Hari Dokter 2020, Mengenal Tjipto Mangoenkoesoemo, Dokter Rakyat yang Antifeodal

- 24 Oktober 2020, 18:50 WIB
Tjipto Mangoenkoesoemo, dokter rakyat anti feodal
Tjipto Mangoenkoesoemo, dokter rakyat anti feodal /Kemendikbud

Berkat didikan orang tuanya di masa kecil, Tjipto Mangoenkoesoemo tumbuh menjadi seorang patriot yang multitalenta. Ia juga terkenal suka menyuarakan hak-hak tanah jajahan dan tidak takut dengan segala resiko yang dihadapi.

Tidak hanya itu, Tjipto pun tumbuh menjadi seorang yang memiliki kepribadian anti feodalisme. Hal ini ia tunjukkan ketika menolak tawaran untuk menjadi Pangreh Praja, pegawai pemerintah pribumi pada masa kolonial.

Di masa itu Pangreh Raja merupakan orang yang dihormati dan dihargai oleh masyarakat pribumi. Seorang Pangreh Raja pun harus menyembah-nyembah tunduk pada pemerintahan kolonial.

Baca Juga: 5 Puisi Musim Gugur yang Melegenda dari Penyair Dunia

Daripada menjadi Pangreh Raja, Tjipto lebih memilih untuk bersekolah di STOVIA. Selama bersekolah di STOVIA Tjipto mendapat julukan “Een begaafd leerling” yang artinya “Murid yang berbakat”, dari guru dan teman-temannya.

Selama di STOVIA pula ia mulai menyuarakan diskriminasi yang ada di sekitarnya. Misalnya, ia menentang peraturan pelajar Jawa dan Sumatera yang bukan Kristen diharuskan memakai pakaian tradisional khas daerah masing-masing bila sedang berada di sekolah.

Saat itu pakaian barat hanya untuk hirarki administrasi kolonial, atau pribumi dengan jabatan bupati. Tjipto pun melihat hal ini sebagai bentuk diskriminasi pada kaumnya.

Baca Juga: Jalin Kerja Sama dengan Jawa Barat, Amerika Ingin Tingkatkan Investasi

Keberanian Tjipto menyuarakan pendapat dan menantang segala bentuk diskriminasi dan feodalisme terbawa hingga ia menjadi dokter melakukan dinas di beberapa tempat. Hal ini membuatnya beberapa kali dipindahkan, mulai dari Glodok, lalu Amuntai, dan kemudian Demak.

Tjipto pun kerap kali menyuarakan pemikiran-pemikirannya melalui tulisan di koran de Locomotief, sebuah koran bernuansa liberal. Dalam tulisan-tulisannya itu ia kerap kali memberikan kritik yang keras pada pemerintah kolonial.

Halaman:

Editor: Hari Setiawan

Sumber: KEMENDIKBUD


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x