Viral! Perusahaan Korea Selatan Bakar Lahan di Papua dengan Luas Sebesar Seoul, Netizen: Apes Kali

13 November 2020, 13:13 WIB
Ilustrasi kebakaran lahan. /Pixabay /

PORTAL PROBOLINGGO - Greenpeace Indonesia dalam rilis pers di laman resminya, Kamis 12 November 2020, memuat soal hasil investigasi Greenpeace International soal pembakaran lahan yang disengaja terjadi di Papua.

Hasil investigasi kolaborasi antara Greenpeace International dan Forensic Architecture ini juga viral di sosial media Twitter.

"Hutan Papua seluas hampir kota Seoul dihancurkan sebuah perusahaan kelapa sawit dan sengaja dibakar untuk kepentingan ekspansi perkebunan," tulisnya.

Baca Juga: Ariel Noah Penuhi Janjinya, Ajak Duet Mirriam Eka dalam Single Barunya Berjudul 'Bukannya Aku Takut'

Cuitan akun Twitter Greenpeace Indonesia @GreenpeaceID pada hari kemarin itu banyak ditanggapi para netizen.

Seraya melampirkan rilis pers yang berisi hasil investigasi akan pembakaran lahan tersebut, unggahan @GreenpeaceID hingga saat ini masih dibanjiri berbagai tanggapan.

Reaksi warganet itu terdiri dari 2,4 ribu retweet, 467 tweet kutipan, dan 4 ribu like.

Baca Juga: Update Harga Logam Mulia Emas Galeri 24 Hari Ini Jumat 13 November 2020, 1 Gram Rp 973 Ribu

Salah satunya berasal dari komentar netizen dengan username @DarwisDamanik, Dia menyayangkan hal demikian dapat terjadi.

"Apes kali ya, sudah kena polusi asap, oksigen berkurang, kekayaan hayati pun hangus," tulisnya.

Greenpeace merupakan suatu lembaga swadaya masyarakat atau organisasi lingkungan global, dan memiliki cabang di lebih dari 40 negara, di antaranya Greenpeace Indonesia.

Baca Juga: Selain Pengungsi Gunung Merapi, Dinkes Kabupaten Magelang Juga Lakukan Uji Rapid Tes Kepada Relawan

Dikutip PORTAL PROBOLINGGO dari laman resmi Greenpeace Indonesia, rilis pers soal pembakaran lahan yang terjadi di Papua itu merupakan kegiatan perusahaan Korindo.

Korindo memiliki perkebunan kelapa sawit terbesar di Papua dan telah membabat lahan sekitar 57.000 hektar hutan di provinsi tersebut sejak 2001.

Masih dilansir dari sumber yang sama, dikatakan bahwa luas tersebut sudah hampir seluas Seoul, ibu kota Korea Selatan.

Baca Juga: Jadwal Acara TVRI Hari Ini Jumat 13 November 2020, Ada Acara Belajar dari Rumah dan Pesona Indonesia

Korindo adalah perusahaan perkebunan yang melibatkan konglomerat Indonesia dan Korea. Perusahaan ini memiliki pelanggan multinasional.

Di antaranya, Siemens Gamesa Renewable Energy, grup yang masih memegang sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC) untuk bisnis kayu, sekalipun bermasalah.

Greenpeace International bekerja sama dengan Forensic Architecture (FA) dalam menyelidiki peristiwa tersebut.

Baca Juga: Dinyatakan Negatif Covid-19, Valentino Rossi Dipastikan Akan Bertanding di MotoGp Valencia

FA menggunakan analisis spasial untuk merekontruksi kasus perusakan lingkungan dan pelanggaran HAM dalam selidiki apakah penyebab kebakaran tersebut dapat diidentifikasi di konsesi kelapa sawit Korindo di Papua.

"Jika kebakaran di konsesi Korendi terjadi secara alami, kerusakan lahannya tidak akan teratur," kata Samameh Moafy, Peneliti Senior FA.

"Namun, setelah dilacak dari pergerakan deforestasi dan kebakaran dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa hal itu jelas terjadi secara berurutan," tambahnya.

Baca Juga: Setelah Jeddah di Bom, Kedutaan Besar Arab Saudi di Belanda Diteror Kelompok Bersenjata

Dia juga menjelaskan, hal demikian dilihat dengan mengikuti arah pembukaan lahan dari barat ke timur yang terjadi secara besar-besar di dalam batas konsensi Korindo.

Adapun Kiki Taufik, kepala kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara mengatakan bahwa pemerintah mesti ambil sikap.

"Pemerintah harus meminta pertanggungjawaban Korindo dan perusahaan perkebunan lainnya atas kebakaran di lahan mereka," katanya.

Baca Juga: Update Harga Logam Mulia Emas Antam, Batik, dan Retro Hari Ini Jumat 13 November 2020 di Galeri 24

"Dan kerusakan besar yang diakibatkannya terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan di seluruh Indonesia," tambahnya.

Dalam menentukan kebarakan tersebut disengaja atau tidak dengan aktivitas masyarakat/terkait perluasan perkebunan, Forensic Architecture menggunakan citra satelit NASA.

Satelit yang mencakup kurun waktu lima tahun untuk mengidentifikasi sumber panas dari kebakaran yang terjadi di PT Dongin Prabhawa, salah satu konsesi Korindo yang berlokasi di Merauke, Papua.

Baca Juga: Kai Havertz Beberkan Alasan Mengapa Lebih Memilih Chelsea Daripada Real Madrid

FA juga menggunakan metode analisis terkini untuk memastikan titik panas tersebut adalah api.

Serta mengumpulkan data bersama dengan rekaman vieo dari survei udara yang dilakukan oleh juru kampanye Greenpeace International pada 2013.

Pada tahun ini, 2020, hutan Papua telah banyak yang hilang secara signifikan apabila ditilik dari beberapa tahun sebelumnya.

Baca Juga: Adhietya Mukti Beri Klarifikasi Lantaran Namanya Terseret dalam Video Syur Mirip Gisel

Adapun penyebab banyaknya kerusakan ini, diduga bersembunyi di balik pengetatan kegiatan pada masa Covid-19; larangan atau pembatasan bepergian.

Hal demikian membuat pengawasan terhadap pembukaan lahan ilegal serta penegakan hukum untuk mengatasi pelanggaran di lapangan menjadi terhambat.

Akhirnya, perusahaan-perusahaan yang berada di sektor perkebunan dapat bebas melakukan ekspansi meski pemerintah menerapkan moratorium.***

Editor: Antis Sholihatul Mardhiyah

Sumber: greenpeace indonesia

Tags

Terkini

Terpopuler