Antisipasi Karhurtla, BNPB Ajak Warga Riau Olah Lahan Gambut Tanpa Bakar Lahan

- 29 November 2020, 13:35 WIB
 Ilustrasi hutan Indonesia.
Ilustrasi hutan Indonesia. / Ilustrasi hutan Indonesia.

PORTAL PROBOLINGGO - Indonesia memang baru saja memasuki musim penghujan, tapi hal-hal yang perlu dilakukan jika musim kemarau telah tiba tentu juga harus menjadi perhatian dan persiapan.
  
Salah satu masalah yang kerap dihadapi Indonesia di musim kemarau selain kekeringan di beberapa daerah yaitu kebakaran hutan dan lahan (Karhurtla).
 
Berkaca dari tahun 2019, Riau menjadi salah satu wilayah dengan lahan terbakar yang cukup luas yaitu 90.550 Ha (berdasarkan data pada situs sipongi.menlhk.go.id).
 
 
Dengan data tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Badan Restorasi Gambut (BRG) melakukan serangkaian edukasi pada masyarakat tentang pentingnya pengolahan lahan gambut secara baik dan benar tanpa perlu membakar lahan. 
 
Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi bencana kebakaran hutan dan lahan ketika nanti musim kemarau tiba.
 
Karhutla menurut Kepala Sub Direktorat Mitigasi Struktural BNPB, Radito Pramono, merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia.
 
 
Meski demikian, karhutla dapat diantisipasi dengan cara melakukan berbagai langkah pencegahan sebelum api mulai muncul.
 
"Bencana karhutla bisa diantisipasi. Jika sebelumnya paradigma bencana dari responsif atau ketika terjadi bencana baru dilakukan tindakan, sekarang mulai berubah menjadi tindakan preventif yaitu mencegah terjadinya bencana dalam hal bencana karhutla dilakukan pencegahan dengan mengedukasi masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar," tutur Radito dalam acara pembukaan Sekolah Lapang: Mitigasi Partisipatif Karhutla di Kabupaten Pelalawan, Riau pada hari Rabu, 25 November 2020.
 
Menurut Radito, dibandingkan dengan tahun 2019, bencana karhutla pada tahun 2020 cenderung mengalami penurunan seperti dilansir PORTAL PROBOLINGGO dari laman resmi BNPB. 
 
 
Namun fakta itu tak menghentikan pelaksanaan mitigasi partisipatif karhutla. Alasannya adalah selain menjadi tindakan preventif terhadap karhutla, kegiatan ini dapat menjadi alternatif peningkatan ekonomi masyarakat tanpa harus merusak lingkungan.
 
"Meskipun karhutla hampir terjadi setiap tahun, tahun ini trendnya mengalami penurunan yang hanya seluas 15.442 hektar, tetapi tetap perlu melakukan pencegahan dengan tujuan kedepannya tidak terjadi lagi membuka lahan dengan cara dibakar, selain itu akan diajarkan untuk menanam tanaman yang juga memiliki nilai ekonomis tinggi bagi masyarakat Pelalawan," tambah Radito.
 
Radito lebih lanjut mengajak masyarakat untuk turut berperan aktif dalam mengurangi karhutla dengan tidak membuka lahan dengan cara membakar dan siap melaporkan jika ada oknum masyarakat yang membakar lahan.
 
 
Dengan keterlibatan dari seluruh elemen, Radito yakin tujuan masyarakat Indonesia yang tangguh bencana akan tercapai.***

Editor: Elita Sitorini


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x