Contoh Teks Pidato Hari Pahlawan 10 November oleh Khofifah Indar Parawansa

3 November 2020, 13:50 WIB
Khofifah Indar Parawansa. /Instagram resmi Humas Pemprov Jatim/ @humaspemprovjatim

PORTAL PROBOLINGGO - Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November merupakan peringatan bahwa bangsa Indonesia tidak pernah melupakan jasa para pahlawan.

Ada berbagai cara dalam memperingati hari pahlawan. Dalam sebuah instansi pemerintahan, hari pahlawan biasanya diperingati dengan melakukan upacara dan pergi ke makam para pahlawan.

Berikut salah satu contoh teks pidato memperingati Hari Pahlawan yang disampaikan oleh Khofifah Indar Parawansa saat menjabat sebagai Menteri Sosial, dan kini menjadi Gubernur Jawa Timur.

Baca Juga: Aduh! Sudah Diteken Jokowi, UU Cipta Kerja Masih Banyak Salah Ketik, 'Pasal 5' Trending di Twitter

Dalam pidatonya tersebut, Khofifah mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk menghargai jasa para pahlawan.

"Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Salam Sejahtera bagi kita semua,

Saudara – saudara sebangsa setanah air, patriot bangsa yang budiman,

Baca Juga: Turun Tipis! Harga Jual dan Buyback Logam Mulia Emas Galeri 24 Hari Ini Selasa 3 November 2020

Alhamdulillah, Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Kuasa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, yang memberi kita kesehatan jasmani-rohani, kekuatan mental spiritual serta kesadaran untuk terus mengemban semangat juang yang tegak berdiri di atas cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 1945.

Setiap tanggal 10 November, kita seluruh Bangsa lndonesia memperingati Hari Pahlawan, mengenang para pendahulu kita, pahlawan dan perintis kemerdekaan, para pendiri Republik Indonesia, mereka dengan segenap pemikiran, tindakan dan gerakan perjuangan kolektif yang mereka lakukan, sehingga saat ini kita semua bisa menikmati hidup di bumi indonesia sebagai bangsa yang merdeka, bangsa yang sederajat dengan bangsa lain, bangsa yang menyadari tugas sejarahnya untuk menjadikan kemerdekaan sebagai jembatan emas bagi terwujudnya Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Baca Juga: Park Ji Sun Meninggal Dunia, Key SHINee dan Leeteuk SuJu Berduka

Para Pendiri bangsa mengabarkan pesan penting kepada kita. Pesan itu adalah bahwa setelah kemerdekaan diraih, maka tahapan selanjutnya - kita harus bersatu terlebih dahulu untuk bisa memasuki tahapan bernegara selanjutnya yakni berdaulat, adil dan makmur. Oleh karena pesan fundamental itulah maka peringatan Hari Pahlawan 10 November tahun 2017 ini kita mengambil tema "Perkokoh Persatuan Membangun Negeri".

Apabila kita mampu bersatu sebagai satu bangsa maka kita dapat maju bersama-sama dan mendistribusikan berkah kemerdekaan baqi seluruh masyarakat Indonesia.

Saudara-saudara sebangsa setanah air, patriot bangsa yang budiman,

Baca Juga: Simak Resep Pisang Lumer, Praktis dan Nikmat

Hari Pahlawan yang kita peringati saat ini didasarkan pada peristiwa pertempuran terhebat dalam riwayat sejarah dekolonisasi dunia, yakni peristiwa "Pertempuran 10 November 1945" di Surabaya. Sebuah peristiwa yang memperlihatkan kepada dunia internasional, betapa segenap Rakyat Indonesia dari berbagai ras atau suku, agama, budaya dan berbagai bentuk partikularisme golongan - bersama-sama melebur menjadi satu untuk berikrar, bergerak dan menyerahkan hidupnya, jiwa raganya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia!.

Bung Karno pernah menegaskan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Kalimat singkat dari Bung Karno ini memiliki makna yang sangat mendalam bagi kita semua. Tanpa pengorbanan dan perjuangan para pahlawan dan perintis kemerdekaan, tidak akan ada gagasan besar untuk mendirikan sebuah negara yang bernama Republik Indonesia.

Baca Juga: Persiapkan Kuartal I 2021, Jokowi Minta Ini Pada Kementerian dan Lembaga

Saudara-saudara sekalian, bukan sebuah kebetulan tanpa penghayatan dan pemikiran yang mendalam ketika para pendiri republik menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai Sila Pertama. Mengingat bahwa hanya dengan hadirnya spiritualitas didalam jiwa sebuah masyarakat, dengan Iman kepada Allah Yang Maha Kuasa, tiap-tiap orang rela mengorbankan dan memberi hidup dan jiwanya untuk tujuan kehidupan bersama. Demikianlah yang kita dapat pelajari dalam momen Peristiwa 10 November 1945. Inilah yang menjadi penjelasan ketika Bung Tomo meneriakkan pekik yang membakar semangat juang yaitu; Allahu Akbar. Demikian pulalah yang membuat KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia setelah ditanya oleh Bung Karno, bagaimana hukum dan posisi ummat Islam dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah soliditas dan solidaritas kebangsaan dari seluruh rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya.

Dalam semangat cinta tanah air, menjaga pusparagamnya dan kebhinekaan kita, para pendiri republik dan pahlawan pendahulu menuangkan sumbangan terbaiknya kepada kita semua. Pada 28 Oktober 1928, seluruh pemuda Indonesia meluluhkan ego-ego kedaerahan, kelompok, ras dan golongan untuk menyatakan dan berikrar sebagai satu tanah air Indonesia, bangsa Indonesia dan bahasa Indonesia.

Baca Juga: Alhamdulillah, Warga Indonesia Sudah Boleh Umrah, Ini Protokol Kesehatan yang Harus Disiapkan

Ikrar kebangsaan inilah yang memberi spirit pengorbanan persatuan wanita Indonesia melalui Kongres Wanita Indonesia tahun 1928 selaras dengan perjuangan RA Kartini untuk memberi pendidikan modern dan kebangsaan bagi rakyat Nusantara sebelum Sumpah Pemuda dicetuskan. Ikrar kebangsaan Indonesia inilah yang memberi semangat pada pemuda Wage Rudolf Supratman untuk memperdengarkan pertama kalinya sebuah lagu yang selanjutnya menjadi lagu kebangsaan Indonesia Raya dalam pertemuan Sumpah Pemuda 1928. Kesadaran keIndonesiaan ini pula yang menggerakkan seorang keturunan Tionghoa bernama Kwee Kek Beng yang menjadi pemimpin redaksi koran Sin Po. Pada saat kepemimpinan beliaulah koran Sin Po menjadi koran pertama yang berani memuat teks lagu Indonesia Raya meskipun harus berhadapan dengan ancaman kolonial Belanda.

Keteladanan untuk membangun kebersamaan dan persatuan yang melampaui partikularitas ini pula - yang menggerakkan Pemuda Kristen asal Ambon bernama Johannes Leimena untuk mengkonsolidasikan para pemuda Kristen lainnya, meninggalkan partikularitas - menjadi satu - menjadi bagian dari Bangsa Indonesia. Semangat rela berkorban ini pula yang menggerakkan KH. Wahab Hasbullah pada tahun 1934 melahirkan syair menggetarkan Yaa ahlal Wathan (wahai patriot bangsa) yang dengan karya seni ini beliau mengisyaratkan sebuah fatwa penting bahwa kecintaan terhadap tanah air Indonesia adalah bagian dari iman!

Baca Juga: Kai EXO dan Karina Aespa Duet Bareng Bikin Baper, Begini Respon Netizen Korea

Dan selanjutnya pada peristiwa Pertempuran 10 November, inspirasi dari RA Kartini, ikrar Sumpah Pemuda, lagu kebangsaan Indonesia Raya, keberanian dari Kwee Kek Beng, komitmen dari Johannes Leimena, Syair Yaa ahlal Wathan dan berbagai karya cipta yang menggerakkan ruh pendahulu kita, berperan besar sebagai penanda estetik – heroik , sebagai energi penggerak Arek-Arek Suroboyo yang dibantu dengan semangat solidaritas dan bela rasa oleh seluruh Rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Saudara-saudara sebangsa setanah air patriot bangsa yang budiman,

Riwayat negeri kita Republik Indonesia menorehkan banyak sekali teladan tentang semangat untuk memberi dan semangat untuk berkorban menjaga persatuan Indonesia. Mari kita panggil memori kita, pada saat fajar kemerdekaan Indonesia, pada 18 Agustus 1945 para pendiri Republik dari golongan Islam yakni KH Wahid Hasjim, Kasman Singodimejo, Ki Bagoes Hadikusumo dan Tengkoe Muhammad Hassan bersama dengan Muhammad Hatta memberikan sumbangan besar bagi bangsa ini yakni menghapus tujuh kata "Dengan menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dan merubah Sila Pertama menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa" dengan lapang hati."

Baca Juga: Emmanuel Macron Tuai Kontroversi, Inilah Pesan SBY Untuk Sang Presiden Prancis

Itulah teks pidato yang disampaikan oleh Khofifah saat menyambut Hari Pahlawan yang diperingati pada tanggal 10 November.

Dalam teks tersebut, Khofifah menyampaikan bahwa ada banyak hal pelajaran yang dapat dipelajari, salah satunya adalah meneladani sikap juang para pahlawan yang telah berhasil merebut kemerdekaan banga Indonesia.***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Tags

Terkini

Terpopuler