Prancis Terapkan Peraturan Darurat Setelah 3 Orang Tewas Ditusuk di Gereja

30 Oktober 2020, 09:01 WIB
Ilustrasi Bendera Prancis. /pixabay.com/Jon450

PORTAL PROBOLINGGO - Seorang pria bersenjatakan pisau membunuh tiga orang di sebuah gereja di Prancis selatan pada Kamis, 29 Oktober 2020. Presiden Emmanuel Macron meyebut hal tersebut sebagai 'serangan teroris Islam'.

Pelakunya adalah migran asal Tunisia berusia 21 tahun, tiba di Italia pada 20 September 2020, dan kemudian menetap di Prancis pada 9 Oktober 2020.

Di dalam tasnya, pelaku membawa Alquran dan tiga pisau bersamanya. Polisi langsung menembaknya di tempat sebelum jatuh korban lagi, sebagaimana dilansir PORTAL PROBOLINGGO dari Channel New Asia.

Baca Juga: Cek Fakta: Pemilik SIM C Dikabarkan Akan Dapatkan BLT Rp900 Ribu dari Pemerintah

Dalam kegilaan hampir setengah jam di basilika Notre-Dame di pusat kota Nice, penyerang tersebut menggunakan pisau berukuran 30 sentimeter untuk melukai tenggorokan seorang wanita berusia 60 tahun begitu dalam sehingga dia langsung meninggal di dalam gereja.

Jenazah seorang pria, seorang pegawai gereja berusia 55 tahun, ditemukan di dalam basilika, dengan luka yang sama.

Wanita lain, 44 tahun yang melarikan diri dari gereja ke restoran terdekat, meninggal tak lama kemudian karena beberapa luka tusukan.

Baca Juga: Teks Ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW dengan Tema Meneladani Rasulullah

"Para korban adalah orang-orang yang menjadi sasaran karena ada di gereja ini pada saat itu," kata jaksa penuntut anti-teror Prancis Jean- Francois Picard dalam konferensi pers.

"Serangan itu, adalah pengingat bahwa ideologi mematikan dari terorisme Islam sangat hidup," ujarnya.

Pembunuhan twrsebut, yang terjadi menjelang hari suci Katolik All Saints Day pada hari Minggu, 1 November 2020 mendorong pemerintah Prancis untuk menaikkan tingkat siaga teror ke tingkat "darurat" maksimum secara nasional.

Baca Juga: Sejarah Singkat Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan 5 Peristiwa Hebat yang Mengiringi Kelahirannya

Gereja-gereja di seluruh Prancis membunyikan lonceng-lonceng tradisional untuk menandai kematian, pada pukul 3 sore.

Presiden Macron, yang dengan cepat melakukan perjalanan ke Nice, mengumumkan peningkatan pengawasan gereja oleh patroli militer Sentinelle Prancis, untuk ditingkatkan menjadi 7.000 tentara dari yang sebelumnya hanya 3.000 tentara.

Baca Juga: Buntut Polemik Kartun Nabi Muhammad, Media Perancis Serang Erdogan

Dia juga menegaskan jika keamanan di sekolah juga akan ditingkatkan.

"Cukup jelas, itu adalah Prancis yang diserang," ujar Sang Presiden. Dan dia bersumpah untuk terus memerangi kaum radikal. ***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: Channel New Asia

Tags

Terkini

Terpopuler