Menpora Zainudin Amali Tetapkan Dua Provinsi Ini Sebagai Tuan Rumah PON 2024

- 20 November 2020, 07:56 WIB
Menpora Zainudin Amali menyerahkan SK penetapan tuan rumah PON 2024 ke Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman.
Menpora Zainudin Amali menyerahkan SK penetapan tuan rumah PON 2024 ke Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman. /Kemenpora
PORTAL PROBOLINGGO - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali akhirnya menetapkan dua provinsi sebagai tuan rumah pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI yang akan dilangsungkan pada 2024 nanti.
 
Dua provinsi yang dipilih oleh Menpora sebagai tempat dilaksanakannya PON 2024 yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Penetapan ini dilakukan melalui Surat Keputusan (SK) No 71 Tahun 2020. 
 
“SK penetapan tuan rumah PON XXI tahun 2024 memang terasa cukup lama. Karena memang aturan lama hanya mengenal satu Provinsi untuk menjadi tuan rumah,” ujar Zainudin, Kamis, 19 November 2020 seperti dilansir dari laman resmi Kemenpora
 
 
“Tapi saat ini tempatnya ada di dua Provinsi sehingga kalau dipaksakan jalan dengan aturan awal akan bermasalah. Maka kami upayakan untuk revisi aturan PP Nomor 17 tahun 2007, alhamdulillah sudah selesai,” sambungnya.
 
SK tersebut sudah diserahkan Menpora kepada Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman. Kemudian SK akan diteruskan ke dua provinsi yang ditunjuk agar persiapan dapat segera dilakukan.
 
“Saya ingatkan betul dari awal, karena ini pertama dua provinsi semua harus diatur benar-benar, Aceh dan Sumatera Utara memiliki kesetaraan, harus padu termasuk dengan KONI Aceh dan KONI Sumatera Utara,” seru Menpora.
 
 
“Kami dari pemerintah pusat, Kemenpora akan memantau terus yang secara teknis dijalankan oleh KONI Pusat,” tambahnya.
 
Zainudin kemudian mengingatkan kepada Aceh dan Sumatera untuk menyiapkan dengan baik veneu yang akan digunakan nanti. Ia meminta venue harus dibangun dengan standar internasional.
 
“Penting lagi tentang venue, harus dibuat berstandar internasional, agar nanti bila dipakai untuk event tidak lagi renovasi yang justru akan memakan banyak biaya, pikirkan dan desain dari sekarang,” sampai Zainudin.
 
 
Ia menambahkan, dari pengalaman yang lalu, euforia pembangunan venue olahraga biasanya hanya akan berlangsung pada saat PON diselenggarakan. Setelah itu fasilitas yang ada seolah tak pernah digunakan lagi.
 
“Euforia biasanya pada saat membangun, namun tidak dipikirkan setelahnya dipakai untuk apa. Perlu dipikirkan bagaimana menggabungkan dengan kegiatan ekonomi, kesehatan, dan lain-lain, sehingga akan terus hidup dan bermanfaat,” pungkasnya.***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x