Meski begitu, Kang Emil mengatakan hal ini disebabkan oleh meningkatnya kedisiplinan warga dalam menerapkan protokol kesehatanm
Ia menyimpulkan, libur panjang berpotensi menimbulkan peningkatan kasus COVID-19, tapi di satu sisi kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan pun meningkat.
Baca Juga: Guguran Erupsi Merapi Tak Hanya Mengarah ke Sungai Gendol, Ini Penjelasan BPPTKG
“Libur panjang Oktober peningkatan kasusnya tidak setinggi libur panjang saat bulan Agustus. Jadi kesimpulannya libur panjang kemarin menimbulkan COVID-19, tapi kedisiplinan 3M meningkat,” ungkapnya.
Namun ia menuturkan penting untuk menjaga agar tidak terjadi kerumunan dalam jumlah pesat dan dalam waktu yang lama. Menurutnya penularan COVID-19 ditentukan oleh ada tidaknya keramaian warga.
Untuk itu ia tetap mengusulkan libur panjang akhir tahun jumlahnya dikurangi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi potensi keramaian di tempat wisata.
Baca Juga: Gunung Merapi Masih Mengkhawatirkan, Pemkab Klaten Perpanjang Status Darurat Potensi Letusan
“Seperti hitungan matematika, yaitu ada keramaian ada COVID-19, tidak ada keramaian tidak ada COVID-19, libur panjang ada keramaian, pasti ada (penularan) COVID-19,” pungkasnya.***
Artikel Rekomendasi