Semakin Memanas, Aktivis Myanmar Lakukan Mogok Kerja untuk Melawan Junta Militer

24 Maret 2021, 21:18 WIB
Ilustrasi demonstrasi. /Reuters/Stringer

 

PORTAL PROBOLINGGO - Aksi mogok kerja massal melawan junta militer melumpuhkan aktivitas di Myanmar pada Rabu 24 Maret 2021.

Hal ini dilakukan untuk terus menekan junta militer yang melakukan kudeta pada 1 Februari lalu.

Dilansir PORTAL PROBOLINGGO dari Reuters mereka meminta seluruh rakyat tidak bepergian dan menganjurkan seluruh kawasan pertokoan dan perkantoran tutup. Aksi itu juga dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas tewasnya seorang anak perempuan berusia tujuh tahun yang ditembak oleh aparat keamanan Myanmar di Mandalay.

Para aktivis pro demokrasi Myanmar di Yangon dan kota Thahton di Negara Bagian Mon juga menyalakan lilin sebagai bentuk duka cita terhadap bocah itu.

Baca Juga: Ramalan Kartu Tarot 25 Maret 2021 Aries, Taurus dan Gemini: Saatnya untuk Move On!

Baca Juga: SBMPTN 2021: Daya Tampung 19 Prodi Soshum dan Saintek UPN Jakarta Beserta Peminat 2020

"Tidak ada yang bepergian, tidak ada yang belanja, tidak ada yang bekerja. Semua tutup. Hanya untuk satu hari," kata seorang seniman sekaligus aktivis Myanmar, Nobel Aung.

Ajakan mogok nasional itu beredar di media sosial. Mereka mengajak para tukang becak hingga pengusaha memperlihatkan solidaritas mereka sebagai bentuk protes atas kekejaman junta militer.

Taktik demo ini dilakukan oleh aktivis Myanmar untuk menghindari jatuhnya korban jiwa, dan menghindari aksi kucing-kucingan dengan aparat keamanan.

Baca Juga: 6 Negara dengan Durasi Puasa Tercepat di Dunia, Salah Satunya Ada Indonesia

Anak perempuan itu tewas ditembak saat aparat keamanan Myanmar menggerebek rumah orang tuanya guna mencari penduduk yang terlibat unjuk rasa. Menurut keterangan saksi, aparat Myanmar sebenarnya hendak menembak sang ayah, tetapi meleset dan malah mengenai anak perempuannya yang tengah dipangku.

Junta Myanmar belum memberikan tanggapan ketika diminta konfirmasi perihal kejadian itu.

Kecaman dari dalam dan luar negeri kepada junta Myanmar terus berdatangan akibat aksi kekerasan mereka terhadap para pendemo. Mereka balik menuduh para pendemo melakukan teror dengan unjuk rasa yang berakhir rusuh dan menyerang petugas.

Baca Juga: Besaran Denda yang Harus Dibayar jika Terkena Tilang Elektronik

Akan tetapi, junta Myanmar terbukti menggunakan senjata mematikan, seperti peluru tajam, untuk menghadapi pendemo. Sampai saat ini dilaporkan ada 275 orang di Myanmar meninggal terkait aksi menentang kudeta. ***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler