguran telah turun drastis sejak tertinggi 14,7% di bulan April tetapi tanda-tanda mengkhawatirkan tetap ada.

Pada bulan Oktober, tingkat pengangguran turun menjadi 6,9% tetapi jumlah pengangguran jangka panjang (dalam waktu sekitar tujuh bulan) meningkat dari 1,2 juta menjadi 3,6 juta.

Baca Juga: Lowongan Kerja November 2020 :PT Sinar Indochem Membuka 3 Posisi, Simak Persyaratannya

Pertumbuhan pekerjaan terus melambat dan setiap minggu pengangguran masih level tiga kali lebih tinggi dari sebelum pandemi.

"Jika ini berlarut-larut dan laju pertumbuhan pekerjaan terus melambat, akan butuh waktu bertahun-tahun hingga kita kembali ke ekonomi sebelum pandemi," kata Elise Gould, ahli ekonomi senior di Economics Policy Institute.***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini