Tahun Baru Imlek 2021: Kisah di Balik Foto dan Nama Gus Dur di Klenteng Surabaya dan Semarang

12 Februari 2021, 14:47 WIB
Ukiran Nama KH Abdurrahman Wahid di Boen Hian Tong, Semarang. /Tangkapan Layar YouTube Ganjar Pranowo/YouTube Ganjar Pranowo

 

PORTAL PROBOLINGGO - Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid memang memiliki tempat khusus di hati umat Khonghucu dan masyarakat etnis Tionghoa.

Semasa menjabat sebagai presiden, Gus Dur dengan tegas menolak politik diskriminasi yang lebih 30 tahun dilakukan Presiden Soeharto terhadap masyarakat etnis Tionghoa.

Salah satu bentuk konkretnya ialah Gus Dur melalui Keppres No. 6 Tahun 2000 mencabut Inpres No. 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China.

Baca Juga: Imlek dan Gus Dur: Saat Gus Dur Meminta Tahun Baru Imlek Nasional Pertama Diadakan 2 Kali

Melalui Inpres No. 14 Tahun 1967, Presiden Soeharto memang melarang aktivitas keagamaan dan kebudayaan masyarakat Tionghoa dilakukan terang-terangan di depan publik.

Konsekuensinya, hari besar agama Khonghucu seperti Tahun Baru Imlek hanya boleh dilakukan di lingkungan keluarga.

Dengan kata lain, selama Orde Baru berkuasa, selama itu pula umat Khonghucu dan masyarakat Tionghoa 'berpuasa' tidak merayakan hari-hari besar keagamaan.

Maka tak heran jasa Gus Dur mencabut pelarangan aktivitas adat, kepercayaan, dan agama tersebut masih dikenang umat Khonghucu dan masyarakat Tionghoa hingga ini.

Baca Juga: Imlek 2572: Beda Pembatasan Tahun Baru Imlek Dulu dan Kini

Bahkan, pada 2004 Gus Dur mendatkan julukan 'Bapak Tionghoa Indonesia' dari komunitas masyarakat Tionghoa di Indonesia.

Begitu cintanya masyarakat Tionghoa kepada Gus Dur, sampai-sampai terdapat 2 tempat peribadatan umat Khonghucu yang memasang foto dan ukiran nama Gus Dur, yakni Klenteng Boen Bio di Surabaya dan Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong di Semarang.

Menurut Liem Tiong Yang, pengurus Klenteng Boen Bio, pemasangan foto Gus Dur dimaksudkan untuk terus mengingat jasa-jasa Gus Dur terhadap eksistensi masyarakat Tionghoa.

Baca Juga: 7 Fakta Tahun Baru Imlek di Indonesia, Pernah Dilarang hingga Salah Kaprah Mengartikan Imlek

"Untuk memberi pembelajaran kepada generasi selanjutnya agar jangan sampai melupakan jasa-jasa belia (Gus Dur) sebab karena beliaulah umat Khonghucu bisa seperti sekarang ini," tutur Liem Tiong Yong, dikutip PORTAL PROBOLINGGO dari twitter @GUSDURians pada Jumat, 12 Februari 2021.

 

Sementara itu, ukiran nama KH. Abdurrahman Wahid terdapat di Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong di Semarang dan diletakkan di papan arwah dengan plakat kayu unik.

"Bentuk bagian atas plakat kayu tersebut menyerupai 3 tingkat kubah Masjid Agung Demak yang diusulkan Gus Mus," tutur Halim, salah seorang pengurus Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong, seperti dikutip dari YouTube Ganjar Pranowo. ***

 

 

 

 

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler